All Chapters of Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku : Chapter 31 - Chapter 40

107 Chapters

Si Tuan Perfeksionis Menyebalkan

Para pemain tim sepak bola sudah bubar dan disana hanya tersisa Alina dengan Arion. "Kamu ini pura-pura gak mengerti apa gimana, sih?" katanya sambil memperhatikan dada Alina yang terlihat belahannya. Suaranya Arion rendah tapi jelas menggoda. "Kamu berlarian di treadmill dan berolahraga dengan pakaian kekecilan seperti itu. Kalau aku gak awasi kamu dari tadi, semua cowok di sini sudah pasti pada ngelihatin, atau bahkan lebih..." Wajah Alina memerah, antara marah dan malu. "Arion! Gak ada yang peduli sama aku, oke?! Sekarang pergi!" Namun, bukannya pergi, Arion malah melangkah masuk ke ruang ganti. Dia bersandar di pintu dengan tangan menyilang di dada. "Dengar, sekarang ganti bajumu dengan benar. Aku akan bawa kamu ke suatu tempat." Alina menyipitkan matanya, curiga. "Kemana? Aku gak mau ikut, apalagi kalau ini ide gila kamu lagi.” Arion menyeringai, jelas menikmati kecurigaan Alina. "Tenang aja, kali ini aku serius. Kakek baru selesai operasi, dan dia mengajak kita ber
last updateLast Updated : 2024-11-21
Read more

Ketakutan Terbesar Alina: di Atas Udara

"Ya, kami mencari sesuatu yang pas untuk pertemuan dengan keluarga saya." Dia sedikit menekankan kata keluarga dengan sengaja. Alina berusaha menahan tawa, tapi gagal. "Keluarga? Kita kan cuma... ehm... sah-sah aja." Dia melempar senyum yang lebih ke arah mengejek. Pramuniaga yang mendengar itu hanya tersenyum kaku, sementara Arion menatap Alina dengan ekspresi yang bisa dibilang hampir cemas. "Ayo, jangan bikin kakekku ngerasa kita ini belum siap." Lalu, mereka mulai mencoba berbagai pilihan pakaian. Arion langsung memilihkan setelan jas hitam yang sangat formal. "Coba ini," katanya sambil mengulurkannya pada Alina. Alina mengernyit. "Aku gak mau kelihatan kayak bodyguard mu!" Dia meletakkan jas itu kembali dengan kasar. Arion melangkah lebih jauh ke dalam toko dan mengambil beberapa gaun, kemudian menggantungnya di depan Alina. "Coba ini. Kakek bakal suka," katanya, sedikit memaksakan. Alina melirik gaun-gaun tersebut dan hampir tertawa. "Ya ampun, Arion, apa kamu pik
last updateLast Updated : 2024-11-21
Read more

Pertama Kali Naik Helikopter

Mereka sampai di helipad pribadi. Angin dari baling-baling helikopter mulai terasa meski belum menyala penuh. Kakek Hadi berdiri di dekat pagar pembatas, mengenakan jas ringan, sementara Alina dan Arion baru tiba. Alina membawa kantung kecil, berlari kecil menghampiri kakek, sementara Arion berjalan dengan santai di belakangnya. "Kakek! Wah, kakek terlihat luar biasa hari ini! Aku bahkan hampir tidak mengenali kakek!" Tanpa ragu, Alina memeluk kakek dengan erat, matanya berkaca-kaca melihat kondisi kakek yang jauh lebih baik. Kakek tertawa kecil. "Alina, anak baikku. Lihat aku sekarang. Aku tidak butuh tongkat lagi, bahkan siap naik helikopter. Semua ini karena kamu!" Alina melepas pelukan, mata berbinarnya memandang kakek. "Kek, saya senang sekali. Kesehatan kakek benar-benar membaik. Saya sampai tidak percaya melihatnya!" "Sudah kubilang, kan, Alina? Kakek jadi luar biasa setelah pernikahan kita. Tapi aku juga nggak menyangka sampai secepat ini." "Arion, jangan mere
last updateLast Updated : 2024-11-22
Read more

Disuruh Bikin Anak?

Seorang pelayan menghampiri meja mereka dengan senyum cerah. "Saya Adrian, saya akan melayani Anda malam ini." Matanya melirik sekeliling meja, lalu tertuju pada Alina. “Dan Anda pasti pria paling beruntung bisa makan malam dengan wanita cantik ini,” ujarnya. Wajah Alina memerah, tapi dia tidak bisa menahan senyum. Sementara itu, Arion terlihat kesal. Dia menahan pandangannya dari pelayan yang kini tengah pergi setelah menerima pesanan minuman mereka. Setelah beberapa saat, Arion menyesap airnya, lalu mencondongkan tubuh ke meja. “Bagaimana menurutmu tentang pemandangan disini?” “Bagus sekali. Aku senang mereka memberi kita meja yang begitu indah.” Alina tersenyum, matanya menyusuri pemandangan kota. Arion memandangi Alina dengan tatapan serius, seolah ingin memastikan bahwa dia mendengarkan apa yang sedang dia katakan. “Kamu tahu nggak? Gedung setinggi ini dibangun untuk bergoyang tertiup angin. Terkadang, jika kamu memejamkan mata, kamu bisa merasakannya bergerak di bawa
last updateLast Updated : 2024-11-23
Read more

Bertemu Anak Pelatih

"Ah, hampir lupa," kata Kakek sambil tersenyum. "Kakek udah siapkan kamar buat kalian berdua. Malam ini, kalian bisa istirahat di sini." "K-Kamar buat kita berdua, Kek?" Alina nyaris tersedak. "Iya, kenapa memangnya?" tanya Kakek santai. "Kalian kan udah nikah, masa masih pisah-pisah sih tidurnya? Nggak enak, kan?" Sebelum Alina sempat protes, Arion langsung narik tangan Alina, menggiringnya keluar dari ruang makan. "Yuk, Alina," katanya dengan suara terlalu ceria. "Nggak sopan banget lo nolak keputusan Kakek." Alina cuma bisa mengikuti, dia mengatur jarak dari Arion yang kelihatan santai banget, padahal dalam hati Alina sudah kesal. Hujan deras di luar nggak mungkin bikin Alina pulang, jadi dia hanya bisa melihat dari jendela kamar dengan tatapan kosong. Suara petir yang kedengaran bikin suasana hatinya jadi makin buruk. 'Wah, ranjangnya cuma satu...' pikir Alina, makin frustasi. Jelas banget ini jebakan Arion buat ngerepotin dia lagi. "Gue tidur di sofa aja deh," katany
last updateLast Updated : 2024-11-23
Read more

Arion dan Alina : Sekolah Tapi Menikah

"Oh iya," jawab Alina datar. "Dia emang cowok baik." Ines mendekat, matanya penuh rasa ingin tahu. "Lo kenal Darren?" "Hmm, iya," jawab Alina sambil merapikan kotak P3K-nya. "Beberapa hari yang lalu dia bantu gue cari toko buku. Terus kita sempat ngobrol di danau." Ines terlihat kecewa, tapi berusaha nyembunyikan dengan senyuman. "Oh gitu. Kalau lo butuh info soal tim sepak bola, gue tahu banget. Ayah gue kalo di rumah sering banget ngomongin mereka kayak mereka anak-anaknya sendiri." Alina cuma ngangguk pelan. "Mungkin nanti gue butuh bantuan lo." Ines melirik ponselnya. "Mereka emang nyebelin, tapi ya, paling nggak mereka enak diliat." Profesor Gracia mengeluarkan suara keras, membuat semua orang fokus. "Oke, cukup buat hari ini. Jangan lupa siapin proyek kalian. Mulai biasakan diri dengan semua dasar yang dibutuhkan di kelas berikutnya." Alina langsung membereskan barang-barangnya. Para siswa lain juga buru-buru siap-siap untuk kelas tambahan berikutnya. Ketika dia mau
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more

Pelecehan di Tempat Kerja

“Kenapa lo malah kerja? Bukannya gue sudah kasih lo kartu platinum?” Alina langsung menegang, menggigit bibirnya sebelum menjawab, “Gue nggak pakai kartu itu.” Arion menyipitkan mata, jelas terlihat kecewa. “Kenapa? Lo kerja di mana? Kartu itu gue buat khusus untuk lo, biar nggak perlu kayak gini.” Dia mendekat, wajahnya cuma beberapa senti dari wajah Alina. Suaranya berubah jadi bisikan serius, tapi nada tajamnya tetap terasa. “Kalau Kakek tahu... Ah, nggak. Bahkan Ayah. Kalau mereka tahu lo kerja, apalagi sampai kejadian yang aneh-aneh, Ayah bisa habis-habisan nyalahin gue. Jadi, kalau lo nggak mau gue dimarahi atau malah mati konyol, tolong, berhenti keras kepala dan pakai kartu itu.” Alina menghela napas, tahu nggak ada jalan keluar dari pembicaraan ini. “Sebenernya... Clarissa, dia ngerusak kartunya.” Ekspresi Arion langsung berubah, matanya tajam kayak pedang. “Clarissa? Apa lagi yang dia lakuin ke lo?” Alina diam, rahangnya mengeras. Dia nggak mau, dan nggak mu
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more

Kenangan dan Pelukan Hangat

Tentu saja. Malam ini, dari semua malam, Arion ada di sini. Ketika Alina menjadi pelayan untuk pertama kalinya dengan seorang pelanggan yang mencoba menyuapnya untuk melepas bajunya. Benar-benar apes. Tapi kali ini, dia agak lega Arion ada di sana. Wajah cowok tadi langsung kesal. “Bukan urusan lo, bro. Sana cari meja lain.” Arion berjalan diapit oleh Luther dan Valerian. Sambil menarik napas dalam-dalam, Alina menoleh pada Arion. Dia bahkan lebih spektakuler dari biasanya, dan Alina hampir tidak mengenalinya dengan celana jeans dan kemeja polo putih kasual. Arion mengenakan topi bisbol Atlanta Braves dengan poninya yang menjuntai menutupi matanya. Rambutnya tampak basah dan aroma kayu cedar-lavender yang bersih dan bersabun itu kembali menusuk hidung Alina. Dia pasti baru saja mandi. “Jadi, kalian mau pesan apa?” Valerian mengusap perutnya sambil menyeringai. “Gue mau steak medium rare, spaghetti, nachos yang pedes, chicken wings, sama iced matcha latte. Oh, tambah so
last updateLast Updated : 2024-11-26
Read more

Tawa Arion Yang Memabukkan

“Ya, yang tinggi, seksi, gede dan... enak.” jawab Vera dengan tawa kecil di akhir kalimatnya. “Dia lagi di sini. Gue bilang ke dia lo bakal pulang sebentar lagi, tapi gue mulai khawatir. Jadi, lo naik Go-Jek aja, atau... gue tungguin, nih?” Alina mendengus, berusaha menahan kekesalannya. Dia tidak ingin membuang uang untuk naik Go-Jek, apalagi jarak rumah dari kafe hanya lima belas menit jalan kaki. “Gue lagi nunggu teman jemput. Gue bakal jalan sebentar sama dia dulu, tapi gue nyusul kok,” katanya mencoba menenangkan Vera. “Enggak apa-apa,” jawab Vera santai. “Cowok lo gue jagain. Gue pastiin cewek-cewek di sini enggak ngerecokin dia.” Alina terdiam sejenak, menelan ludah. "Cewek-cewek?" pikirnya, ngeri. “Ada berapa orang di sana?” tanyanya akhirnya. “Enggak banyak, cuma dua puluhan orang,” jawab Vera santai, suaranya bercampur tawa kecil yang sedikit mengejek. “Udah ya, hati-hati di jalan. Bye!” Vera menutup telepon begitu saja, tanpa menunggu Alina menjawab. Alina mem
last updateLast Updated : 2024-11-26
Read more

"Arion Emang Bajingan"

“Ini yang lo sebut ‘pertemuan kecil’?” tanya Arion, melirik ke arahnya sambil menaikkan sebelah alis. Alina ikut menoleh keluar jendela. Pemandangan di depan mereka bikin dia makin pusing: mobil-mobil berjajar di sepanjang jalan. Alina hitung, ada sekitar dua puluhan mobil yang terparkir. Sementara musik EDM yang nggak jelas terdengar menggelegar. "Rumah lo itu yang ada mobil-mobilnya berjejer di jalan masuk dan jalan raya, kan? Sambil muterin musik disko?" Alina menatap ke bawah, menahan rasa malu. “Ya… Temen serumah gue suka, eh… mabok?” katanya, sedikit ragu. Nada suaranya terdengar seperti sebuah pertanyaan, meskipun dia nggak berniat membuatnya terdengar begitu. Arion langsung menoleh cepat ke arah Alina. Matanya melebar, tapi gerakannya tajam banget sampai membuat Alina sedikit merasa seperti sedang diinterogasi polisi. Ketika Arion kembali fokus ke jalan, matanya mulai bergerak-gerak nggak jelas, kayak lagi mikir keras. Tatapannya loncat-loncat dari kaca spion, dashbo
last updateLast Updated : 2024-11-27
Read more
PREV
123456
...
11
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status