Share

Bab 51

Penulis: Suci Komala
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-02 13:05:22

Di kampus.

Setelah foto bersama, semua peserta reuni menikmati makan siang. Aneka hidangan tersaji di sana dengan gaya prasmanan. Beruntung, ketiga putri Alana tidak rewel. Teman-teman Alana mengajak mereka bermain, bahkan sekarang mereka sedang disuapi makan.

Alana mengambil dua piring. Ya, dua! Yang katanya untuk dosen dua tingkat diatasnya dahulu.

"Silakan, Pak." Alana menyimpan satu piring tepat di hadapan pria itu.

"Dibilang jangan panggil Pak."

Alana merotasi bola matanya malas. "Iya, Kak, maaf!"

"Untuk sepatu yang terkena es krim ini, kamu tidak usah menggantinya dengan sepatu lagi."

Alana terdiam. Anak-anaknya memang tidak rewel, tetapi tadi ketika Ilana sedang memakan es krim entah bagaimana es krim itu malah mengenai sepatu pria bernama Roy. Spontan saja Alana meminta maaf dan berjanji akan mengganti sepatu tersebut. Namun, setelah melihat brand sepatu yang Roy pakai, Alana terkejut bukan main. Bagaimana tidak? Roy mengenakan sepatu brand ternama dengan harga hampir menc
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Istri yang Tak Bisa Melahirkan Anak Laki-Laki   Bab 52

    Roy terkekeh-kekeh mengejek Kevin. Pria itu sampai menggelengkan kepalanya saat tahu ternyata Melani adalah mantan pacar Kevin. "Jawab, Mas!" desak Melani. "Tentu saja Mas mencintaimu. Kalau tidak? Untuk apa kita menikah."Melani memeluk Kevin begitu intim membuat Roy muak melihat aksi mereka. Ia pun memilih pergi sambil berkata, "Menjijikan!""Tunggu!" seru Kevin, yang membuat Roy berbalik. "Jangan berani mendekati istriku lagi!" ancam Kevin penuh penekanan. Roy tersenyum sarkas. "Waw, mendapat ancam darimu justru membuatku merasa tertantang." Roy mengangkat sebelah alisnya, lalu menepuk pundak Kevin. "Aku akan merebut Alana darimu!"Kevin mencekram kerah Roy. "Kalau sampai berani, maka kau berurusan denganku!"Roy menatap Kevin tajam. "Semenjak aku tau kau menyakiti Alana, maka urusan kita tidak akan pernah selesai!""Aku akan membalaskan dendam untuk Alana. Ingat itu!" lanjut Roy. Suasana hening sejenak. Keduanya saling bertatapan penuh amarah. "Aku pastikan kau akan menyesal

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-03
  • Istri yang Tak Bisa Melahirkan Anak Laki-Laki   Bab 53

    Satu bulan sudah berlalu. Setelah kejadian itu, sikap Yuni dan Melani semakin menjadi. Keduanya bersikap kasar kepada putri Alana. Bahkan Kevin pun kerap kali mengacuhkan ketiga putrinya. Ia lebih peduli dan lebih memanjakan Rajendra. Seperti pagi ini ... Liana dan Ilana tengah memakai kaos kaki di teras. Aktivitas ini sengaja mereka lakukan di luar hanya untuk mencari perhatian Kevin. Karena setiap pagi, sang ayah akan bermain dengan Rajendra. "Kak? Aku kangen digendong sama Papi," bisik Ilana. Liana yang sedang mengikat tali sepatu seketika menoleh ke arah Kevin. Tampak olehnya sang ayah tengah menciumi pipi gembul Rajendra."Iya, Kakak juga sama," aku Liana yang kemudian kembali mengikat tali sepatu. Ilana berlari menghampiri Kevin. "Papi? Aku juga mau digendong," rengeknya.Kevin menoleh. "Kamu sudah besar, berat.""Sebentar saja, Pi." Ilana menangkup kedua tangannya. "Tangan Papi cuman dua. Kalo gendong kamu, masa Jendra Papi simpen dulu di bawah?"Liana yang mendengar itu

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-05
  • Istri yang Tak Bisa Melahirkan Anak Laki-Laki   Bab 54

    Minggu siang, mobil Kevin dan Yuni memasuki gerbang. Kevin yang baru saja memarkirkan mobilnya di garasi segera turun. Liburan dadakannya itu tidak membuat hatinya senang karena penjaga rumah melaporkan jika Alana tak kembali sampai saat ini. Kevin berlari ke arah kamar Alana untuk memastikan. Ia membuka pintu itu yang ternyata tidak dikunci. Kevin mengedarkan pandangan ke setiap sudut kamar itu. Hampir semua aksesoris dan boneka milik Liana dan Ilana tidak ada di rak. Lalu dibukanya lemari-lemari di sana. Kosong. Tidak ada satupun baju yang menggantung di sana. Kevin menghela napas. Tanpa sengaja ia melihat selembar kertas tergeletak di atas meja rias dimana ponsel pemberiannya tergeletak di atasnya. Kevin segera meraihnya. Ternyata sepucuk surat dari Alana. Teruntuk Mas KevinTidak usah mencari kami. Nikmati saja harimu dengan istri baru dan bayimu itu. Aku akan menjaga ketiga putrimu dengan kasih dan sayangku melebihi apa pun. Tenang saja, mereka tidak akan pernah bertanya ke

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-05
  • Istri yang Tak Bisa Melahirkan Anak Laki-Laki   Bab 55

    "Mami? Keringin dulu rambutnya." Rupanya Liana menghampiri dan entah kapan gadis itu sudah duduk di sampingnya dengan tangan yang terulur memberikan handuk kecil. Alana tersenyum sambil menerimanya. "Makasih, Sayang."Liana mengangguk. "Hem, sama-sama, Mami."Alana menatap putrinya itu. Rasa penasaran yang membuncah membuatnya ingin bertanya perihal situasi mereka saat ini. "Sayang? Boleh kita bicara sebentar?"Alana melihat anak gadisnya berpangku tangan. Wajahnya mendongak menatap dengan kening mengkerut. "Kakak seperti orang paling penting sekarang," ucapnya, lalu terkekeh-kekeh, membuat Alana tersenyum gemas. "Kakak, Ila sama Lina itu orang yang paaaling penting dalam hidup Mami."Lagi, Liana terkekeh-kekeh. "Jadi, bisa gak, nih, kita ngobrol?" lanjut Alana. Liana mengangguk. Kini, wanita berstatus ibu dan anak itu duduk saling berhadapan. Apakah kamu mengerti dan tahu kenapa sampai kita tinggal di rumah ini? Namun, pertanyaan itu hanya terucap dalam hati saja. Ia merasa ra

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-06
  • Istri yang Tak Bisa Melahirkan Anak Laki-Laki   Bab 56

    Seminar dimulai. Banyak sekali ilmu tentang perusahaan, leadership, serta aspek lainnya yang Kevin dapatkan. Sampai tak terasa acara tersebut selesai. Kevin kembali ke kantor karena hari masih siang. Banyak pekerjaan yang harus ia bereskan termasuk proposal, surat kontrak dengan pengusaha tadi dan banyak lagi. Tiba di kantor, Kevin duduk di sofa sambil melonggarkan dasinya. Tok tok tok! Terdengar suara pintu diketuk. "Masuk!" titah Kevin. Dua orang pria berbaju hitam masuk dan berdiri tepat di hadapan Kevin. "Ketemu?" tanya Kevin. "Maaf, Pak. Kami sudah mengerahkan orang-orang kami. Tapi, Bu Alana tidak dapat kami temukan."Kevin mengesah panjang. Alana dan ketiga putrinya seperti hilang bak ditelan bumi. Ya, tanpa Yuni tahu dirinya mencari keberadaan Alana. "Baiklah. Hentikan pencarian!" titah Kevin. Ketiga orang itu berpamitan, lalu pergi. Kevin menyandarkan punggungnya pada sandara sofa dengan kedua tangan yang ia buka lebar. Kepalanya menengadah dan kedua matanya tertut

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-07
  • Istri yang Tak Bisa Melahirkan Anak Laki-Laki   Bab 57

    Alana sudah meninggalkan sekolah. Ia tak lekas pulang ke rumah, tetapi pergi ke kota untuk membeli berapa pot dan bibit bunga mawar siap tanam. Setelah semua di dapat, Alana pergi ke sebuah percetakan untuk membuat spanduk. "Semoga anak-anak belum bubar, ya, Bi?" ucap Alana saat duduk di belakang kemudi. Jelas saja ia cemas karena perjalana ke kota cukup jauh, belum lagi membeli pot dan bunga. "Kalaupun sudah, pasti mereka menunggu di sekolah, Bu.""Iya, Bibi benar."Mobil sedan Alana meluncur membelah jalanan kota menuju desa. *Wajah Alana tampak cemas saat melewati jalanan desa karena pasalnya sedari tadi ia berpapasan dengan anak-anak yang sedang dalam perjalanan pulang. Ia berharap kedua putrinya tidak protes, terutama Ilana. Akhirnya mobil terparkir tepat di dekat gerbang sekolah. Alana bergegas turun dan masuk. Dari jauh, Alana melihat Liana dan Ilana tengah asyik bermain dengan seroang murid perempuan. Tak jauh dari mereka ada kepala sekolah yang memperhatikan. "Sayang,

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-08
  • Istri yang Tak Bisa Melahirkan Anak Laki-Laki   Bab 58

    Setelah hari itu, Alana memutuskan untuk menambah kuota bunga yang dijualnya. Tak hanya bunga mawar saja. Ada ragam bunga hias yang bisa di simpan di dalam ruangan dan tanaman hias gantung. Hanya saja, Alana belum bisa membangun tempat yang bagus untuk menyimpan bunga-bunganya. Terkadang kalau hujan deras, ia dan Sumi akan memindahkan sebagian ke teras rumah. Seperti pagi ini. Dari semalam hujan turut sangat lebat disertai angin kencang. Dari teras, Alana memantau sisa-sisa bunga yang dibiarkannya di halaman. Ada beberapa pot yang terjatuh dan ada pula beberapa bunga yang patah. Alana hanya bisa pasrah. Ia anggap ini sebagai musibah dan risiko yang harus ia tanggung. Hari semakin siang. Hujan pun sudah reda. Langit gelap pun berubah menjadi terang. Alana dibantu Sumi membereskan semua kekacauan. "Semangat, Mami!" seru Liana di gazebo bersama Ilana dan Alina. Alana tersenyum. "Siap, komandan!"Liana dan Ilana terkekeh-kekeh. Setelah bergelut selama dua jam, akhirnya semua sudah ta

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-08
  • Istri yang Tak Bisa Melahirkan Anak Laki-Laki   Bab 59

    Alana berlari dan kembali duduk di gazebo sambil memegang dadanya. Roy yang semula mengikuti di belakang, berbalik arah mengejar Alana. "Ada apa?" Roy terlihat panik. Alana menceritakan apa yang terjadi di desanya itu. "Dan ternyata, pabrik yang hendak di bangun di sini adalah milik Mas Kevin.""Dari mana kamu tau?""Di alat berat itu tertulis 'PT. Chandra Gemilang Apparel. Itu perusahaan milik Mas Kevin."Alana mengguncang lengan Roy. "Gimana, ini, Kak? Kalau Mas Kevin tau aku di sini bisa gawat. Bisa saja dia mengambil anak-anak dariku!"Roy meminta Alana untuk tenang. Sejenak ia terdiam, berpikir apa yang harus ia lakukan untuk Alana. Roy mendapatkan ide walaupun menurutnya akan sedikit membuat Alana kecewa. Pria itu memberi saran, untuk sementara waktu Alana berhenti berjualan bunga. Dengan demikian kegiatan di sekitar rumah tidak terlalu mencolok. Apalagi, posisi rumah Alana yang tepat berada di pinggir jalan dan hanya satu-satunya akses bisa mencuri perhatian jika saja pihak

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-09

Bab terbaru

  • Istri yang Tak Bisa Melahirkan Anak Laki-Laki   Bab 71

    Alana mendorong tubuh Kevin sekuat tenaga. Berhasil, pria itu terdorong dari tubuhnya. Alana segera bangkit sambil mengusap bibirnya. Ia merasa jijik karena bibir Kevin meluncur bebas di sana. Namun, alih-alih segera pergi dari sana, Alana dikejutkan dengan Kevin yang tertelungkup di lantai. "Mas Kevin?" sapa Alana, "Mas?"Alana membatin. "Apa dia pingsan?" Alana berjongkok untuk memastikan. Sambil menepuk-nepuk pundak Kevin, Alana terus memanggil nama pria itu. Akan tetapi, nihil. Kevin tak kunjung bangun. "Bi? Bi Sumi!" teriak Alana panik. Tidak berselang lama Sumi datang. "Iya, Bu, ada ap --ya Tuhan, Bapak kenapa?" Sumi tak kalah panik. "Gak tau, Bi. Tolong bantu angkat, Bi!"Kini, Kevin sudah terbaring di kasur. Rupanya ia pingsan. Setelah tadi Alana menciumkan wewangian, Kevin sadarkan diri. Alana menghela napas lega. Pantas saja ketika Kevin menindih tubuhnya terasa sangat berat, ternyata Kevin pingsan. Menurutnya pingsan Kevin sangat menyebalkan. Bagaimana bisa bibir Ke

  • Istri yang Tak Bisa Melahirkan Anak Laki-Laki   Bab 70

    Dua hari setelah Alana tahu sebuah kebenaran tentang Melani, akhirnya pagi ini ia akan mengambil keputusan. Alana meminta Fadli untuk datang. Apalagi kalau bukan untuk merepotkan dokter itu lagi. "Ada apa?" tanya Fadli saat duduk di teras. "Kapan ada waktu senggang?""Kebetulan hari ini. Ada apa?""Tolong antar Mas Kevin ke Jakarta.""Jadi, sudah mengambil keputusan?"Alana mengangguk. Hatinya sudah yakin jika berpisah dengan Kevin adalah jalan terbaik. Ia tidak mau Liana terus-menerus bersikap dingin terhadapnya. Niat hati datang ke desa untuk memperbaiki mental putrinya. Akan tetapi, karena ulah Alana sendiri yang merawat Kevin justru memperburuk keadaan. "Apa kamu bersedia aku bikin repot lagi?""Tentu saja. Selama aku mampu, aku akan membantumu. Apa pun itu!"Alana tersenyum, lalu memberikan secarik kertas bertuliskan alamat rumah Kevin yang sudah ia siapkan sedari malam. "Tapi, tolong ... jangan katakan kepada siapapun, baik itu mertuaku atau Melani kalau aku yang menolong M

  • Istri yang Tak Bisa Melahirkan Anak Laki-Laki   Bab 69

    Alana pun bercerita kepada Fadli jika dokter kandungannya menceritakan hal yang sama. Bahkan Melani berkonsultasi kepada hampir semua dokter kandungan yang ada di Jakarta dan hasilnya sama. Ia mandul. Alana berdecak lidah. "Ya, aku baru ingat! Bahkan ruangan dokterku waktu itu sangat berantakan dan dokumen atas nama Melani berceceran di lantai.""Dan kita semua mendapat perlakuan sama dari si Melani itu," tutur Fadli. "Tapi, sepertinya aku yang lebih apes. Kena lemparan vas bunga. Untung hanya lebam saja. Kalau sampai keningku robek, aku seret dia ke kantor polisi," lanjutnya dengan kesal mengingat itu. Alana terkekeh-kekeh. "Kenapa Melani yang kita temui menyebalkan, ya?"Fadli terkekeh-kekeh. "He'em. Wanita itu sangat frustasi.""Kabarnya, dia mau hamil biar bisa menikah sama mantannya. Mau nebus kesalahannya di masa lalu gitu, deh, pokoknya," lanjut Fadli. Deg! Alana terdiam, membatin. Ceritanya sama persis dengan Melani, si mantan pacar Kevin. Ah, ataubhanya kebetulan saja?L

  • Istri yang Tak Bisa Melahirkan Anak Laki-Laki   Bab 68

    Sudah hampir satu bulan Kevin berada di desa. Secara fisik sudah terlihat bugar. Hanya saja, ingatannya belumlah pulih. Kini, pria itu tinggal serumah bersama Alana dengan kamar yang berbeda. Hampir setiap hari pula Fadli datang melihat kondisi pria itu. Seperti pagi ini, Fadli sudah siap mengantar Kevin untuk melakukan chek-up ke rumah sakit. "Sudah siap?" tanya Fadli. "Siap, Om Dokter!" jawab Liana dan Ilana kompak. Dua gadis kecil itu ikut bersama sekalian berangkat sekolah. Mobil pun melaju meninggalkan kediaman Alana. Tiba di sekolah, Liana dan Ilana segera turun setelah berpamitan kepada ibu dan sang pemilik mobil. Tak lupa, kecupan hangat dari Ilana untuk Kevin. Hanya Ilana saja, sedangkan Liana langsung bergegas turun. Ya, gadis itu tak hanya bersikap dingin kepada Kevin saja, tetapi kepada Alana karena sudah membawa Kevin tinggal bersama. Ia merasa keberatan. Perjalanan dilanjutkan, sampai akhirnya tiba di rumah sakit. Tak perlu menunggu lama, karena Fadli sudah membua

  • Istri yang Tak Bisa Melahirkan Anak Laki-Laki   Bab 67

    Malam itu Kevin sudah dipindahkan ke Puskesmas. Untungnya ada satu ruangan kosong sehingga tidak mengganggu aktivitas Puskesmas setiap harinya. "Sudah malam. Kalian pulanglah!" titah Fadli kepada Alana. "Kasian anak-anak.""Baiklah. Kami pulang dulu."Fadli mengangguk, lalu mengantar mereka sampai teras. "Dadah, Om!" Liana melambaikan tangan. Fadli membalas lambaian tangan Liana. "Dadah, Kakak!""Besok ketemu lagi, ya, Om?" timpal Ilana. "Iya, Ila cantik!"Fadli menutup pintu belakang setelah ia memasangkan sabuk pengaman pada kursi bayi Alina dan mobil pun melaju meninggalkan Puskesmas. Fadli bergegas ke dalam, menemui Kevin. "Anda mengenal istri saya, Pak Dokter?" tanya Kevin. Sambil memasang cairan infus baru Fadli menjawab, "Kami teman semasa SMA.""Apa Anda tau tentang kehidupan rumah tangga kami?"Fadli yang sedang mengatur aliran cairan infus seketika menoleh, lalu melanjutkan kembali aktivitasnya. "Kenapa Anda diam, Dokter? Istriku tadi mengatakan kami sedang proses ce

  • Istri yang Tak Bisa Melahirkan Anak Laki-Laki   Bab 66

    Alana sedikit membentak Liana yang membuat gadis itu marah dan meninggalkan kamar begitu saja. Fadli. Dokter tampan itu langsung mengikuti Liana yang ternyata sedang duduk di teras. "Anak cantik gak boleh marah. Nanti cantiknya ilang, loh!" goda Fadli. Liana yang cemberut sambil melipat kedua tangannya di dada seketika menoleh. "Bukan urusan Om!"Fadli tersenyum. Ya, memang bukan urusannya. Ia memang terlalu kepo urusan orang. Ah, bukan ... Fadli tidak menganggap Alana orang lain sehingga apa pun yang terjadi dengannya ia selalu ingin tahu. Fadli ingin membalas kebaikan Alana tempo dulu. Kali ini saatnya, pikirnya. "Jadi, gak mau cerita sama Om, nih?" Fadli mencolek dagu Liana. "Jangan colek-colek aku, ya, Om?! Emangnya aku gadis apaan?"Fadli melongo, lalu tertawa terbahak-bahak sampai terpingkal-pingkal. "Hahahahah ... ya ampun ... ya ampun ...." Tawa Fadli mulai berhenti. "Kamu itu persis Mami kamu ternyata, ya?"Fadli mengembuskan napas kasar, lalu berdiri. "Ya udah kalo gak

  • Istri yang Tak Bisa Melahirkan Anak Laki-Laki   Bab 65

    Sore harinya, setelah Alana meminta paksa pulang Kevin, ia menemui rukun tetangga setempat yang tak jauh dari rumah. Ia menanyakan tentang keberadaan pelayanan kesehatan di desa tempatnya tinggal. Pasalnya, Alana akan menggunakan jasanya untuk merawat Kevin. "Ada dokter, Bu. Tapi hanya dokter kandungan. Itu pun baru praktek di sini beberapa bulan yang lalu.""Oh, begitu ya, Pak. Sebetulnya tidak masalah. Saya hanya perlu bantuan beliau untuk memasang dan lepas infus saja.""Loh, kenapa tidak dibawa ke rumah sakit saja, Bu?"Alana tersenyum canggung. "Sempat dirawat, Pak. Tapi, selain rumah sakit yang cukup jauh, saya juga punya tiga putri. Jadi, tidak mungkin untuk bulak-balik rumah sakit," dalih Alana. "Kalau boleh tau puskesmasnya di mana, ya, Pak?" lanjut Alana. Pria itu menjawab jika Puskesmas berada di ujung jalan pesawahan. Alana pun bergegas pulang dan akan ke sana menggunakan mobil agar menghemat waktu. "Mami mau ke mana lagi?" tanya Ilana saat melihat Alana menyambar kunc

  • Istri yang Tak Bisa Melahirkan Anak Laki-Laki   Bab 64

    Dua minggu sudah berlalu. Kemarin, dokter mengabarkan bahwa Kevin sudah sadarkan diri. Pagi ini, Alana tengah bersiap menjenguknya. Tak hanya bersiap dengan penampilannya saja, tetapi ia menyiapkan hatinya. Ya, setelah mendengar pengakuan dari Toni, ketulusan hati Alana untuk merawat Kevin seketika runtuh. "Bi, titip anak-anak, ya?" kata Alana. "Iya, Bu. Titip salam untuk Bapak."Alana tersenyum. "Iya, Bi."Alana sengaja tidak berpamitan kepada anak-anaknya, karena sudah pasti mereka merajuk ingin ikut. Tidak mungkin juga jika dirinya mengatakan akan pergi ke rumah sakit, karena ujungnya mereka akan bertanya siapa yang sakit. Alana tidak ingin membohongi putirnya. Daripada berbohong, lebih baik tidak diberitahu sekalian.Dengan memakai T-shirt berwarna merah yang dipadankan celana jeans berwarna hitam, serta rambut yang diikat bak ekor kuda, Alana bergegas meninggalkan kediamannya menggunakan mobil sedan kesayangannya.*Minggu siang ini jalanan di kota padat merayap membuat Alana

  • Istri yang Tak Bisa Melahirkan Anak Laki-Laki   Bab 63

    Alana segera turun. Pikiran yang tidak fokus membuatnya tak menyadari jika ada anak kecil yang tiba-tiba saja menyebrang. "Kamu tidak apa-apa, Nak?" tanya Alana panik sambil berjongkok. "Tidak, Tante. Maaf, ya, aku nyebrang gak liat-liat dulu.""Untung saja Anda rem tepat pada waktunya!" ucap seorang warga berjenis kelamin laki-laki. "Anak ini memang sering begini. Mencari perhatian dari siapa saja!"Alana mengusap pipi anak itu. Usianya mungkin tak jauh dengan Liana. Akhirnya, Alana menuntun anak itu ke tepian, sementara dirinya memindahkan mobil ke sisi kiri agar tidak terjadi kemacetan. "Namamu siapa?""Aura.""Apa benar apa yang dikatakan Bapak tadi?"Anak itu terdiam dengan kepala menunduk. "Habisnya Ibu sama Ayah gak pernah perhatiin aku, Tante.""Orang tuamu kerja?"Aura menggeleng. "Lalu?""Ayah sibuk sama ponselnya dan Ibu sibuk sama pacarnya."Alana terbelalak saking kagetnya. "Apa?!" Alana mengesah panjang. Anak sekecil ini harus menanggung derita akibat ulah orang tu

DMCA.com Protection Status