All Chapters of Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku : Chapter 11 - Chapter 20

35 Chapters

Fitting Gaun Pengantin

Alina hanya mengangkat bahu kecil tanpa menjawab. Ia tahu apa yang dikatakan Arion ada benarnya, tapi hatinya terlalu keras untuk mengakui itu. Akhirnya, Arion menghela napas, jelas merasa bingung dan prihatin. Namun, ia tidak ingin memperpanjang pertengkaran ini di tempat umum. "Oke, kita keluar dulu." "Anggap saja ini hanya latihan." Dia menoleh dan mengedipkan mata. Suaranya kembali tenang. Arion membuka pintu. "Mereka sudah menunggu di dalam. Kamu siap atau tidak?" Tanpa menunggu jawaban, Arion keluar dari mobil dan berjalan mengitari mobil untuk membukakan pintu bagi Alina. Alina keluar dari mobil dengan perasaan campur aduk. Di belakangnya, Arion berjalan dengan santai, seolah tempat ini adalah rumah keduanya. "Jangan gugup," kata Arion sambil membuka pintu untuknya dengan santai. "Kau cuma fitting baju pengantin. Bukan casting bintang film." Alina menatapnya tajam. "Siapa yang gugup?" ujarnya defensif, meski jelas-jelas dari tadi dia gelisah. Saat mereka masu
Read more

Tidak Sengaja Bertemu Sosok Daniel

Arion melingkarkan lengannya di pinggang Alina. Mereka berdua terdiam sejenak, wajah mereka berdekatan. Sementara dibelakang, para pelayan saling berbisik dan tersenyum, terlihat gemas dengan momen manis itu. "Ini bukan cara yang baik untuk tampil di pernikahan." Mata Arion begitu tajam. Alina berhenti bernapas. “Tapi setidaknya, kamu tetap cantik.” Wajah Alina memerah. “Yah, sepertinya aku masih butuh latihan berjalan dengan gaun ini,” katanya. Telapak tangan Arion yang hangat membuat tubuhnya gemetar. Arion mengangkat alisnya, memberikan tatapan serius. “Jadi, apakah kamu benar-benar ingin memakai gaun ini?” tanyanya, suaranya terdengar tulus. “Karena jika iya, aku akan berusaha keras untuk memastikan kamu tidak jatuh lagi." Mendengar kata-katanya, Alina merasa hatinya berdegup. “Iya, aku suka gaun ini,” jawabnya pelan. “Dan terima kasih sudah menangkapku. Sekarang turunkan aku!” Arion membalas dengan berusaha membantu Alina berdiri lagi. Tapi ia masih memegang ta
Read more

Menuju Pernikahan Arion dan Alina

Begitu wanita itu pergi dengan anjingnya, Alina berdiri dan menatap Arion dengan tatapan yang sulit dibaca. Dia tak berkata apa-apa, tapi ada kekesalan yang terpendam di matanya.Arion meraih kopernya dan melangkah lebih dulu, langkahnya panjang dan cepat. Dia berhenti dan menoleh dengan ekspresi datar. “Ayo cepat. Kita hampir terlambat.”Alina menatap Arion dengan ekspresi nyaris tak percaya, lalu berusaha menelan rasa jengkelnya. "Pembantu? Serius?" desisnya, sambil menahan diri untuk tidak melempar sepatu ke arah cowok ituMentang-mentang sudah terbiasa hidup dalam sorotan publik, selalu dikelilingi oleh wanita-wanita cantik dia jadi bebas mengatainya.Setelah mereka duduk di ruang tunggu bandara, Alina tak lagi bisa menahan diri. "Kenapa kamu harus bilang aku pembantumu?"Arion menatapnya sebentar, wajahnya datar. “Karena itu yang paling masuk akal dalam situasi tadi.”Tanpa sedikit pun menunjukkan emosi dia berkata lagi. "Ah tidak.. Kupikir kau memang mirip seperti pembantu."“
Read more

Cincin, Janji, dan Drama Seumur Hidup

Upacara pernikahan itu berlangsung sederhana, hanya dihadiri oleh kakek Arion, Pak Hadi, dan beberapa orang terdekat. Walaupun sederhana, atmosfernya terasa tegang—tapi bukan karena sakral, melainkan karena Arion dan Alina yang terus saling melontarkan lirikan penuh gengsi. Saat tiba gilirannya, Arion menggenggam tangan Alina dan mengatakan, "Aku bakal pegang kendali di sini." Tangannya lembut, tapi senyumnya benar-benar bikin Alina ingin menginjak kakinya.Dia berbisik sambil menahan senyum, “Siap-siap jadi nyonya Kwon, yang selalu menurut sama suaminya.”Alina menyahut pelan dengan sinis tapi tetap menggemaskan, “Kau mimpi ya, Arion? Nyonya Kwon nggak bakal ‘tunduk’ semudah itu.”Ketika pemimpin upacara memberi isyarat pada Arion untuk mulai mengucapkan janji, Arion menatap Alina dengan senyum penuh kemenangan dan berkata, "Mulai hari ini, kamu resmi jadi milikku. Siap-siap aja, jangan nangis kalau aku mengatur hidupmu.”Alina tersenyum lebar, baru ingin menjawab namun pemimpin per
Read more

Jamuan Malam yang Berakhir Panas

Mata kakek yang lelah bersinar bahagia. Arion tetap diam di tempatnya, matanya terus mengamati Alina yang mendorong kursi roda kakeknya menuju meja makan sambil tertawa kecil dengan Pak Hadi. Dengan langkah tenang, Arion akhirnya mendekati mereka. "Alina," panggil Arion dengan nada yang terdengar lebih lembut dari biasanya, menarik perhatian Alina dan kakeknya. Ia tersenyum sekilas, lalu mencondongkan diri sedikit untuk menggenggam pegangan kursi roda. "Biar aku saja yang dorong, kamu pasti lelah," Alina tampak sedikit terkejut melihat sisi perhatian Arion yang tiba-tiba. Ia membiarkan Arion mengambil alih. Arion mulai mendorong kursi roda kakeknya dengan hati-hati, sementara Alina berjalan di samping mereka. Makan malam diadakan dalam suasana yang hangat, dengan percakapan yang mengalir ringan. Salah satu tamu, sahabat karib Pak Hadi, mengenang masa kecil Arion. “Dulu, Arion masih sekecil ini, tidak disangka sekarang sudah menikah." ucapnya dengan semangat. Pak Hadi menimp
Read more

Musuh Dalam Keluarga

Meja bergetar sedikit saat Arion memukulnya, menarik perhatian tamu lainnya. Mereka mulai berbisik-bisik, menatap dengan penasaran.Arion berdiri dengan kasar, memandang tajam ke arah kakaknya. "Kau pikir siapa dirimu, Daniel, sampai bisa bicara seperti itu?" suaranya terdengar dingin. "Alina tidak ada hubungannya dengan urusan keluargamu yang penuh kemunafikan."Daniel tertawa tipis, "Oh, Arion, jangan begitu serius. Kalian masih SMA.." ia lalu menyesap minumannya, sama sekali tak terintimidasi."Dan kau tahu, Ayah selalu lebih menyukaiku... Kau hanya membuat dirimu terlihat putus asa di sini." Dia menatap Alina lagi. "Kuharap kau siap, Alina. Hidup dengan Arion… mungkin akan jauh lebih sulit daripada yang kau bayangkan."Wajah Alina mulai pucat, tetapi Arion, yang sudah tidak bisa menahan emosinya lagi, menatap Daniel tajam dan berkata, "Jangan pernah berpikir untuk menghina istriku lagi."Daniel hanya terkekeh, mengangkat bahu. "Lihat saja nanti. Kita lihat seberapa lama 'pernikaha
Read more

Kehangatan Dalam Balutan Aroma Memabukkan

"Kau yakin ingin melanjutkan ini di depan semua orang?"Alina terkesiap, lalu melihat ke dalam kaca gedung dan menyadari bahwa mereka sudah menarik perhatian seluruh tamu. Sebelum sempat berkata lagi, Arion tiba-tiba menarik pinggulnya ke dalam pelukannya.“Kenapa pula kakek menyuruhku menikah dengan gadis keras kepala seperti dirimu?” kata Arion berbicara di dekat telinga Alina.“Ck! Arion!” Alina memprotes, tetapi dia merasa hatinya bergetar saat tubuh Arion mendekat.Kata-katanya yang membisik membuat bulu kuduknya merinding. “Kita harus bisa mengatasi ini,”Wajah Alina mulai memerah.“Oke, kita terlihat bagus."Arion memeluknya erat... sangat erat, hingga Alina merasakan napasnya yang berat dan panas. Aroma tubuh Arion yang khas—perpaduan kayu cendana, dan jejak amber serta musk yang sensual, membuat Alina semakin ingin menempel pada laki-laki itu.“Ya, tepat seperti itu.." Arion mengelus rambut cokelat Alina lembut. "Jangan terlalu keras kepala pada suamimu yang baik hati ini.”
Read more

Diatur Setelah Nikah : No More GO-JEK!

Kepanikannya semakin memuncak. Bagaimana bisa ia pulang dari Bandara Soetta ke rumahnya tanpa uang sepeser pun? Apalagi berjalan kaki jelas bukan pilihan. "Bapak, maaf, saya… saya nggak bisa ikut sekarang," katanya, suaranya terdengar pasrah. "Dompet saya tertinggal." Bapak Go-Jek itu langsung memutar bola matanya dengan kesal. "Yah, Neng, udah cape-cape kesini, terus dicancel?" keluhnya, wajahnya semakin masam. Saat itulah sebuah mobil hitam meluncur perlahan ke arahnya. Range Rover yang tak asing—mobil Arion. Kepala laki-laki muncul dari balik kaca. Dengan ekspresi bingung, Arion menatapnya. "Kenapa kamu masih di sini?" tanyanya datar. "Kamu ngapain balik lagi? Bukannya kamu sudah pergi ninggalin aku?" "Meninggalkanmu?!" Arion mengangkat alisnya, suaranya tiba-tiba ketus. Alina terkejut. "Aku mencarimu kemana-mana. Kau berjalan begitu cepat seperti pemain yang sedang berlari menuju gawang.. Padahal aku cuma pergi sebentar untuk mengurus sesuatu. Ternyata kamu sudah dil
Read more

Hari Pertama Alina di Sekolah

Alina menuruni tangga kayu dari kamar lotengnya, menahan pusing yang entah disebabkan oleh jet lag atau setumpuk pikiran tentang pernikahannya dengan Arion kemarin. Semalam Alina sampai jam dua belas malam. Dan sempat berjalan kaki, karena ia memberhentikan Pak Darman hanya sampai di jalan besar, tidak sampai depan rumah. Alina tidak mau mengambil risiko Arion mengetahui lokasi rumahnya. Karena kalau laki-laki itu tahu... Kiamat kecil bisa saja terjadi. Matanya terasa berat, dan dia hanya sempat menyambar seragam seadanya tanpa sempat berias sebelum mendengar langkah kaki Vera di ruang tamu. "Oh, Alina! Kamu baru bangun? Dua harian ini kamu ga tidur di rumah. Kamu dari mana?" Seorang perempuan lebih tua sedikit darinya mengamati ekspresi Alina dengan alis yang sedikit terangkat. Itu Vera, salah satu teman serumah Alina. Ia terlihat siap berangkat kerja dengan tampilan rapi dan tas selempang. Alina buru-buru mengusap wajahnya, berusaha menyembunyikan kantong mata dan bekas g
Read more

Dipanggil Ke Kantor Kepala Sekolah

Bibir merah merona dan alisnya yang melengkung sempurna. Alina menahan napas. 'Itu Clarissa...' Pagi ini sungguh sial.. 'Dari semua mobil kenapa harus mobil Clarissa sih?' “Ah, orang-orang ini..." ujar Vera "Tidak bisa berhati-hati apa?—Eh, Ya Tuhan..." Vera hampir terjatuh dari kursinya saat melihat Clarissa. Matanya membelalak. "Bukannya itu ‘Clar si influencer viral’ itu, ya?!” “Vera, sebaiknya kamu pergi. jangan berlama-lama di sini!" Alina mendesah bukannya cepat pergi Vera malah seru menonton seolah tidak mau melewatkan kejadian langka. Clarissa menatap mereka dengan tatapan jijik. Alina tahu, Clarissa pasti bukan tipe yang bisa terima begitu saja, dan dia pasti nggak dapat SIM dengan cara yang benar. “Aku udah bilang hati-hati,” Vera berbisik sambil mematikan mesin mobilnya. 'Ya Tuhan, tolonglah.. Aku masih ingin hidup sampai hari kelulusan.' Alina meringis dalam hati. Dalam pikirannya, kejadian itu jelas-jelas salah Clarissa. Saat mereka mendekati temp
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status