"Ya terus mau gimana? Lo kira gue bakal laporan ke lo setiap gue hampir mati diserempet pacar lo itu?" Dahi Arion mengernyit. "Dia udah bukan pacar gue lagi. Lagian siapa juga yang maksa buat turun?" "Gue nggak nyesel kok minta turun. Oh iya, jadi kalau dia bukan pacar lo, kenapa dia hampir bikin gue jadi korban tabrak lari?" Arion kelihatan mau balas, tapi suara mereka sudah makin kencang, bikin Valerian, yang duduk di depan, nengok. "Eh, eh, gue nggak ngerti, tapi kayanya lo berdua seru banget. Ini kelas kimia apa sinetron, sih?" Arion ngelirik Valerian dengan ekspresi datar. "Lo mau ikut campur? Sini gue kasih peran." "Santai, bro. Gue cuma penonton setia." Tapi sebelum Alina bisa melerai, Ibu Sylvia datang dari meja depan, melirik tajam ke arah mereka. "Arion. Luther. Kalau kalian nggak bisa diam, lebih baik saya pindahkan kalian ke depan meja saya." "Gimana, kapten? Kita pindah aja, seru tuh." Arion menyender di kursi, ekspresinya santai banget. "Nggak usah,
Terakhir Diperbarui : 2024-12-03 Baca selengkapnya