All Chapters of Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku : Chapter 11 - Chapter 20

107 Chapters

Fitting Gaun Pengantin

Di depan mereka berdiri sebuah butik pengantin mewah dengan logo mengilap. Hiasan di etalase toko terlihat mahal, seperti sengaja memamerkan gaun-gaun pengantin yang pasti harganya bikin dompet Alina nangis. 'Ini toko baju doang. Tapi kenapa rasanya kayak mau masuk istana? Gue bahkan nggak tahu harus mulai ngomong apa di depan mbak-mbak SPG-nya. 'Halo, gue calon pengantin nggak niat, tolong kasih gue diskon.' Ya nggak mungkin kan?' "Lo serius ngajak gue masuk ke situ?" Alina akhirnya buka suara. Arion cuma tersenyum tipis sambil melempar pandangan ke arah butik. "Ya emang. Kenapa? Lo takut sama manekin?" "Bukan takut. Gue cuma nggak yakin gue cocok di tempat kayak gitu. Lo lihat nggak itu? Tempatnya terlalu... mahal." Arion mengangkat alis, berusaha menahan tawa. "Ya iyalah mahal. Gue nggak mungkin bawa lo ke toko pinggir jalan buat beli gaun pengantin." "Gue cuma mau bilang..." Alina menggantung kalimatnya, gengsinya jelas terlihat. "Gue nggak yakin gue pantes di situ." Arion
last updateLast Updated : 2024-11-10
Read more

Tidak Sengaja Bertemu Sosok Daniel

Arion masih memperhatikan Alina dari ujung kaki sampai ujung kepala, sambil tersenyum licik. Alina langsung geleng-geleng kepala, sambil melipat bibir. "Susah banget sih lo? Gue cuma coba gaun, nggak ada yang perlu lo olok-olok gitu." Arion ketawa kecil, "Nggak ada yang lebih lucu daripada ngeliat lo pake gaun pengantin, serius deh." Alina cuma bisa menggerutu dalam hati, sambil berbalik masuk ke ruang ganti lagi. "Pantesan aja lo nggak pernah romantis. Lo selalu aja pengen ngejek gue." "Romantis? Gue lebih suka jujur. Dan jujur aja, lo bakal lebih cocok jadi ratu balap daripada pengantin." Alina menghela napas berat, "Sumpah, lo bikin gue kesel." Tapi di balik semuanya, dia masih nggak bisa nahan senyum kegelian. Entah kenapa, olokan Arion yang aneh itu malah bikin suasana jadi lebih ringan, meskipun tetep aja... bikin kesel. Alina merasa gugup ketika pakai gaun terakhir. Gaun itu nggak kayak yang sebelumnya, ini agak sedikit terbuka, dengan potongan V di dada yang sedikit l
last updateLast Updated : 2024-11-11
Read more

Menuju Pernikahan Arion dan Alina

Alina langsung mendongak, kaget banget sama jawabannya. Tapi dia buru-buru menutup ekspresinya. Senyum yang dipaksakan muncul, meski dalam hati dia udah pengen ngedumel. Cewek itu malah ketawa. “Oh, gue kira pacar baru lo! Tapi gue ngerti kok. Pokoknya sukses buat lo di tim nasional nanti!” Arion cuma senyum kecil dan angguk sopan. “Makasih atas dukungannya.” Alina diam aja sepanjang mereka jalan menuju boarding. Tapi dalam hati, dia nyumpahin Arion, 'Lo bakal gue labrak abis ini, dasar pangeran palsu!' Setelah masuk ke area boarding dan duduk di ruang tunggu, Alina akhirnya nggak bisa nahan diri lagi. Dia melirik ke arah Arion yang lagi asyik scrolling HP-nya dengan ekspresi santai, seolah nggak ada yang terjadi. “Gue nggak habis pikir, kenapa lo harus bilang gue pembantu?” Alina mulai dengan emosi. Arion berhenti main HP dan melirik Alina sekilas. “Ya emang bener kan?” jawabnya enteng, tanpa rasa bersalah sedikit pun. Alina langsung ngekerutkan alis. “Maksud lo apa?” Arion
last updateLast Updated : 2024-11-11
Read more

Cincin, Janji, dan Drama Seumur Hidup

Upacara pernikahan itu sederhana banget, cuma dihadiri sama kakeknya Arion, Pak Hadi, dan beberapa orang terdekat. Walaupun sederhana, suasananya nggak ada sakral-sakralnya—lebih kayak dua orang yang sama-sama gengsi, saling melontarkan lirikan tajam. Waktu gilirannya, Arion langsung menggenggam tangan Alina. “Gue bakal pegang kendali di sini,” katanya sambil senyum kecil yang bikin Alina mau menginjak kakinya. Tangannya sih lembut, tapi sikapnya? Nyebelin banget. Arion menunduk sedikit dan berbisik sambil nahan senyum. “Siap-siap jadi Nyonya Kwon yang selalu nurut sama suaminya.” Alina balas pelan, sengaja dengan nada sinis, “Lo mimpi kali, Arion. Nyonya Kwon nggak bakal ‘tunduk’ segampang itu.” Pemimpin upacara melirik mereka berdua dengan tatapan setengah kesal waktu Arion akhirnya diminta mengucap janji. Dia tatap Alina dengan senyum yang—jujur aja—bikin Alina kepengen melempar bunga dari tangannya. “Mulai hari ini, lo resmi jadi milik gue. Siap-siap, jangan nangis kalau gue
last updateLast Updated : 2024-11-12
Read more

Jamuan Malam yang Berakhir Panas

Mata kakek yang lelah bersinar bahagia. Arion tetap diam di tempatnya, matanya nggak lepas dari Alina yang lagi mendorong kursi roda kakeknya ke meja makan sambil ketawa kecil. Dengan langkah santai, Arion akhirnya jalan mendekati mereka. “Alina,” panggil Arion, nada suaranya lebih lembut dari biasanya. Alina dan Pak Hadi langsung menoleh. Arion ngasih senyum kecil, lalu mencondongkan badannya buat ambil pegangan kursi roda. “Biar gue aja yang dorong, lo pasti capek,” katanya. Alina sempat bengong, nggak nyangka Arion bisa perhatian kayak gitu. Dia akhirnya melepaskan pegangan kursi roda dan membiarkan Arion ambil alih. Arion mulai mendorong kursi roda Pak Hadi dengan hati-hati, sementara Alina jalan di samping mereka. Makan malam berlangsung dalam suasana hangat. Salah satu tamu, teman lama Pak Hadi, mulai cerita masa kecil Arion. “Dulu, Arion kecilnya bandel banget. Badannya masih segini. Sekarang nggak nyangka ya udah nikah aja,” ujarnya sambil tertawa. Pak Hadi menimp
last updateLast Updated : 2024-11-13
Read more

Musuh Dalam Keluarga

Meja bergetar sedikit waktu Arion memukulnya, bikin tamu-tamu di situ langsung menengok. Mereka mulai bisik-bisik, kayak merasa ada tontonan gratis. Arion berdiri dengan gerakan kasar, tatapannya tajam mengarah ke Daniel. “Lo pikir lo siapa, Daniel, bisa ngomong kayak gitu?” Suaranya dingin banget, bikin suasana makin canggung. “Alina nggak ada hubungannya sama drama keluarga lo yang penuh kemunafikan itu.” Daniel malah ketawa kecil, santai banget kayak nggak ada beban. “Santai, bro. Lo tuh masih anak SMA,” katanya sambil menyeruput minumannya. “Dan lo tahu, Ayah selalu lebih suka gue… Jadi nggak usah sok-sokan kayak gini deh.” Matanya pindah ke Alina, senyumnya sinis. “Gue cuma mau kasih heads up aja, Alina. Hidup sama Arion… bakal jauh lebih ribet daripada yang lo bayangin.” Wajah Alina langsung pucat, tapi Arion, yang udah di ujung kesabarannya, membalas tatapan Daniel dengan dingin. “Lo sekali lagi ngomongin istri gue dengan cara kayak gitu, gue nggak bakal tinggal diam.” Dani
last updateLast Updated : 2024-11-13
Read more

Kehangatan Dalam Balutan Aroma Memabukkan

"Lo yakin mau lanjutin drama ini di depan semua orang?" Alina terdiam, buru-buru menoleh ke arah kaca gedung dan sadar kalau mereka udah menarik perhatian semua tamu. Sebelum dia sempat ngomong apa-apa, Arion tiba-tiba menarik pinggulnya ke pelukannya. "Kenapa juga Kakek nyuruh gue nikah sama cewek keras kepala kayak lo?" Arion berbisik dekat banget di telinga Alina. "Ck! Arion!" Alina memprotes, tapi suara itu kedengaran lebih seperti desahan. Hatinya bergetar, dan jarak di antara mereka bikin tubuhnya panas dingin. Arion melanjutkan, suaranya rendah dan menggoda. "Kita harus bisa lewatin ini, bareng-bareng." Alina makin grogi. Mukanya jelas memerah. "Oke, kita kelihatan bagus," gumam Arion sambil memeluk Alina lebih erat. Aroma tubuh Arion—campuran kayu cendana, amber, dan musk—langsung menyergap Alina. Dia merasa nggak bisa bergerak, bahkan mendadak nyaman di pelukan Arion. Arion tersenyum kecil sambil mengelus rambut Alina lembut. "Jangan terlalu keras kepala sama s
last updateLast Updated : 2024-11-13
Read more

Diatur Setelah Nikah : No More GO-JEK!

Kepanikan Alina semakin memuncak. Bagaimana bisa ia pulang dari Bandara Soetta ke rumahnya tanpa uang sepeser pun? Apalagi berjalan kaki jelas bukan pilihan. "Bapak, maaf, saya… saya nggak bisa ikut sekarang," katanya, suaranya terdengar pasrah. "Dompet saya ketinggalan." Bapak Go-Jek itu langsung memutar bola matanya dengan kesal. "Yah, Neng, udah cape-cape kesini, terus dicancel?" keluhnya, wajahnya masam banget. Saat keributan terjadi, sebuah mobil hitam meluncur pelan ke arahnya. Range Rover yang nggak asing—mobil Arion. Kaca mobil itu turun, dan kepala Arion nongol. Dia ngelihatin Alina dengan ekspresi bingung. "Lo ngapain masih di sini?" tanyanya, datar "Lah mestinya gue yang tanya. Lo ngapain balik kesini lagi? Bukannya lo sudah pergi ninggalin gue?" "Ninggalin lo?!" mata Arion melotot, nadanya tiba-tiba berubah ketus. Alina cuma bisa melongo. "Gue nyariin lo kemana-mana, tahu. Lo jalan cepet banget kayak atlet yang lagi kebelet nyetak gol. Padahal gue cuma pergi
last updateLast Updated : 2024-11-13
Read more

Hari Pertama Alina di Sekolah

Alina menuruni tangga kayu dari kamar lotengnya, menahan pusing yang entah disebabkan oleh jet lag atau setumpuk pikiran tentang pernikahannya dengan Arion kemarin. Semalam Alina sampai jam dua belas malam. Dan sempat berjalan kaki, karena ia memberhentikan Pak Darman hanya sampai di jalan besar, tidak sampai depan rumah. Alina nggak mau mengambil risiko Arion mengetahui lokasi rumahnya. Karena kalau laki-laki itu tahu... Kiamat kecil bisa saja terjadi. Matanya terasa berat, dan dia hanya sempat menyambar seragam seadanya tanpa sempat berias sebelum mendengar langkah kaki Vera di ruang tamu. "Oh, Alina! Lo baru bangun? Dua harian ini lo ga tidur di rumah. Lo dari mana?" Seorang perempuan lebih tua sedikit darinya mengamati ekspresi Alina dengan alis yang sedikit terangkat. Itu Vera, salah satu teman serumah Alina. Ia terlihat siap berangkat kerja dengan tampilan rapi dan tas selempang. Alina buru-buru mengusap wajahnya, berusaha menyembunyikan kantong mata dan bekas garis b
last updateLast Updated : 2024-11-14
Read more

Dipanggil Ke Kantor Kepala Sekolah

Bibir merah merona dan alisnya yang melengkung sempurna. Alina menahan napas. 'Itu Clarissa...' Pagi ini beneran sial.. 'Dari semua mobil kenapa harus mobil Clarissa sih?' “Ah, orang-orang ini..." ujar Vera "Nggak bisa berhati-hati apa?—Eh, Ya Tuhan..." Vera hampir terjatuh dari kursinya saat melihat Clarissa. Matanya membelalak. "Bukannya itu ‘Clar si influencer viral’ itu, ya?!” “Vera, lo harus pergi. Jangan lama-lama di sini!" Alina mendesah bukannya cepat pergi Vera malah seru menonton seolah tidak mau melewatkan kejadian langka. Clarissa menatap mereka dengan tatapan jijik. Alina tahu, Clarissa pasti bukan tipe yang bisa terima begitu saja, dan dia pasti nggak dapat SIM dengan cara yang benar. “Gue udah bilang hati-hati,” Vera berbisik sambil mematikan mesin mobilnya. 'Ya Tuhan, tolonglah.. Gue masih mau hidup sampai hari kelulusan.' Alina meringis dalam hati. Dalam pikirannya, kejadian itu jelas-jelas salah Clarissa. Saat mereka mendekati tempat parkir,
last updateLast Updated : 2024-11-14
Read more
PREV
123456
...
11
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status