All Chapters of Istri yang Tak Bisa Melahirkan Anak Laki-Laki: Chapter 41 - Chapter 50

71 Chapters

Bab 41

Alana sudah di rumah. Ia bergegas menidurkan Alina yang ternyata pulas, lalu ke luar lagi karena Kevin sedang menunggunya di ruang tamu. "Siapa pria tadi?""Emm ... siapa, ya?" Alana mengerutkan keningnya dengan jari telunjuk yang ia tempelkan di dagu seolah-olah sedang berpikir. "Kamu punya pria idaman lain?" Alana tersenyum lebar. "Tentu saja! Mas mencari kenyamanan di luaran, sampai-sampai punya bayi. Akupun sama! Aku akan lakukan seperti yang Mas contohkan!"Rahang Kevin mengetat. "Jangan membalikkan ucapanku! Dan jangan macam-macam!""Kenapa? Aku juga berhak bahagia!""Kamu tidak bahagia bersama Mas?"Sejenak Alana melongo, lalu tertawa. "Hahahaahaha ...." Tawa yang terdengar begitu renyah, padahal terasa hambar karena karena banyak luka di sana. Alana seketika terdiam dan memasang wajah datar. "Menurut Mas?!"Tanpa memberi Kevin waktu untuk menjawab, Alana kembali berkata, "Akkhh, pria tak punya hati seperti Mas pasti akan merasa istrinya selalu bahagia! Padahal ...,""Mas ga
last updateLast Updated : 2024-11-22
Read more

Bab 42

Alana menatap wajah Kevin dengan tatapan kosong, bahkan air matanya mengalir cukup deras. Ia benar-benar tidak menikmati aktivitas Kevin di atas tubuhnya karena pria itu mengambil haknya dengan kasar. Ya, tadi Kevin memeluknya dari belakang dan berhasil mengunci pergerakan Alana. Alana berontak saat Kevin hendak menciumnya. Kevin tidak mau tahu dengan kondisi hati Alana. Yang terpenting baginya, Alana masih istrinya. Ia berhak atas tubuh Alana. Kevin berdalih jika ia tidak memaksa, hal ini tidak akan pernah terjadi. Ya, benar! Rasa yang sudah mati untuk Kevin tak takkan sudi lagi bagi Alana untuk sekadar berciuman apalagi sampai memadu kasih. Air mata yang terjatuh tidak hanya menahan sakit di area intimnya, tetapi di dasar hati juga. Alana membayangkan dan merasa jijik bagaimana Kevin bercinta dengan Melani. Tak ada balasan dari Alana membuat Kevin menyudahi aktivitasnya. Biasanya ia akan berkali-kali melakukan pelepasan. Namun, kali ini Alana seperti gedebok pisang yang membuat ha
last updateLast Updated : 2024-11-23
Read more

Bab 43

Tiga hari sudah berlalu setelah Melani melahirkan. Sekarang wanita itu sudah berada di rumah. Sedari pagi Alana dan Sumi disibukkan di dapur karena Yuni mengundang teman arisannya. Ya, bisa dibilang pesta kecil menyambut kedatangan Melani dan bayinya. Tak menampik jika ada rasa iri di hati Alana. Lebih sakit lagi ketika Yuni melarang kedua putrinya untuk bergabung. Keduanya hanya melihat Kevin dari kejauhan. Kevin yang sedari tadi menimang bayinya tentu saja membuat mereka merasa cemburu. "Silakan!" Alana menyajikan aneka minuman berwarna tepat di hadapan para tamu. "Ya ampun, Nak Alana ini hebat, loh. Kalau saya, mana mau dimadu. Apalagi sampai satu atap sama si madu," ucap salah seorang dari mereka yang kemudian terkekeh-kekeh. "Ya mau, dong, Jeng. Soalnya kalo dia cerai dari Kevin, pasti jadi gembel," timpal tamu lainnya. "Risiko gak bisa ngasih keturunan impian mertua, ya, begini ini," kata Yuni."Lumayanlah, itung-itung Sumi ada temannya," sambung Yuni. Alana hanya tersenyum
last updateLast Updated : 2024-11-23
Read more

Bab 44

Langit yang semula biru seketika dihiasi semburat jingga dan akhirnya berubah gelap. Malam itu jarum jam tepat menunjuk di angka delapan. Setelah selesai makan malam, ternyata keluarga Kevin memilih masuk ke kamar masing-masing. Namun, suasana yang seketika hening tiba-tiba saja menjadi ramai karena tangis bayi. Di kamar, Melani terus menimang bayinya. Bayi berusia empat hari yang diberi nama Rajendra Putra Chandra itu menolak untuk meminum ASI. "Duh, kamu kenapa, sih?!" Melani mulai kesal. "Mas? Mas Kevin?!" Melani berteriak-teriak memanggil suaminya itu, tetapi tak kunjung datang. Wanita itu bergegas ke ruang kerja Kevin. Nihil. Ia tidak menemukan Kevin di sana. Melani keluar dan mengetuk pintu kamar Yuni. "Bu? Boleh aku masuk?""Cup, cup, cup!" Melani menunggu Yuni membukakan pintu sambil menimang. "Bu?" Yuni tak kunjung keluar. "Ini juga ... pada ke mana, sih?" gerutu Melani. Melani memberanikan diri menerobos masuk kamar Yuni yang tenyata tidak dikunci. Di dalam, Melani
last updateLast Updated : 2024-11-24
Read more

Bab 45

"Apa-apaan, sih, Mas?!" Alana meradang. Bagaimana tidak? Kevin merampas ponselnya, lalu dilempar sekencang-kencangnya dan berakhir hancur menjadi beberapa bagian. "Jangan harap kamu bisa lepas dari Mas, Alana!" ucap Kevin tegas. "Perceraian itu tidak akan pernah terjadi!"Napas Alana memburu. Ia merutuki kebodohannya dalam hati. Kenapa ia tidak melihat situasi sekitar tadi? Jika saja ada Kevin, ia akan bergegas kembali ke kamar. Bukan tak beralasan Alana memilih di teras. Ia takut jika Liana atau Ilana ternyata terbangun dan mendengar pembicaraannya dengan Dita. Namun, nyatanya di teras semuanya jadi kacau-balau. "Mas egois! Sangat egois!" desis Alana. Kevin tersenyum penuh kemenangan. "Belajarlah menerima nasib, Sayang."Alana hanya diam, tetapi matanya menatap Kevin tajam, lalu memilih pergi.Masuk kamar, Alana lekas mengunci pintu dan memilih merebahkan diri di samping Alina. Amarah yang tadi sudah sampai di ubun-ubun perlahan sirna saat melihat wajah tenang Alina, Liana dan Il
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more

Bab 46

Setelah mengantar ke sekolah, Alana lekas ke bengkel. Di sana, ia meminta kepada pemilik bengkel agar mereparasi mobilnya. "Kira-kira selesai berapa lama?""Bisa satu bulan bahkan lebih, Bu. Apalagi untuk jok dan karpetnya custom.""Duh, tidak bisa dipercepat, Pak? Masalahnya mobil ini saya pakai untuk antar-jemput anak sekolah."Setelah berdiskusi secara alot, akhirnya sang pemilik bengkel menyewakan mobilnya kepada Alana setengah harga dari biasanya. Alana pun setuju dan sangat berterimakasih kepada sang pemilik bengkel. Setelah transfer sejumlah untuk reparasi dan uang sewa, Alana meninggalkan bengkel. Tak lupa ia meminta nomor sang pemilik bengkel. Ada waktu dua jam lagi sebelum menjemput putrinya. Alana pun memilih pergi ke supermarket untuk membeli beberapa kebutuhan dan camilan yang sudah habis. *Mobil berwarna hitam yang Alana sewa sudah teronggok di area parkir sebuah supermarket. Lekas ia melepas sabuk pengaman, lalu turun dan membuka pintu belakang dimana ada Alina di s
last updateLast Updated : 2024-11-27
Read more

Bab 47

Alana memilih pergi. Ia membiarkan Kevin untuk menjelaskan semuanya kepada Yuni. Di kamar, Alana melihat Liana dan Ilana sedang berganti pakaian. Hal yang sama akan Alana lakukan kepada Alina. Ia mengganti baju bayi itu yang terlihat basah karena keringat sisa bermain tadi. Brak! Pintu kamar terbuka cukup kencang membuat penghuni kamar menoleh ke arah suara, terkecuali Alana. Ia sudah tahu siapa yang masuk. Liana dan Ilana menyambut kedatangan Kevin. Ah, tepatnya bukan Kevin, melainkan kantong belanjaan yang berisi makanan mereka. "Kamu memeras Kevin?" tanya Yuni. Alana yang sedang memakaikan kaos Alina pun tersenyum kecut. "Kalau begitu, mulai detik ini kamu yang mengurus Rajendra!" sambung Yuni. Alana terdiam sejenak, lalu melanjutkan aktivitasnya lagi. Ia tidak akan bicara karena ada anak-anak di sana. Alina sudah tampil dengan baju bersih ala rumahan, lalu ia meminta kedua putrinya yang lain untuk mengajak bermain, sementara dirinya akan keluar sebentar. Alana melenggang
last updateLast Updated : 2024-11-28
Read more

Bab 48

"Kamu memang tidak bisa membahagiakan Ibu dengan cara memberi cucu laki-laki, tapi kamu bisa membuat Ibu bahagia dengan bantu merawat Rajendra."Ucapan Yuni terngiang-ngiang di telinga Alana. Dengan sengaja pula sang mertua meninggalkan dirinya dan Rajendra berdua saja di kamar. Cukup lama Alana menatap Rajendra yang sedari tadi menangis. Batinnya bergejolak. Rasa sakit di hati yang belum sembuh berubah menjadi tidak akan pernah sembuh. Luka di hatinya kian bertambah berkali-kali lipat. Alana tersenyum, tertawa kecil menertawakan diri. Alana dijadikan baby sitter oleh sang mertua dan ya ... Kevin selalu diam. Suaminya itu benar-benar sudah menjadi anak Mami. Ibu dan anak itu benar-benar tidak punya hati. Seketika rasa kasihan berhasil meraja saat melihat bayi itu menatap ke arahnya walaupun Alana tahu bayi itu belum bisa melihat jelas, tetapi tatapannya seperti meminta tolong.Alana menarik napasnya dalam-dalam. Saat ini ia harus mengedepankan rasa kemanusiaan. Lagi, bayi itu tidak
last updateLast Updated : 2024-11-29
Read more

Bab 49

"Hahahahah .... Ya ampun, Mbak? Kenapa tegang begitu, sih? Padahal aku asal bicara, loh!" ucap Alana. "Aku sudah melahirkan bayi itu dengan susah payah. Aku juga tidak tahu kenapa perutku tidak bertambah besar. Tapi, dokter bilang bayinya sehat, kok," ujar Melani sambil terisak, membuat Alana tersenyum sinis. Yuni dengan sigap merangkul Melani. Wanita itu mengusap kepala sang menantu dengan sayang. "Jaga bicaramu, Alana!"Alana memutar bolanya malas. "Kan, tadi aku bilang hanya asal bicara. Hanya bercanda. Kenapa harus pembelaan segala seperti itu, sih, Mbak?"Kevin menatap tajam Alana. "Cukup, Alana!""Ya, sudah ... kalau begitu silakan keluar! Pintunya sebelah sana!" Alana menunjuk di mana pintu itu berada. Yuni menatap tajam Alana sampai akhirnya ia keluar tanpa melepas rangkumannya.Alana mengerutkan kening karena Kevin tak kunjung keluar. "Lupa jalan keluar? Atau tidak tahu di mana pintunya? Perlu aku antar?"Kevin melengos pergi tanpa kata. Alana mengembuskan napas kasar dan
last updateLast Updated : 2024-11-29
Read more

Bab 50

Sesuai dengan ucapan Alana, jika dirinya akan menyerahkan Rajendra setiap pagi dan jika weekend tiba maka dirinya terbebas dari sang bayi. Ya, saatnya ia menikmati liburan. Seperti hari sabtu ini. Alana memilih untuk menghadiri reuni kampusnya. Pagi-pagi sekali Alana sudah memilih dan memilah baju mana yang cocok untuk mereka pakai. Cukup membingungkan karena koleksi t-shirt mereka cukup banyak dengan ragam warna.Setelah sepuluh menit memilah, akhirnya Alana memilih t-shirt berwarna merah karena kebetulan dari brand lokal. Lekas ia membangunkan Liana dan Ilana untuk pergi mandi. Saatnya Alana membereskan tempat tidur kedua putrinya dan area sekitar. "Selesai!" ucapnya diiringi dengan embusan napas lega. "Kita mau ke mana, sih, Mi?" tanya Liana yang baru saja keluar dari kamar mandi. "Kita mau jalan-jalan, Mi?" timpal Ilana. Alana tersenyum. "Iya. Kita happy-happy aja. Nanti juga bakal banyak temen Mami dan kalian juga bakal punya temen baru di sana."Liana dan Ilana mengangguk-
last updateLast Updated : 2024-11-30
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status