Semua Bab Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku : Bab 51 - Bab 60

107 Bab

Plot Twist Arion - Alina

"Ya terus mau gimana? Lo kira gue bakal laporan ke lo setiap gue hampir mati diserempet pacar lo itu?" Dahi Arion mengernyit. "Dia udah bukan pacar gue lagi. Lagian siapa juga yang maksa buat turun?" "Gue nggak nyesel kok minta turun. Oh iya, jadi kalau dia bukan pacar lo, kenapa dia hampir bikin gue jadi korban tabrak lari?" Arion kelihatan mau balas, tapi suara mereka sudah makin kencang, bikin Valerian, yang duduk di depan, nengok. "Eh, eh, gue nggak ngerti, tapi kayanya lo berdua seru banget. Ini kelas kimia apa sinetron, sih?" Arion ngelirik Valerian dengan ekspresi datar. "Lo mau ikut campur? Sini gue kasih peran." "Santai, bro. Gue cuma penonton setia." Tapi sebelum Alina bisa melerai, Ibu Sylvia datang dari meja depan, melirik tajam ke arah mereka. "Arion. Luther. Kalau kalian nggak bisa diam, lebih baik saya pindahkan kalian ke depan meja saya." "Gimana, kapten? Kita pindah aja, seru tuh." Arion menyender di kursi, ekspresinya santai banget. "Nggak usah,
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-03
Baca selengkapnya

Bukan Kencan

"Ya ampun, Alina, lo nggak bilang kalau lo daftar program 'cowok penjaga pribadi'?" kata Valerian sambil terbahak-bahak. Luther pun ikut nyeletuk, "Paling juga Arion ngomongin dirinya sendiri. Udah jelas dia calon cowok keker lo, Na!" Alina cuma bisa bengong, bibirnya udah kebuka tapi nggak ada kata yang keluar. Dalam pikirannya, dia berusaha keras buat nggak ngelempar pulpen ke kepala Arion. 'Apa-apaan sih nih cowok? Kok bisa-bisanya ngomong kayak gitu? Gue bakal punya cowok keker? Oh, hell no. Sumpah, gue nggak tahu gimana otaknya bisa muter kayak gitu.' Arion balik duduk di kursinya sambil berbisik ke Alina. "Tenang aja, nggak ada yang bakal ngebully lo sekarang," Alina langsung mendelik, mukanya merah padam. "Lo pikir ini bikin gue aman? Lo malah bikin gue kayak cewek desperate yang lagi cari bodyguard!" "Setidaknya nggak ada yang bakal macam-macam lagi sama lo. Lo harus berterima kasih." Alina langsung menjauh dari Arion ketika bel istirahat bunyi. Tanpa pikir
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-03
Baca selengkapnya

Arion : "Sekarang Udah Gak Gitu."

"Laper banget, lo?" Alina tersenyum sambil menunjuk nampan Darren pakai garpu yang sudah ditusuk bakso. "Iya. Pelatih abis nge-push kita habis-habisan." Dia ketawa kecil sambil mengusap perutnya. Ines mengangguk, pipinya agak merah. "Dia emang gitu. Tapi lo keren banget kok tadi." "Thanks." Darren tersenyum balik sambil menusuk spaghetti di piringnya. Dia terus menatap Alina. "Habis latihan gue ke kafe tempat lo kerja pas hari Minggu, tapi tutup." Itu salah satu hal yang Alina suka dari tempat kerjanya. "Iya, kafe itu emang tutup setiap hari Minggu. Tempat itu kayak... semedi kalau Minggu." Darren masih tersenyum. "Temen sekamar lo party lagi nggak malam Minggu? Rumah lo sepi banget Sabtu kemarin pas gue nganterin lo." Ines, yang Alina tahu ada rasa ke Darren, kelihatan tegang. "Enggak," Alina jawab cepat sambil melirik Ines. Alina nggak mau dia merasa ditinggalin dari obrolan. "Temen sekamar gue emang suka mabok dan bikin party sih." Darren ketawa kecil. "Iya, g
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-04
Baca selengkapnya

Arion Suka Alina?

"Orang-orang pasti mikir lo lagi pacaran sama dia." Alina merasa dadanya semakin sesak. "Suka-suka gue mau jalan sama siapa aja. Emang lo pikir kita punya hubungan apa selain pernikahan boongan?" Alina merasa ada yang nggak beres, tapi dia nggak tahu harus ngomong apa lagi. "Nggak usah pura-pura nggak tahu." katanya, suara lebih dalam dari sebelumnya. "Lo itu cantik buat gue. Itu masalahnya. Lo terlalu semok." Tubuh Alina bergetar, dan secara fisik dia merasa sakit karena nggak melangkah mendekati Arion. Arion baru aja menyebutnya cantik. Dan mengapa itu penting? Alina tersentak, dia balas dengan suara serak, "Iya, jelas masalahnya gue. Bukan lo dan asumsi-asumsi aneh lo itu." Arion selangkah lebih dekat, dan tatapannya kali ini menyeramkan. "Gimana itu bisa jadi asumsi kalau lo nggak menyangkal apa-apa?" Paru-paru Alina sekarang berhenti bekerja. "Kalau menurut lo gue ini mainin lo, kenapa lo masih ngejar-ngejar gue?" "Lo pasti tahu alasannya." Arion nyaris ngg
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-04
Baca selengkapnya

Turnamen Futsal HIA vs Rajawali

Mereka balik ke kelas dengan suasana yang canggung, tapi setidaknya semua berjalan damai sampai jam sekolah selesai. Saat pulang, Arion menawarkan buat antar Alina pulang. “Yah, menurut gue, lo biarin orang lain nganterin lo sementara lo punya gue sebagai suami lo—meskipun pernikahan kita cuma pura-pura—itu nggak sopan,” kata Arion waktu mereka jalan ke arah mobilnya. “Dan, lebih parahnya lagi, gue malah tahu dari Darren.” Oke, itu poin yang masuk akal. Arion memang sudah sering membantu Alina, walaupun caranya selalu bikin Alina kesal. Tapi, sisi Arion yang ini bikin Alina mikir kalau dia perlu memperbaiki semuanya. Supaya Arion nggak lagi jadi brengsek. “Gue nggak bermaksud begitu, gue nggak punya nomor lo,” Alina mengaku. “Lo sering banget bantuin gue, dan gue benci ngerasa kayak gue ini beban.” “Gue nggak pernah minta lo ngelakuin apa pun buat gue,” katanya waktu mereka sampai di mobilnya. “Sebenernya, lo sering banget ngelawan gue. Tapi, ya udah, ini salah gue juga ka
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-05
Baca selengkapnya

Selalu Nyangkut Diantara Dua Saudara Tampan

Alina melihat ke sekeliling. Tempat ini beneran sepuluh kali lebih besar dari SMA Pelita Harapan, sekolah lamanya. Jadi, gak heran stadion ini keliatan luar biasa. Ketika satpam lihat Ines, mereka langsung buka pintunya. Alina ikut masuk, dan suara ramai dari luar perlahan mulai berkurang. Bau sosis bakar dari stand makanan tadi masih tercium samar-samar dan hilang ketika pintu tertutup. Alina menarik napas buat menenangkan diri. “Lo nggak apa-apa?” dahi Ines mengernyit. “Gue gak terlalu kebiasa sama keramaian,” jawab Alina sambil menyeka keringat. “Tenang aja, di lapangan bakal lebih baik. Emang banyak orang, tapi gak sepadet di atas.” Mereka sampai di ujung tangga yang lebar, dan di bawahnya ada aula besar yang lumayan kosong. Aula ini tersambung ke lorong yang mengarah langsung ke lapangan utama. Di sepanjang sisi lorong ada empat pintu yang kayaknya menuju ruang ganti dan kantor. Begitu Alina keluar ke lapangan, Alina lihat dua tim lagi pemanasan. Tim HIA pakai jers
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-06
Baca selengkapnya

Permainan yang Nggak Alina Ikutin Lagi

Alina melihat Arion, nomor punggung dua belas. Cowok itu sudah lama banget menjauh dari Alina akhir-akhir ini. Entah kenapa Alina juga jadi males deket-deket sama dia. Tapi apalah daya, Alina punya tanggung jawab di sini. Dia buang jauh-jauh rasa itu dan mulai menghampiri tim. Tiba-tiba, ada pemain yang lari ke arah Alina, terus dia menarik Alina ke pelukannya sambil memutar badan Alina. Itu Darren. Wajahnya keliatan senang banget, sampai Alina nggak bisa menahan senyum. “Lo di sini juga! Gue kira lo bakalan lembur,” katanya sambil nyengir lebar. Alina melirik sambil pura-pura kesal. “Ya iyalah gue di sini. Sepak bola tuh tugas PMR gue, tahu!” Darren menurunkan Alina dari pelukannya, lalu mendekatkan wajahnya sambil nyengir jahil. “Ngaku aja Alina.. pasti lo ke sini buat ketemu gue, kan?” Belum sempat Alina jawab, ada pemain lain yang jalan santai ke arah mereka. “Minggir lo, Darren,” Valerian melirik Darren. “Lo jadi bodyguard pribadinya sekarang? Bagi tugas dong, gue
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-06
Baca selengkapnya

Dibalik Sikap Daniel Yang Dingin

Sebagian dari Alina masih berharap Arion bakal mengejar. Tapi itu cuma angan-angan bodoh. Ibaratnya, Arion sudah menggadaikannya ke Valerian, dan sejak Clarissa melihat mereka berdua bareng, Arion nggak pernah lagi bicara. Walaupun keberadaan Arion kadang bisa mengurangi kesedihannya, Arion malah lebih sering bikin hidup Alina makin berantakan. Jadi Alina pikir dia harus berhenti bersikap naif. Ia tetap menatap ke tengah lapangan, sengaja menghindari pandangan ke arah para cheerleader. Dia berjalan ke garis tengah sambil bawa tas obat-obatan. Daniel udah balik sekarang. Alina hampir sampai ketika tiba-tiba sesuatu keras menghantam sisi tubuh belakangnya. Hampir jatuh, tapi untungnya Alina masih bisa jaga keseimbangan. Tas obat-obatan di tangannya terlepas, tapi karena ada tali leher, tas itu cuma menghantam lututnya. Sakit, tapi lebih mending daripada Alina harus malu jatuh di depan ribuan orang. Dibelakang, Clarissa berdiri dengan seringai puas. Dia langsung mendekat dan pu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-07
Baca selengkapnya

Benci Tapi Baper

Mereka berjalan ke arah zona akhir dalam keheningan, sambil mengutak-atik perban, antiseptik, dan plester. Alina memastikan semua peralatan ada di tempatnya dan siap dipakai. Begitu sampai, para cheerleader udah pada sibuk. Mereka lari-larian buat berbaris menyambut tim di lapangan. Alina melirik Clarissa dari jauh dan, dengan berat hati, mendekatinya untuk ngecek lututnya yang dibalut. Alina benerin posisi perbannya dan pastiin nggak ada yang salah. Clarissa cuma senyum sinis sambil berkata pelan, "Jangan sampai lo salah, Alina. Ayah gue nggak suka kalau ada yang ngelakuin kesalahan sama anaknya." Alina menahan diri untuk nggak nge-roll mata. Penyiar mulai ngomong lewat interkom, bikin semua orang di stadion heboh. Sorakan penonton makin kencang waktu tim sepak bola masuk lapangan, ngelewatin spanduk biru emas "Tigers." Arion, Valerian, dan Luther ada di depan, memimpin tim masuk dengan percaya diri. Energi stadion langsung bikin suasana jadi panas. Alina mencoba tetap pro
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-07
Baca selengkapnya

Kejar-kejaran Kayak Kucing dan Anjing

Darren tiba-tiba ngomong, "Eh, malam ini ada pesta di sekolah. Lo mau ikut nggak, Na?" Alina buru-buru geleng. "Kayaknya gue skip deh. Capek banget. Gue aja susah ngikutin kalian tadi. Lo pada pergi aja, gue bakal pesan Go-Car buat pulang." Alina pura-pura sibuk buka ponsel biar nggak kelihatan kalau Alina emang nggak niat. Valerian langsung ngeluarin kunci mobilnya. "Gue bisa anterin lo. Tenang aja, pesta kan baru dimulai kalau gue dateng." Alina ketawa tanpa sadar. Itulah Valerian; dia selalu bisa bikin suasana cair. "Lo lagi ngutip siapa sekarang, Val?" "Siti Nurhaliza, mungkin?" candanya sambil nepak dada. "Dia nomor satu di daftar orang yang gue kagumi... ya, lo tahu lah." Arion tiba-tiba nyelak, nadanya tegas banget. "Lo udah janji sama anak cheerleaders buat langsung ke sana. Gue aja yang anterin Alina." Jantung Alina mendadak berdebar, makin kesal sama diri sendiri. 'Udah sumpah mau ngehindarin dia, malah begini.' "Nggak usah. Lo nggak perlu repot. Gue bisa n
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-08
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
11
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status