Share

Bab 45

Penulis: Suci Komala
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-25 17:59:36

"Apa-apaan, sih, Mas?!" Alana meradang. Bagaimana tidak? Kevin merampas ponselnya, lalu dilempar sekencang-kencangnya dan berakhir hancur menjadi beberapa bagian.

"Jangan harap kamu bisa lepas dari Mas, Alana!" ucap Kevin tegas. "Perceraian itu tidak akan pernah terjadi!"

Napas Alana memburu. Ia merutuki kebodohannya dalam hati. Kenapa ia tidak melihat situasi sekitar tadi? Jika saja ada Kevin, ia akan bergegas kembali ke kamar. Bukan tak beralasan Alana memilih di teras. Ia takut jika Liana atau Ilana ternyata terbangun dan mendengar pembicaraannya dengan Dita. Namun, nyatanya di teras semuanya jadi kacau-balau.

"Mas egois! Sangat egois!" desis Alana.

Kevin tersenyum penuh kemenangan. "Belajarlah menerima nasib, Sayang."

Alana hanya diam, tetapi matanya menatap Kevin tajam, lalu memilih pergi.

Masuk kamar, Alana lekas mengunci pintu dan memilih merebahkan diri di samping Alina. Amarah yang tadi sudah sampai di ubun-ubun perlahan sirna saat melihat wajah tenang Alina, Liana dan Il
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Istri yang Tak Bisa Melahirkan Anak Laki-Laki   Bab 46

    Setelah mengantar ke sekolah, Alana lekas ke bengkel. Di sana, ia meminta kepada pemilik bengkel agar mereparasi mobilnya. "Kira-kira selesai berapa lama?""Bisa satu bulan bahkan lebih, Bu. Apalagi untuk jok dan karpetnya custom.""Duh, tidak bisa dipercepat, Pak? Masalahnya mobil ini saya pakai untuk antar-jemput anak sekolah."Setelah berdiskusi secara alot, akhirnya sang pemilik bengkel menyewakan mobilnya kepada Alana setengah harga dari biasanya. Alana pun setuju dan sangat berterimakasih kepada sang pemilik bengkel. Setelah transfer sejumlah untuk reparasi dan uang sewa, Alana meninggalkan bengkel. Tak lupa ia meminta nomor sang pemilik bengkel. Ada waktu dua jam lagi sebelum menjemput putrinya. Alana pun memilih pergi ke supermarket untuk membeli beberapa kebutuhan dan camilan yang sudah habis. *Mobil berwarna hitam yang Alana sewa sudah teronggok di area parkir sebuah supermarket. Lekas ia melepas sabuk pengaman, lalu turun dan membuka pintu belakang dimana ada Alina di s

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-27
  • Istri yang Tak Bisa Melahirkan Anak Laki-Laki   Bab 47

    Alana memilih pergi. Ia membiarkan Kevin untuk menjelaskan semuanya kepada Yuni. Di kamar, Alana melihat Liana dan Ilana sedang berganti pakaian. Hal yang sama akan Alana lakukan kepada Alina. Ia mengganti baju bayi itu yang terlihat basah karena keringat sisa bermain tadi. Brak! Pintu kamar terbuka cukup kencang membuat penghuni kamar menoleh ke arah suara, terkecuali Alana. Ia sudah tahu siapa yang masuk. Liana dan Ilana menyambut kedatangan Kevin. Ah, tepatnya bukan Kevin, melainkan kantong belanjaan yang berisi makanan mereka. "Kamu memeras Kevin?" tanya Yuni. Alana yang sedang memakaikan kaos Alina pun tersenyum kecut. "Kalau begitu, mulai detik ini kamu yang mengurus Rajendra!" sambung Yuni. Alana terdiam sejenak, lalu melanjutkan aktivitasnya lagi. Ia tidak akan bicara karena ada anak-anak di sana. Alina sudah tampil dengan baju bersih ala rumahan, lalu ia meminta kedua putrinya yang lain untuk mengajak bermain, sementara dirinya akan keluar sebentar. Alana melenggang

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-28
  • Istri yang Tak Bisa Melahirkan Anak Laki-Laki   Bab 48

    "Kamu memang tidak bisa membahagiakan Ibu dengan cara memberi cucu laki-laki, tapi kamu bisa membuat Ibu bahagia dengan bantu merawat Rajendra."Ucapan Yuni terngiang-ngiang di telinga Alana. Dengan sengaja pula sang mertua meninggalkan dirinya dan Rajendra berdua saja di kamar. Cukup lama Alana menatap Rajendra yang sedari tadi menangis. Batinnya bergejolak. Rasa sakit di hati yang belum sembuh berubah menjadi tidak akan pernah sembuh. Luka di hatinya kian bertambah berkali-kali lipat. Alana tersenyum, tertawa kecil menertawakan diri. Alana dijadikan baby sitter oleh sang mertua dan ya ... Kevin selalu diam. Suaminya itu benar-benar sudah menjadi anak Mami. Ibu dan anak itu benar-benar tidak punya hati. Seketika rasa kasihan berhasil meraja saat melihat bayi itu menatap ke arahnya walaupun Alana tahu bayi itu belum bisa melihat jelas, tetapi tatapannya seperti meminta tolong.Alana menarik napasnya dalam-dalam. Saat ini ia harus mengedepankan rasa kemanusiaan. Lagi, bayi itu tidak

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-29
  • Istri yang Tak Bisa Melahirkan Anak Laki-Laki   Bab 49

    "Hahahahah .... Ya ampun, Mbak? Kenapa tegang begitu, sih? Padahal aku asal bicara, loh!" ucap Alana. "Aku sudah melahirkan bayi itu dengan susah payah. Aku juga tidak tahu kenapa perutku tidak bertambah besar. Tapi, dokter bilang bayinya sehat, kok," ujar Melani sambil terisak, membuat Alana tersenyum sinis. Yuni dengan sigap merangkul Melani. Wanita itu mengusap kepala sang menantu dengan sayang. "Jaga bicaramu, Alana!"Alana memutar bolanya malas. "Kan, tadi aku bilang hanya asal bicara. Hanya bercanda. Kenapa harus pembelaan segala seperti itu, sih, Mbak?"Kevin menatap tajam Alana. "Cukup, Alana!""Ya, sudah ... kalau begitu silakan keluar! Pintunya sebelah sana!" Alana menunjuk di mana pintu itu berada. Yuni menatap tajam Alana sampai akhirnya ia keluar tanpa melepas rangkumannya.Alana mengerutkan kening karena Kevin tak kunjung keluar. "Lupa jalan keluar? Atau tidak tahu di mana pintunya? Perlu aku antar?"Kevin melengos pergi tanpa kata. Alana mengembuskan napas kasar dan

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-29
  • Istri yang Tak Bisa Melahirkan Anak Laki-Laki   Bab 50

    Sesuai dengan ucapan Alana, jika dirinya akan menyerahkan Rajendra setiap pagi dan jika weekend tiba maka dirinya terbebas dari sang bayi. Ya, saatnya ia menikmati liburan. Seperti hari sabtu ini. Alana memilih untuk menghadiri reuni kampusnya. Pagi-pagi sekali Alana sudah memilih dan memilah baju mana yang cocok untuk mereka pakai. Cukup membingungkan karena koleksi t-shirt mereka cukup banyak dengan ragam warna.Setelah sepuluh menit memilah, akhirnya Alana memilih t-shirt berwarna merah karena kebetulan dari brand lokal. Lekas ia membangunkan Liana dan Ilana untuk pergi mandi. Saatnya Alana membereskan tempat tidur kedua putrinya dan area sekitar. "Selesai!" ucapnya diiringi dengan embusan napas lega. "Kita mau ke mana, sih, Mi?" tanya Liana yang baru saja keluar dari kamar mandi. "Kita mau jalan-jalan, Mi?" timpal Ilana. Alana tersenyum. "Iya. Kita happy-happy aja. Nanti juga bakal banyak temen Mami dan kalian juga bakal punya temen baru di sana."Liana dan Ilana mengangguk-

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-30
  • Istri yang Tak Bisa Melahirkan Anak Laki-Laki   Bab 51

    Di kampus. Setelah foto bersama, semua peserta reuni menikmati makan siang. Aneka hidangan tersaji di sana dengan gaya prasmanan. Beruntung, ketiga putri Alana tidak rewel. Teman-teman Alana mengajak mereka bermain, bahkan sekarang mereka sedang disuapi makan. Alana mengambil dua piring. Ya, dua! Yang katanya untuk dosen dua tingkat diatasnya dahulu. "Silakan, Pak." Alana menyimpan satu piring tepat di hadapan pria itu. "Dibilang jangan panggil Pak."Alana merotasi bola matanya malas. "Iya, Kak, maaf!""Untuk sepatu yang terkena es krim ini, kamu tidak usah menggantinya dengan sepatu lagi."Alana terdiam. Anak-anaknya memang tidak rewel, tetapi tadi ketika Ilana sedang memakan es krim entah bagaimana es krim itu malah mengenai sepatu pria bernama Roy. Spontan saja Alana meminta maaf dan berjanji akan mengganti sepatu tersebut. Namun, setelah melihat brand sepatu yang Roy pakai, Alana terkejut bukan main. Bagaimana tidak? Roy mengenakan sepatu brand ternama dengan harga hampir menc

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-02
  • Istri yang Tak Bisa Melahirkan Anak Laki-Laki   Bab 52

    Roy terkekeh-kekeh mengejek Kevin. Pria itu sampai menggelengkan kepalanya saat tahu ternyata Melani adalah mantan pacar Kevin. "Jawab, Mas!" desak Melani. "Tentu saja Mas mencintaimu. Kalau tidak? Untuk apa kita menikah."Melani memeluk Kevin begitu intim membuat Roy muak melihat aksi mereka. Ia pun memilih pergi sambil berkata, "Menjijikan!""Tunggu!" seru Kevin, yang membuat Roy berbalik. "Jangan berani mendekati istriku lagi!" ancam Kevin penuh penekanan. Roy tersenyum sarkas. "Waw, mendapat ancam darimu justru membuatku merasa tertantang." Roy mengangkat sebelah alisnya, lalu menepuk pundak Kevin. "Aku akan merebut Alana darimu!"Kevin mencekram kerah Roy. "Kalau sampai berani, maka kau berurusan denganku!"Roy menatap Kevin tajam. "Semenjak aku tau kau menyakiti Alana, maka urusan kita tidak akan pernah selesai!""Aku akan membalaskan dendam untuk Alana. Ingat itu!" lanjut Roy. Suasana hening sejenak. Keduanya saling bertatapan penuh amarah. "Aku pastikan kau akan menyesal

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-03
  • Istri yang Tak Bisa Melahirkan Anak Laki-Laki   Bab 53

    Satu bulan sudah berlalu. Setelah kejadian itu, sikap Yuni dan Melani semakin menjadi. Keduanya bersikap kasar kepada putri Alana. Bahkan Kevin pun kerap kali mengacuhkan ketiga putrinya. Ia lebih peduli dan lebih memanjakan Rajendra. Seperti pagi ini ... Liana dan Ilana tengah memakai kaos kaki di teras. Aktivitas ini sengaja mereka lakukan di luar hanya untuk mencari perhatian Kevin. Karena setiap pagi, sang ayah akan bermain dengan Rajendra. "Kak? Aku kangen digendong sama Papi," bisik Ilana. Liana yang sedang mengikat tali sepatu seketika menoleh ke arah Kevin. Tampak olehnya sang ayah tengah menciumi pipi gembul Rajendra."Iya, Kakak juga sama," aku Liana yang kemudian kembali mengikat tali sepatu. Ilana berlari menghampiri Kevin. "Papi? Aku juga mau digendong," rengeknya.Kevin menoleh. "Kamu sudah besar, berat.""Sebentar saja, Pi." Ilana menangkup kedua tangannya. "Tangan Papi cuman dua. Kalo gendong kamu, masa Jendra Papi simpen dulu di bawah?"Liana yang mendengar itu

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-05

Bab terbaru

  • Istri yang Tak Bisa Melahirkan Anak Laki-Laki   Bab 72

    Hari demi hari Kevin lalui dengan rasa bahagia. Bagaimana tidak? Sandiwara pingsannya waktu lalu membuat dirinya diperhatikan oleh Alana. Perhatian dan sikap Alana yang lembut mampu membawa ingatan Kevin ke masa dahulu. Masa sebelum hadirnya Melani. Seperti pagi ini. "Istirahatlah!" ucap Alana lembut setelah memberikan Kevin sebutir tablet berupa vitamin. "Tunggu!" Kevin mencekal lengan Alana saat wanita itu hendak pergi. Alana menoleh. "Ada apa?"Bukannya jawaban yang di dapat, Alana dibuat terkejut karena Kevin mengecup punggung tangannya. Kecupan lembut Kevin mampu membuat hatinya berdesir. Cepat-cepat Alana menarik tangannya. "Ma-Mas perlu apa?"Kevin tersenyum. Senyuman manis yang sudah sekian lama tak terlihat oleh Alana. Alana berdehem dan berpaling muka. Jangan! Jangan sampai ia terbuai dengan senyuman itu. 'Ingat Alana, Mas Kevin hilang ingatan. Jika saja ingatannya sudah kembali, kamu dan anak-anakmu tetap menjadi urutan kesekian di hatinya'. Alana bermonolog dalam hatiny

  • Istri yang Tak Bisa Melahirkan Anak Laki-Laki   Bab 71

    Alana mendorong tubuh Kevin sekuat tenaga. Berhasil, pria itu terdorong dari tubuhnya. Alana segera bangkit sambil mengusap bibirnya. Ia merasa jijik karena bibir Kevin meluncur bebas di sana. Namun, alih-alih segera pergi dari sana, Alana dikejutkan dengan Kevin yang tertelungkup di lantai. "Mas Kevin?" sapa Alana, "Mas?"Alana membatin. "Apa dia pingsan?" Alana berjongkok untuk memastikan. Sambil menepuk-nepuk pundak Kevin, Alana terus memanggil nama pria itu. Akan tetapi, nihil. Kevin tak kunjung bangun. "Bi? Bi Sumi!" teriak Alana panik. Tidak berselang lama Sumi datang. "Iya, Bu, ada ap --ya Tuhan, Bapak kenapa?" Sumi tak kalah panik. "Gak tau, Bi. Tolong bantu angkat, Bi!"Kini, Kevin sudah terbaring di kasur. Rupanya ia pingsan. Setelah tadi Alana menciumkan wewangian, Kevin sadarkan diri. Alana menghela napas lega. Pantas saja ketika Kevin menindih tubuhnya terasa sangat berat, ternyata Kevin pingsan. Menurutnya pingsan Kevin sangat menyebalkan. Bagaimana bisa bibir Ke

  • Istri yang Tak Bisa Melahirkan Anak Laki-Laki   Bab 70

    Dua hari setelah Alana tahu sebuah kebenaran tentang Melani, akhirnya pagi ini ia akan mengambil keputusan. Alana meminta Fadli untuk datang. Apalagi kalau bukan untuk merepotkan dokter itu lagi. "Ada apa?" tanya Fadli saat duduk di teras. "Kapan ada waktu senggang?""Kebetulan hari ini. Ada apa?""Tolong antar Mas Kevin ke Jakarta.""Jadi, sudah mengambil keputusan?"Alana mengangguk. Hatinya sudah yakin jika berpisah dengan Kevin adalah jalan terbaik. Ia tidak mau Liana terus-menerus bersikap dingin terhadapnya. Niat hati datang ke desa untuk memperbaiki mental putrinya. Akan tetapi, karena ulah Alana sendiri yang merawat Kevin justru memperburuk keadaan. "Apa kamu bersedia aku bikin repot lagi?""Tentu saja. Selama aku mampu, aku akan membantumu. Apa pun itu!"Alana tersenyum, lalu memberikan secarik kertas bertuliskan alamat rumah Kevin yang sudah ia siapkan sedari malam. "Tapi, tolong ... jangan katakan kepada siapapun, baik itu mertuaku atau Melani kalau aku yang menolong M

  • Istri yang Tak Bisa Melahirkan Anak Laki-Laki   Bab 69

    Alana pun bercerita kepada Fadli jika dokter kandungannya menceritakan hal yang sama. Bahkan Melani berkonsultasi kepada hampir semua dokter kandungan yang ada di Jakarta dan hasilnya sama. Ia mandul. Alana berdecak lidah. "Ya, aku baru ingat! Bahkan ruangan dokterku waktu itu sangat berantakan dan dokumen atas nama Melani berceceran di lantai.""Dan kita semua mendapat perlakuan sama dari si Melani itu," tutur Fadli. "Tapi, sepertinya aku yang lebih apes. Kena lemparan vas bunga. Untung hanya lebam saja. Kalau sampai keningku robek, aku seret dia ke kantor polisi," lanjutnya dengan kesal mengingat itu. Alana terkekeh-kekeh. "Kenapa Melani yang kita temui menyebalkan, ya?"Fadli terkekeh-kekeh. "He'em. Wanita itu sangat frustasi.""Kabarnya, dia mau hamil biar bisa menikah sama mantannya. Mau nebus kesalahannya di masa lalu gitu, deh, pokoknya," lanjut Fadli. Deg! Alana terdiam, membatin. Ceritanya sama persis dengan Melani, si mantan pacar Kevin. Ah, ataubhanya kebetulan saja?L

  • Istri yang Tak Bisa Melahirkan Anak Laki-Laki   Bab 68

    Sudah hampir satu bulan Kevin berada di desa. Secara fisik sudah terlihat bugar. Hanya saja, ingatannya belumlah pulih. Kini, pria itu tinggal serumah bersama Alana dengan kamar yang berbeda. Hampir setiap hari pula Fadli datang melihat kondisi pria itu. Seperti pagi ini, Fadli sudah siap mengantar Kevin untuk melakukan chek-up ke rumah sakit. "Sudah siap?" tanya Fadli. "Siap, Om Dokter!" jawab Liana dan Ilana kompak. Dua gadis kecil itu ikut bersama sekalian berangkat sekolah. Mobil pun melaju meninggalkan kediaman Alana. Tiba di sekolah, Liana dan Ilana segera turun setelah berpamitan kepada ibu dan sang pemilik mobil. Tak lupa, kecupan hangat dari Ilana untuk Kevin. Hanya Ilana saja, sedangkan Liana langsung bergegas turun. Ya, gadis itu tak hanya bersikap dingin kepada Kevin saja, tetapi kepada Alana karena sudah membawa Kevin tinggal bersama. Ia merasa keberatan. Perjalanan dilanjutkan, sampai akhirnya tiba di rumah sakit. Tak perlu menunggu lama, karena Fadli sudah membua

  • Istri yang Tak Bisa Melahirkan Anak Laki-Laki   Bab 67

    Malam itu Kevin sudah dipindahkan ke Puskesmas. Untungnya ada satu ruangan kosong sehingga tidak mengganggu aktivitas Puskesmas setiap harinya. "Sudah malam. Kalian pulanglah!" titah Fadli kepada Alana. "Kasian anak-anak.""Baiklah. Kami pulang dulu."Fadli mengangguk, lalu mengantar mereka sampai teras. "Dadah, Om!" Liana melambaikan tangan. Fadli membalas lambaian tangan Liana. "Dadah, Kakak!""Besok ketemu lagi, ya, Om?" timpal Ilana. "Iya, Ila cantik!"Fadli menutup pintu belakang setelah ia memasangkan sabuk pengaman pada kursi bayi Alina dan mobil pun melaju meninggalkan Puskesmas. Fadli bergegas ke dalam, menemui Kevin. "Anda mengenal istri saya, Pak Dokter?" tanya Kevin. Sambil memasang cairan infus baru Fadli menjawab, "Kami teman semasa SMA.""Apa Anda tau tentang kehidupan rumah tangga kami?"Fadli yang sedang mengatur aliran cairan infus seketika menoleh, lalu melanjutkan kembali aktivitasnya. "Kenapa Anda diam, Dokter? Istriku tadi mengatakan kami sedang proses ce

  • Istri yang Tak Bisa Melahirkan Anak Laki-Laki   Bab 66

    Alana sedikit membentak Liana yang membuat gadis itu marah dan meninggalkan kamar begitu saja. Fadli. Dokter tampan itu langsung mengikuti Liana yang ternyata sedang duduk di teras. "Anak cantik gak boleh marah. Nanti cantiknya ilang, loh!" goda Fadli. Liana yang cemberut sambil melipat kedua tangannya di dada seketika menoleh. "Bukan urusan Om!"Fadli tersenyum. Ya, memang bukan urusannya. Ia memang terlalu kepo urusan orang. Ah, bukan ... Fadli tidak menganggap Alana orang lain sehingga apa pun yang terjadi dengannya ia selalu ingin tahu. Fadli ingin membalas kebaikan Alana tempo dulu. Kali ini saatnya, pikirnya. "Jadi, gak mau cerita sama Om, nih?" Fadli mencolek dagu Liana. "Jangan colek-colek aku, ya, Om?! Emangnya aku gadis apaan?"Fadli melongo, lalu tertawa terbahak-bahak sampai terpingkal-pingkal. "Hahahahah ... ya ampun ... ya ampun ...." Tawa Fadli mulai berhenti. "Kamu itu persis Mami kamu ternyata, ya?"Fadli mengembuskan napas kasar, lalu berdiri. "Ya udah kalo gak

  • Istri yang Tak Bisa Melahirkan Anak Laki-Laki   Bab 65

    Sore harinya, setelah Alana meminta paksa pulang Kevin, ia menemui rukun tetangga setempat yang tak jauh dari rumah. Ia menanyakan tentang keberadaan pelayanan kesehatan di desa tempatnya tinggal. Pasalnya, Alana akan menggunakan jasanya untuk merawat Kevin. "Ada dokter, Bu. Tapi hanya dokter kandungan. Itu pun baru praktek di sini beberapa bulan yang lalu.""Oh, begitu ya, Pak. Sebetulnya tidak masalah. Saya hanya perlu bantuan beliau untuk memasang dan lepas infus saja.""Loh, kenapa tidak dibawa ke rumah sakit saja, Bu?"Alana tersenyum canggung. "Sempat dirawat, Pak. Tapi, selain rumah sakit yang cukup jauh, saya juga punya tiga putri. Jadi, tidak mungkin untuk bulak-balik rumah sakit," dalih Alana. "Kalau boleh tau puskesmasnya di mana, ya, Pak?" lanjut Alana. Pria itu menjawab jika Puskesmas berada di ujung jalan pesawahan. Alana pun bergegas pulang dan akan ke sana menggunakan mobil agar menghemat waktu. "Mami mau ke mana lagi?" tanya Ilana saat melihat Alana menyambar kunc

  • Istri yang Tak Bisa Melahirkan Anak Laki-Laki   Bab 64

    Dua minggu sudah berlalu. Kemarin, dokter mengabarkan bahwa Kevin sudah sadarkan diri. Pagi ini, Alana tengah bersiap menjenguknya. Tak hanya bersiap dengan penampilannya saja, tetapi ia menyiapkan hatinya. Ya, setelah mendengar pengakuan dari Toni, ketulusan hati Alana untuk merawat Kevin seketika runtuh. "Bi, titip anak-anak, ya?" kata Alana. "Iya, Bu. Titip salam untuk Bapak."Alana tersenyum. "Iya, Bi."Alana sengaja tidak berpamitan kepada anak-anaknya, karena sudah pasti mereka merajuk ingin ikut. Tidak mungkin juga jika dirinya mengatakan akan pergi ke rumah sakit, karena ujungnya mereka akan bertanya siapa yang sakit. Alana tidak ingin membohongi putirnya. Daripada berbohong, lebih baik tidak diberitahu sekalian.Dengan memakai T-shirt berwarna merah yang dipadankan celana jeans berwarna hitam, serta rambut yang diikat bak ekor kuda, Alana bergegas meninggalkan kediamannya menggunakan mobil sedan kesayangannya.*Minggu siang ini jalanan di kota padat merayap membuat Alana

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status