All Chapters of Istri yang Tak Bisa Melahirkan Anak Laki-Laki: Chapter 11 - Chapter 20

71 Chapters

Bab 11

Kevin mengambil kesempatan. Ia menarik tangan Alana, mengajaknya duduk di lorong yang cukup sepi. Alana hanya diam. Ia ingin tahu apa yang akan Kevin katakan. Alana menatap ke sembarang arah, Kevin duduk di sebalah mana Alana menatap. Alana menunduk, Kevin bertekuk lutut. "Sayang, Mas mohon tataplah mata Mas," ucap Kevin. Alana mengikuti perintah. Alana menatap Kevin, sangat dalam. Lantas Kevin meminta maaf. Kata maaf Kevin terdengar sangat tulus. Kevin mengaku jika dirinya terlalu senang karena perusahaannya telah bekerjasama dengan dua perusahaan lain. Semalam ia merayakan atas keberhasilan itu. "Maaf, Mas tidak fokus membaca chat kamu semalam. Mas pikir kamu hanya meminta Mas pulang saja, bukan karena anak-anak sakit," dusta Kevin. Dalam hati, Alana menertawakan dirinya sendiri. Dengan demikian bisa disimpulkan bahwasanya istrinya tak lagi penting bagi Kevin? "Tidur di mana?" tanya Alana ketus. "Tentu saja di kamar, Sayang."Alana tersenyum sinis. "Hotel, apartemen, kantor,
last updateLast Updated : 2024-10-26
Read more

Bab 12

Kevin mendengkus seolah-olah panggilan itu penting tidak penting. Ia menggerutu seakan-akan panggilan itu mengganggu kebersamaannya dengan Alana. "Maaf, Bu, bisa tidak menghubungi saya di saat jam kerja? Mengenai informasi Pak Handoko, tolong kirim melalui e-mail atau chat saja, bisa?""Emm ... ah, iya, iya, baiklah. Maaf, sudah mengganggu," kata lawan bicara Kevin yang tak lain adalah Melani. Kevin memutuskan sambungan telepon. Plong! Hatinya merasa lega karena Melani sangat peka dan memahami maksudnya. "Aku'kan udah bilang, minta nomor Pak Handoko langsung," kata Alana. "Sudah, Sayang. Tapi, Pak Handoko bilang cukup lewat dia saja. Mas, sih, nebak emang dia sekretarisnya.""Lah, itu, Mas bisa ngobrol langsung sama orangnya. Lewat apa?""E-mail, Sayang. Mas juga merasa aneh, kenapa dia tidak memberikan nomor ponsel saja. Masa iya rahasia? Kan, tidak mungkin.""Tapi ...,""Sudah, mending sekarang kamu tidur. Mumpung Alina juga lelap." Kevin mengatur bantal untuk Alana. Alana yan
last updateLast Updated : 2024-10-27
Read more

Bab 13

Hari demi hari Alana lalui dengan penuh rasa bahagia seperti dahulu. Tak ada lagi Yuni yang selalu membebaninya dengan meminta cucu laki-laki. Kabarnya, Yuni kembali tinggal di Singapura. Ia menolak keras untuk tinggal kembali bersama Kevin. Meskipun demikian, Alana tetap berusaha mendekatkan diri kepada Yuni dengan bertanya kabar melalui telepon, bahkan berkunjung ke sana walaupun kehadiran Alana dan anak-anaknya tidak dianggap. Sudah satu tahun semenjak investor baru masuk, perusahaan Kevin maju pesat. Hampir setiap hari Alana mendapatkan hadiah, baik berupa bunga, perhiasan, bahkan sebuah mobil mewah Kevin berikan kemarin. Ketiga putrinya pun dimanjakan. Bahkan Liana dan Ilana pindah ke sekolah favorit di kota. Kevin juga menepati janjinya. Berangkat lebih awal ke kantor, pulang selalu tepat waktu, yakni jam lima sore. "Hari ini pulang dijam biasa, kan?" tanya Alana. "Memangnya kenapa?""Emang Mas lupa hari ini hari apa?"Laki-laki bergelar suami itu mengerutkan dahi, mencoba me
last updateLast Updated : 2024-11-04
Read more

Bab 14

"Mi?"Alana terhenyak karena Ilana menggoyang tangannya. "Ah, iya, Sayang.""Gambar Ila bagus, kan, Mi?""I-iya, bagus, Sayang. Ya, udah, kita pulang, yuk!"Ilana mengangguk cepat. Alana memasukan buku gambar itu ke dalam tas Ilana, lalu memasangkan sabuk pengaman Ilana yang kebetulan duduk di jok depan. Setelah memastikan Liana dan Alina duduk nyaman dan aman di jok belakang, Alana memacu mobilnya meninggalkan sekolah. *Setibanya di rumah, Liana dan Ilana masuk ke kamarnya masing-masing untuk berganti pakaian. Sedangkan Alana, menidurkan Alina yang mulai rewel. Alina sudah pulas. Saatnya berkutat di dapur. Alana tak lekas ke dapur, ia ke kamar kedua putrinya. "Apa yang terjadi, Sayang?" tanya Alana karena mendapati Ilana ada di kamar Liana. "Ini, Mi, anting Ila nyangkut di seragam," jawab Ilana. Alana yang berdiri di bibir pintu pun memilih masuk. "Sekarang gimana? Udah lepas?""Udah, Mi, baru aja," jawab Liana. Alana tersenyum dan meminta Ilana segera berganti pakaian. "O
last updateLast Updated : 2024-11-04
Read more

Bab 15

Tubuh Alana menegang. "Apa ini ada hubungannya dengan mimpi Ilana?" Batin Alana. Alana menarik napasnya dalam-dalam. "Tenang, Alana, tenang ...." Batinnya. Sesungguhnya hati dan mata Alana sudah memanas, tetapi ia harus menahan segela rasa dan tanya, karena ada putrinya. "Ini untuk Papi."Suara Ilana membuat Alana terhenyak dan melerai pelukan.Rupanya Ilana memberikan buku gambar tadi. Ilana menjelaskan hal yang sama. Dan pertanyaan yang sama pula terlontar dari Kevin karena Ilana tidak menyebutkan siapa satu gambar lagi. Kevin berjongkok menyeimbangi tinggi badan Ilana. "Ini siapa?""Tante cantik!" jawab Ilana singkat, tetapi terdengar ketus. "Siapa, tuh?"Ilana menjawab hal yang sama. Tak dilebih-lebihkan dan tidak dikurangi. "Tapi aku gak suka sama tante itu! Dia jahat udah dorong Mami sampe jatoh!"Alana mengernyit. Rupanya ada kelanjutan cerita dalam mimpi Ilana itu. Alana memerhatikan Kevin. Kenapa wajahnya terlihat tegang? "Itu hanya mimpi, Sayang," ucap Kevin sambi
last updateLast Updated : 2024-11-05
Read more

Bab 16

Tepat jam enam pagi, menu sarapan sudah terhidang di meja makan. Satu per satu orang terkasih Alana duduk di kursi masing-masing, kecuali baby Alina. Bayi yang menginjak usia tiga belas bulan itu masih tidur pulas. Tinggal menunggu Kevin. "Pagi?" Akhirnya Kevin datang tepat pukul 06:30 WIB. "Pagi, Papi," Liana dan Ilana membalas sapa sang ayah. Alana berdiri menyambut kedatangan suaminya itu. "Mas mau sarapan sama apa?"Kevin memindai satu per satu hidangan yang ada di meja. "Sandwich saja, Sayang."Alana segera menghidangkan, lengkap dengan segelas air mineral yang ia simpan di sebelah kanan Kevin. "Tadi malam aku menerima panggilan telepon," ucap Alana saat menggeser kursi untuk ia duduki.Sambil mengunyah, Kevin menatap Alana. "Dari siapa?""Pak Johan.""Uhuk!"Kevin terbatuk sampai-sampai potongan sandwich terlontar dari mulutnya. Alana yang baru menarik kursi kembali melayani Kevin dengan memberikan air minum. "Makannya pelan-pelan, Mas!"Kevin meraihnya, lalu meminumnya
last updateLast Updated : 2024-11-05
Read more

Bab 17

Sambil menunggu Kevin pulang, Alana memilih ke kamar jikalau saja baby Alina sudah bangun. Dan ternyata belum. Alana kembali ke ruang tamu untuk membereskan balon serta pernak-pernik lainnya. Alana tidak membuangnya, melainkan ia akan simpan di ruangan bermain. Selang beberapa lama, Kevin kembali. Alana yang masih berada di ruang tamu tidak menyambut dan tidak pula bertanya kembali perihal nomor Johan. Alana ingin Kevin'lah yang memulai. "Alina belum bangun, Yang?" tanya Kevin. "Belum," jawab Alana singkat. "Ya sudah, Mas ke ruang kerja dulu, ya?""Hem!"Alana menatap punggung Kevin. Pria itu lupa atau memang menghindar? Alana menghirup udara sebanyak mungkin. Tidak! Ia tidak akan tinggal diam. Dengan Alana tidak bertanya justru bisa saja Kevin bertindak sesukanya. Alana tidak akan membiarkan. Ibu tiga anak itu bergegas ke ruang bermain. Setelah menata balon dan lainnya, Alana segera meninggalkan ruangan tersebut. Baru saja masuk kamar, baby Alina menangis. Alana menghampiri, l
last updateLast Updated : 2024-11-06
Read more

Bab 18

"Mbak? Mari mulai transaksinya," ucap kasir minimarket. Alana terhenyak. "Ma-maaf!" Alana memberikan keranjang yang ia pegang kepada sang kasir. Di saat hati tak menentu, wanita tadi ternyata sama-sama berada dekat kasir. Ia mengambil sebatang cokelat yang berada di samping kanan bawah Alana. Dada Alana naik-turun mengatur napas yang terasa kian sesak. Bagaimana tidak? Aroma parfum yang ia cium di kemeja Kevin sama persis dengan aroma tubuh wanita itu. Ya, tidak salah lagi. "Semuanya seratus lima puluh ribu, Mbak," ucap kasir. Namun, Alana tidak merespon. "Mbak?" sang kasir kembali menyapa. Puk! Wanita tadi menepuk pundak Alana. "Bengong mulu! Cepet bayar!"Alana terhenyak, kaget. "Maaf, berapa?""Seratus lima puluh ribu."Alana mengeluarkan dua lembar uang kertas berwarna merah. Setelah menerima kembalian, Alana menatap sinis wanita tadi, lalu pergi. Sebelum naik mobil, Alana mengatur napasnya mencoba menetralisir segala rasa yang ada. Jikalau saja tidak ada Alina, tak seg
last updateLast Updated : 2024-11-06
Read more

Bab 19

Tiga hari berlalu. Alana dan keluarga sudah tinggal di rumah baru. Liana dan Ilana merasa sangat senang. Kamar yang mereka tempati jauh lebih luas dari kamar mereka terdahulu. Liana dan Ilana dengan leluasa menyimpan koleksi mainan mereka. Ditambah lagi jarak antara rumah ke sekolah cukup dekat. Pun dengan kantor Kevin. Alana tak lagi curiga kepada Kevin. Dan mengenai wanita hamil yang bertemu dengannya di minimarket yang sempat memasuki gerbang rumahnya ternyata hanya ikut parkir saja. Kondisi jalanan waktu itu memang padat karena ada beberapa mobil yang parkir di bahu jalan. Itu menyulitkannya untuk memutar mobilnya. Ya, wanita itu mengaku jika rumahnya terlewat satu nomor. Setelah diamati memang rumah mereka bentuk bangunannya sama. "Siap?" tanya Alana kepada Liana dan Ilana. "Siap, Mami!" jawab mereka kompak. "Let's go!"Ibu dan anak itu bersama-sama menuruni anak tangga. Mereka akan membeli kue ulang tahun. Ya, tepat hari ini sang kepala rumah tangga berulang tahun. Alina ya
last updateLast Updated : 2024-11-07
Read more

Bab 20

Dengan napas terengah-engah, Kevin masuk dan berkata, "Sayang, Mas bisa jelaskan!""Jadi ...?" tanya Alana dengan suara bergetar menahan amarah menuntut jawaban Kevin. Kevin menunduk. "Maaf!"Tanpa Kevin berkata panjang lebar, Alana sudah tahu maksud Kevin. Tubuh Alana limbung, kue di tangan pun hampir saja terjatuh. Bersamaan dengan itu, Ilana bersorak melompat-lompat karena senang Kevin sudah pulang. "Yeaah! Papi datang!" cicit mulut mungil Ilana, "Mami, ayok, kita nyanyiin lagu ulang tahunnya!"Seketika Alana tersadar dan menatap ketiga putrinya bergantian. Ia berusaha berdiri tegap. Alana yang tidak ingin mereka terlibat dalam situasi itu mencoba mengenyahkan segala rasa yang ada dengan mengukir senyum manis dan turut bersorak. "Yeaaah! Ayok, tiup terompetnya, dong!"Alana menyanyikan lagu ulang tahun diiringi dengan tiupan terompet dari Liana dan Ilana sambil menahan air mata yang sedari tadi menggenang agar tidak menetes. Alana meletakan kue itu di atas meja. Secepat kilat i
last updateLast Updated : 2024-11-07
Read more
PREV
123456
...
8
DMCA.com Protection Status