Semua Bab Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku : Bab 21 - Bab 30

125 Bab

Tersesat di Dunia Para Siswa Kaya

“Saya baru saja mendapat penjelasan bahwa situasi di tempat parkir tadi... Ah, ternyata, kamu hanya berusaha menghindar. Sempit sekali ruangnya, ya?” Alina menelan ludah dan mengangguk pelan. “I..iya, Pak. Saya cuma berusaha parkir, dan... ya, agak sempit,” katanya, memilih kata-kata hati-hati. Dr. Gustav menatapnya beberapa detik, seolah mempertimbangkan sesuatu. “Baiklah. Hati-hati di lain waktu, ya? Dan kalau lain kali ada masalah seperti ini, lapor saja ke bagian keamanan atau guru piket.” Alina nyaris tak mempercayai telinganya. Dengan sedikit ragu, ia mengangguk. “Baik, Pak. Terima kasih.” Dr. Gustav mengangguk. “Baik, kamu boleh kembali ke kelas.” Alina mengangguk sekali lagi, tersenyum kecil, lalu berbalik menuju pintu dengan hati-hati. Ternyata Dr. Gustav tidak sekeras yang dia kira—mungkin. Tapi satu hal yang jelas, ini pertama kalinya ia merasa selamat dari teguran kepala sekolah. Saat Alina sudah hampir mencapai pintu, Dr. Gustav memanggilnya kembali. "Alina, s
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-15
Baca selengkapnya

Obrolan dengan Dua Murid Lama

Darren melambaikan tangan sebelum berbalik dan berjalan menuju lorong di arah yang berlawanan. Alina menyaksikannya pergi, menguatkan dirinya dengan sebuah senyuman kecil. Dia nggak bisa bergantung pada Darren untuk jadi pelindungnya sepanjang tahun ajaran ini. Langkahnya berasa lebih berat ketika dia mulai memperhatikan tatapan-tatapan itu—lebih mencolok sekarang karena dia sendirian, tanpa Darren sebagai tamengnya. Bisikan dari dua murid perempuan terdengar di belakangnya, pelan tetapi cukup tajam untuk bikin telinganya berdenging. "Gue denger dia cuma di sini karena memeras Direktur," bisik seorang gadis dengan nada penuh racun. "Ya, siapa lagi yang bisa dapetin beasiswa kayak gitu?" balas temannya, suaranya dipenuhi tawa sinis. "Dia rela ngelakuin apa aja demi tetap di sini. Dasar licik." Alina menegakkan bahu, berusaha nggak terpengaruh. Dia udah dengar desas-desus itu sebelumnya—semua tuduhan nggak berdasar yang dilemparkan untuk menjatuhkannya. Tapi dia nggak akan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-16
Baca selengkapnya

Menghindar Dari Serangkaian Penghinaan

Alina, yang berusaha terlihat nggak peduli, cuma mendengarkan sambil menunduk ke buku catatannya. Jantungnya berdetak sedikit lebih cepat. 'Ya jelas lah nggak nggak datang latihan. Dua hari lalu, dia menikahi gue secara diam-diam.' Alina ingin menampar dirinya sendiri karena pikiran itu. Nggak ada yang bisa tahu, terutama orang tua Arion, apalagi dua anak laki-laki ini. Cuma kakek Arion dan kerabat dekatnya yang tahu. Juga Daniel... lebih tepatnya. Luther menatap Valerian dengan alis terangkat. "Menurut lo dia ke mana?" Valerian mengangkat bahu, "Mungkin dia punya pacar rahasia. Maksud gue, itu ngejelasin kenapa dia nggak pernah cerita soal kehidupan pribadinya lagi ke gue." Alina tersentak sedikit, tapi buru-buru menutupi reaksinya dengan membalik halaman buku catatannya. Luther memperhatikan gerak-geriknya, meskipun dia nggak ngomong apa-apa. "Apa mungkin dia sakit. Tapi, yah, itu emang aneh. Apalagi buat Arion." Valerian menoleh ke Alina ia baru menyadari keberad
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-16
Baca selengkapnya

Jebakan dan Tatapan yang Menghukum

Clarissa memulai, suaranya manis tapi penuh sindiran, menggema di kelas yang sunyi. “Alina Sari Mentari,” katanya dengan nada yang super dramatis. Semua mata langsung fokus ke arah Clarissa, dan Alina bisa ngerasain tatapan mereka yang kepo banget, nungguin drama yang bakal dia ceritain. Dalam kondisi lain, mungkin Alina bakal ngerasa sakit hati. Tapi sekarang? Nggak. Setelah semua yang dia lewatin, hinaan dan omongan miring kayak gini udah jadi makanan sehari-hari. “Alina itu, bener-bener gadis paling… kasihan, ya, nggak sih?” suara Clarissa nyerempet sinis. “Kalian tahu, dia tuh sering tidur sama cowok-cowok dewasa.” Clarissa ketawa kecil, diikuti tawa temen-temennya yang duduk di sekelilingnya. “Oh, terus lo pada tahu nggak, siapa yang sempet ngancem bokap gue biar bisa sekolah di sini? Tentu aja, Alina.” Tatapan Clarissa berubah jadi penuh ejekan, matanya menatap Alina dari atas sampai bawah. “Siapa juga yang mau pelihara cewek miskin dan jelek kayak gitu? Malu-maluin ban
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-17
Baca selengkapnya

Wawancara dan Permainan Peran

Alina nggak habis pikir, aneh banget ketemu sama orang yang katanya pernah ‘tidur’ bareng, dan sekarang duduk santai di samping anaknya. Alina sempat melirik Clarissa, mencoba menahan rasa nggak nyaman yang muncul. 'Apa mungkin Clarissa ngira gue ini ibunya?' pikirnya, sambil menahan kesal. “Selamat siang, Pak,” ucap Alina sambil sedikit membungkuk sopan, berusaha menjaga nada suaranya tetap netral. Direktur Eric menoleh, wajahnya langsung kelihatan sumringah begitu lihat Alina. “Alina... akhirnya kita ketemu lagi. Dan… siapa ini?” Darren, yang dari tadi berdiri di sebelah Alina, langsung nyodorin tangan dengan ramah. “Darren, Pak. Terima kasih banget atas beasiswa sepakbola yang saya dapat. Saya sama beberapa teman lainnya sekarang bisa masuk sekolah HIA ini.” Direktur Eric menjabat tangan Darren sambil tetap tersenyum lebar. “Bagus sekali. Tapi, Darren, bisa tunggu sebentar di sebelah sana? Media nasional HorizoNews bakal mulai wawancara sebentar lagi sama Clarissa, Ar
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-17
Baca selengkapnya

Hari Yang Penuh Cobaan

"Alina..." Alina terhenyak dari lamunannya ketika suara Direktur Eric memanggil namanya. Ia mendongak, mendapati pria itu berdiri nggak jauh darinya, ditemani oleh Arion dan Clarissa. Suasana di ruangan itu mendadak terasa lebih berat. Direktur Eric baru saja menyelesaikan pembayaran uang sekolah Alina, termasuk beberapa perlengkapan lainnya. “Baiklah, mari kita selesaikan ini,” ujar Direktur dengan nada ramah, sambil memberikan senyum tipis. Dia merangkul bahu Alina dan mengarahkannya ke bagian administrasi. “Besok kamu masih harus sekolah, jadi pulanglah dan istirahat.” Istirahat. Kata itu menggoda, namun kenyataannya bakal jauh dari itu. Malam-malamnya di rumah bersama teman-temannya jarang tenang. Meskipun begitu, dia tetap memaksakan senyum, ingin secepat mungkin keluar dari situasi ini. Dengan pernikahan rahasia yang nggak diinginkannya bersama Arion, ditambah kebencian yang jelas dari Clarissa, Alina berharap nggak perlu banyak berinteraksi dengan mereka di sekolah es
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-18
Baca selengkapnya

Siang Itu Bersama Darren

"Gue... ingin bantu mendobrak pintu saat itu. Luther bilang lo terkunci di dalam sama Clarissa dan grupnya," jelasnya, tampak sedikit menyesal. Alina terkejut, tangannya secara refleks menutupi wajahnya. Ia merasa sedikit malu atas seluruh kejadian itu. "Jadi, Valerian dan Luther tahu?" tanyanya, matanya sedikit melebar, mencoba memahami lebih jauh. "Oh, jadi kalian udah kenalan?" Darren menyeringai, seolah mencoba meringankan suasana. "Jangan khawatir, mereka nggak terlalu suka ribut-ribut. Kecuali Valerian, yah... Lo tahu dia kan. Suka bergosip." "Tapi lo beneran nggak apa-apa kan?" katanya dengan nada serius. Tangannya bergerak cepat, mencari tanda-tanda luka atau kejanggalan lain. Alina sedikit terkejut dengan perhatian Darren yang lebih dari sekadar teman. Dia merasa nggak nyaman tapi juga dihargai. "Darren, nggak ada apa-apa," ujarnya cepat, mencoba menenangkan, meskipun nada suaranya sedikit terburu-buru. "Gue baik-baik saja." Darren mengerutkan kening, tidak sep
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-19
Baca selengkapnya

Diantar Pulang Sampai Rumah

"Gue bisa bayangin rasanya kehilangan orang tua. Berat banget, pasti. Gue bahkan nggak sanggup ngebayanginnya. Terus lo harus ke sini… masuk sekolah elit, jadi sorotan kamera, terus Clarissa lagi. Gue tahu itu pasti bikin semuanya makin ribet buat lo. Gue nggak seharusnya jadi cowok nyebelin yang malah bikin lo kesel di tengah semua ini." Alina senyum kecil, berusaha bikin suasana lebih santai. "Lo nggak bikin gue kesel, kok." Dia pura-pura lihat sekeliling. "Lagipula, gue nggak lihat siapa pun yang datang buat bikin gue tambah kesel." "Semoga aja nggak ada. Kalau ada, suasananya bakal makin awkward dari sekarang." Alina terkekeh kecil. Sebagian rasa berat di pundaknya perlahan menghilang. "Tapi serius," Darren lanjut, nurunin tangannya ke samping. "Gue cuma mau lo tahu, gue nggak ada niat jahat. Gue malah seneng bisa ketemu lo di sini. Menurut gue, lo itu menarik, lucu, dan..." Darren mendadak berhenti, nyadar kalau omongannya mulai kedengeran aneh. Dia ketawa gugup. "E
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-19
Baca selengkapnya

Jantung Alina yang Selalu Terancam

"Darren…" Bagus, dia udah masuk ke dalam… Kehadirannya cuma bakal bikin makin banyak pertanyaan dari temen-temennya. Darren masuk dengan santai, nutup pintu di belakangnya. Dia nginjek bungkus mi instan kosong yang tergeletak di lantai. Tangannya masuk ke saku celana pendek olahraganya, matanya nyari-nyari sesuatu. "Eh… gue baru aja nyampe. Tadi pintunya kebuka sendiri gara-gara angin," katanya santai. Alina baru sadar tadi emang dia nggak nutup pintu rapat. "Oh, ya. Maaf, tadi Vera numpahin bir, terus gue lupa nutup pintu,".ujarnya buru-buru, berusaha ngalihin perhatian. Vera sama Loly saling lirik, terus cekikikan. Alina berharap mereka diem aja, tapi ngeliat ekspresi mereka, kayaknya itu cuma angan-angan. Darren berdehem, "Jadi… lo semua baik-baik aja atau gue harus cari tahu sendiri nih apa yang sebenernya terjadi?" Alina langsung motong sebelum Loly atau Vera sempet buka mulut. "Thanks udah nganterin gue, Darren. Gue bener-bener berterimakasih." Dia ngom
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-19
Baca selengkapnya

Nyasar ke Tempat Tim Futsal

Arion berhenti di depan Alina, aroma cendana dan amber yang khas langsung nyamber ke hidung cewek itu. Dia cuma berdiri beberapa meter dari Alina, tapi aura dinginnya berasa banget. Tubuh Arion yang ramping tapi berotot keliatan jelas tanpa sehelai kain pun nempel di badannya. Bahu lebar, otot perutnya teratur kayak potongan cokelat mahal. Alina sampe susah nelan ludah, matanya reflek nyasar ke arah yang salah, buru-buru dia alihin pandangan. "Apa yang lo lakuin di sini?" suara Arion berat, seksi, dan kedengeran kayak musik yang diputer di speaker bluetooth pas malem minggu. Alina bengong, lupa kalo barusan ditanya. Dia cuma bisa mandangin Arion tanpa kata-kata, sampai cowok itu senyum nyebelin khas dia, yang bikin darah naik ke ubun-ubun. "Mau gue kasih waktu buat motret? Biar lo bisa puas liatin." Wajah Alina langsung merah padam. Dia cepet-cepet ngangkat dagu, pasang tampang galak walau jantungnya deg-degan nggak karuan. "Enggak perlu motret! Gue cuma nggak nyangka aja ada ora
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-20
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
13
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status