Semua Bab Istri yang Tak Bisa Melahirkan Anak Laki-Laki: Bab 31 - Bab 40

71 Bab

Bab 31

Melani tiba di sebuah rumah sakit. Tak perlu mengantri lama, karena dirinya sudah membuat janji. "Gimana kabarmu?" tanya sang dokter yang kebetulan teman Melani. "Ya, beginilah!"Tanpa diperintah, Melani langsung berbaring di hospital bed. "Cepatlah!" sungut Melani. Dokter tampan itu tersenyum, lalu duduk menghadap monitor. Melani juga meminta setiap tahap pemeriksaan dilakukan pengambilan foto. Sang asisten dokter pun melakukan sesuai perintah. Tidak berselang lama, sang dokter memberikan selembar hasil USG. "Bayinya sehat dan dipastikan laki-laki."Melani bangkit setelah merapikan bajunya. "Bagus! Kapan perkiraan lahiran?""Sekarang usia kandungannya pas lima bulan. Jadi sekitar empat bulan lagi. Bisa pas sesuai HPL, bisa lebih cepet, atau mungkin lebih.""Oke! Lakukan sesuai rencana!" Melani melengos pergi meninggalkan ruangan dokter setelah mendapatkan resep obat. Setelah menunggu sekian lama di konter apotek, akhirnya Melani mendapatkan obatnya berikut vitamin. Melani berg
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-13
Baca selengkapnya

Bab 32

"Heh, bangun!" Beni mengguncang tubuh Melani. "Ya ampun, tidurnya kayak kebo banget!" gerutu Beni. Ia merasa kesal karena sudah beberapa kali membangunkan, tetapi Melani tak kunjung membuka matanya. Tak hilang akal, Beni mengambil air di gayung dan memercikkannya di wajah Melani. Melani perlahan membuka matanya. "Iiiiiih, apa'an, sih, Ben?""Heh! Dari tadi hape'mu bunyi terus, berisik!"Dengan malas Melani merogoh ponselnya dalam tas. Matanya terbelalak saat tahu ternyata panggilan itu dari Kevin. Ada dua puluh panggilan yang tak terjawab. Ting! Sebuah pesan masuk. "Mas sama Ibu di luar!" Isi pesannya. "Gawat, gawat, gawat!" Melani panik. Ia bergegas turun dari ranjang. "Kenapa gak bangunin aku dari tadi, sih!" gerutunya sambil memukul pundak Beni. Beni mendelik kesal. "Yeeee, kamu aja yang tidurnya kaya mayat! Nyaman banget tidur posisi gitu."Sambil mengenakan bajunya, Melani berkata, "Iya'lahh. Gak mungkin, kan, aku tidur kayak gini kalo di rumah?!""Awas, tuh, kelupaan!"
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-14
Baca selengkapnya

Bab 33

"Papi?" panggil Ilana dari kejauhan. Ia tidak berani mendekat karena Yuni sudah memergokinya terlebih dahulu. Kevin yang tengah menyuap nasi menoleh. "Iya, Sayang, kemarilah!"Langkah kecil Ilana terkesan ragu dan takut. Untung saja Kevin peka dan memilih dirinya yang menghampiri. Kevin menggendong Ilana dan membawanya duduk. "Makannya udah?" tanya Kevin. Ilana yang ada dalam pangkuan Kevin mengangguk. "Lalu, Ila ke sini cuman cari Papi aja?"Lagi, Ilana hanya mengangguk. Terlalu takut baginya untuk bicara karena ada Yuni dan Melani di sana. "Ila mau main sama Papi?" Ilana tersenyum simpul. "Iya, Pi, Ila mau main sama Papi! Sama ...,""Sama?" Kevin balik bertanya karena Ilana tidak melanjutkan kalimatnya. Ilana melihat ke arah Yuni dan Melani sekilas, lalu mengatakan maksudnya menghampiri Kevin."Tapi, beneran, deh, Nek, ini bukan Mami yang minta. Ini maunya Ila yang mau bobok bareng Papi," cerocos Ilana sambil menatap Yuni dengan dua jari tangan yang ia angkat sebagai tanda j
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-15
Baca selengkapnya

Bab 34

Melani meninju kasur. Ia merasa kesal karena ternyata Kevin memilih mengejar Alana. "Sayang, tunggu!" Dengan cepat Kevin menuruni anak tangga. "Tunggu!" katanya lagi sambil mencekal lengan Alana. Alana menghentikan langkahnya. Tanpa menoleh ia berkata, "Maaf tidak bermaksud mengganggu. Aku pikir pintunya terbuka tidak ada orang. Aku hanya ingin mengambil sisa bajuku saja."Alana menarik tangannya. "Silakan lanjutkan saja!" Ia bergegas pergi. Masuk kamar, Alana segera mengunci pintu. Ia berlari ke kamar mandi. Sambil berdiri di depan cermin, akhirnya rasa sesak di dada terlampiaskan. Alana menangis. Ternyata, melihat sendiri mereka bercinta lebih menyakitkan daripada mendengar pengakuan Kevin. Alana terisak. "Tidak! Aku tidak boleh seperti ini! Air mataku terlalu mahal untuk menangisi pengkhianatan Mas Kevin!" Alana mengusap air matanya dan bergegas membasuhnya dengan air. Alana terus membasuh wajahnya sampai kiranya hidung tak terlihat merah dan matanya bengkak.Alana menarik nap
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-15
Baca selengkapnya

Bab 35

"Alana?! Bisa jaga anak, tidak?" Yuni tiba-tiba masuk kamar.Alana yang sedang merapikan mainan terhenyak dan panik melihat Ilana menangis. Ia melangkah cepat menghampiri. "Ada apa, Bu?""Kevin sama Melani mau ke Bali, mau baby moon. Anakmu merengek mau ikut!"Alana merangkul kedua putrinya. "Maaf, Bu. Yang penting, kan, mereka gak ikut, Bu!"Yuni mendelik. Wanita yang sudah memiliki keriput di wajahnya itu malah menghardik. "Memang tidak ikut. Dengan nangisnya anakmu, di sana Kevin pasti kepikiran. Bukannya senang-senang sama Melani malah banyak ngelamun!" Yuni membuang mukanya seraya pergi. Alana menghela napas. Kedua putrinya ia peluk, lalu melerainya. "Siapa yang mau ikut sama Mami jalan-jalan?!" tanya Alana penuh semangat. "Mau!" jawab Liana cepat. Ilana yang masih menangis pun turut bicara. "Ke mana, Mi?""Terserah! Yang jelas jangan ke luar negeri. Ke kebun binatang? Ke pantai? Ke villa? Pokoknya terserah Ila dan Kak Ana, deh!"Ilana mengusap air matanya seiring dengan ta
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-16
Baca selengkapnya

Bab 36

Lima hari sudah berlalu. Tepat pagi itu Kevin dan Melani tiba di rumah. Ya, semula yang hanya tiga hari ternyata bertambah dua hari karena Melani merengek ingin lebih lama di Bali.Lima hari tidak masuk kantor, tentu saja membuat pekerjaan menunggu Kevin di kantor. Setelah berganti pakaian, ia bergegas pergi. "Loh, Vin, baru saja nyampe, kok, pergi lagi?" protes Yuni. Kevin yang hendak masuk ke dalam mobil pun menoleh. "Banyak dokumen penting yang harus selesai hari ini, Bu.""Ah, baiklah! Hati-hati di jalan!"Kevin mengangguk, lalu segera pergi. ***Tiba di kantor, Kevin dihadang oleh seorang resepsionis sebelum ia memasuki ruangan. "Maaf, Pak. Ada surat untuk Anda."Sambil menerimanya, Kevin bertanya. "Dari siapa?""Maaf, saya tidak tahu, Pak. Kemarin orang pos yang mengantar.""Oke, terima kasih." Kevin bergegas masuk ke ruangannya. Kevin menyimpan amplop itu di dalam laci. Ia memilih untuk mengecek dokumen terlebih dahulu. Tak terasa jarum jam menunjuk pada angka dua belas
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-17
Baca selengkapnya

Bab 37

Alana sudah berada di rumah. Rasa lelah yang semula mendera, kini perlahan hilang tergantikan rasa kesal. Sejenak Alana terdiam. Ia harus mencari cara agar perceraian itu terjadi. "Ah, Ibu!" serunya, ketika menemukan sebuah ide. Ya, Alana yakin jika Yuni akan senang dan mendukungnya. Dengan demikian mertuanya itu akan mendesak Kevin untuk berpisah dengannya. Alana memastikan jika ketiga putrinya tertidur lelap, lalu ke luar kamar untuk menemui Yuni. "Bi, liat Ibu, gak?" tanya Alana yang berpapasan dengan Sumi. "Ada di kamar atas, Bu. Bantu Bu Melani pindahan kamar."Alana mengangguk. "Makasih, ya, Bi." Alana bergegas menaiki anak tangga. Tiba di sana, rupanya ada beberapa tukang yang sedang merombak kamar tersebut. Alana memastikan tidak ada Kevin di sana. "Bu? Boleh bicara sebentar?" tanya Alana saat melihat Yuni di dekat pintu. Yuni menoleh. Keningnya mengerut lalu balik bertanya, "Apa penting?""Sangat, Bu!"Alana mengajak Yuni sedikit menjauh dari kamar."Bu, tolong bujuk
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-18
Baca selengkapnya

Bab 38

Hari-hari Alana lalui dengan perasaan campur aduk. Kadang senang, kadang sedih. Senang ketika dirinya mengerjai Melani dan sedih saat melihat kenyataan jika dirinya berada dalam situasi memprihatinkan. Ya, sekarang usia kandungan Melani sudah masuk sembilan bulan. Perhatian Yuni dan Kevin tercurah kepadanya. Liana dan Ilana pun merasa sedih karena Kevin tak lagi mengajaknya bermain. Keadaan mereka tak ubah seperti orang-orang yang numpang hidup di rumah itu. Miris. Ya, Kevin mengabarkan bahwa rumah mewah itu kembali dikembalikan kepada Melani --orang yang seharusnya menerima hadiah itu. Alina. Bayi itu kini berusia tujuh belas bulan. Sudah pintar berjalan dan mulai berbicara dengan kosakata yang mulai bisa dimengerti. Sudah hampir empat bulan ini pula Kevin jarang menyapa dan menggendongnya. Sehingga, besar kemungkinan Alina tidak akan terlalu akrab. Malam ini jam dua belas malam. Alana yang tak bisa tidur memilih membuat secangkir teh cokelat panas di dapur. Pantulan cahaya rembula
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-18
Baca selengkapnya

Bab 39

Siang itu Alana datang ke rumah sakit dengan membawa kado bersama ketiga putrinya. Semula, tak ada niatan sama sekali untuk datang. Hanya saja, ketika Ilana melakukan panggilan vidio dengan Kevin, Yuni memintanya untuk datang. Berdasarkan arahan dari Kevin, akhirnya mereka tiba di salah satu kamar ibu dan anak. Kevin menyambut kedatangan mereka. Liana dan Ilana yang sedari tadi mengekor, kini berada di samping kiri-kanan Alana. Keduanya kompak memegang baju Alana. Tampak di dekat ranjang bayi ada Yuni yang tak hentinya memandangi penuh kagum cucunya itu. "Selamat, ya Mbak," ucap Alana sambil menyimpan kado itu di lantai. Melani tersenyum lebar. "Terima kasih!"Alana mengangguk dan terdiam. Entah apa yang harus ia katakan dan lakukan lagi. "Kenapa diem di situ?" tanya Yuni, "liatlah cucu kesayangan, Ibu! Tampan, loh!"Alana tersenyum samar. Rupanya sang mertua hanya ingin pamer atau memanas-manasi? Alana mendekat dan memandangi wajah bayi itu. Seketika hatinya berkedut kembali m
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-19
Baca selengkapnya

Bab 40

Alana memeluk Liana dan Ilana. Rupanya mereka menangis saat mendengar teriakan Kevin, ditambah lagi Alana yang membanting pintu. Mereka ketakutan. Alana tak hentinya meminta maaf. Dirinya menjelaskan jika terjadi kesalahpahaman antara dirinya dan Kevin layaknya seorang teman jika bermain. "Seperti Kak Ana dan Ila. Kadang kalian juga berantem sedikit, lalu baikan lagi, kan?"Liana dan Ilana mengangguk mengerti. Alana meminta mereka untuk membersihkan diri terlebih dahulu sebelum makan malam tiba. Sementara Liana dan Ilana mandi, Alana menyusui Alina. Makan malam tiba. Alana meminta Sumi untuk membawakan jatahnya dan anak-anak di kamar. Alana malas jika tiba-tiba Kevin atau Yuni datang lagi dan memaksanya untuk menyusui bayi Melani. Malam ini bisa lolos, tetapi besok dan besoknya lagi? Alana dibuat pusing memikirkannya. *Di rumah sakit, ada Melani yang merasa stress karena bayinya terus menangis. Ia mencoba memberinya ASI, tetapi sang bayi belum pandai menyedot puting. "Yang s
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-20
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234568
DMCA.com Protection Status