All Chapters of Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku : Chapter 71 - Chapter 80

111 Chapters

Geng Drama Anak Orkay

Bu Sylvia dan Dr. Gustav berdiri di satu sisi kantor kepala sekolah dengan tatapan tajam seperti mau melubangi kepala murid-muridnya. Di sisi lain, ada Valerian, juga Arion yang berdiri disamping mantan pacarnya yang sok kecentilan. “Ada sedikit kecelakaan waktu makan siang tadi,” kata Arion, menunjuk ke celana jinsnya. “Ada minyak tumpah kena celana saya. Jadi daripada saya bolos, saya minta Valerian buat bantuin beli celana baru. Saya nggak suka bikin guru nunggu lama.” Arion melirik Valerian. “Semua ini gara-gara Valerian, Pak... Minyak itu kan minyak yang lo tumpahin ke meja gue?” Valerian yang berdiri di sebelahnya, nyengir sambil nyikut pelan Arion. “Minyaknya sih enggak, Bro. Tapi kalau celana lo basah, gue yakin itu gara-gara ada Alina di samping lo. Iya nggak, Lin?” Alina menatap Valerian tajam, wajahnya memerah campur marah. “Lo ngomong apa sih? Ngaco banget!” Sementara itu, Arion menghela napas panjang, lalu berkata dingin, “Val, gue nggak perlu lo buat tambah
last updateLast Updated : 2024-12-15
Read more

Banjir di Tengah Party

Malam itu Alina berangkat kerja seperti biasa naik Go-Jek. Arion ngajak Clarissa makan malam bareng keluarganya dan kepala sekolah. 'Lagi-lagi dia janji bakal nemenin gue, tapi akhirnya malah sama cewek lain.' Walaupun Alina udah bilang sama diri sendiri kalau mereka cuma temenan, dia nggak bisa berhenti mikirin itu. Hujan nggak berhenti turun selama dua jam terakhir. Pas sampai kafe, suasananya jauh lebih ramai dari biasanya. Orang-orang saling desak-desakan, bikin kulit Alina merinding setiap kali ada yang nabrak. Alina tarik napas dalam-dalam, nyoba tetap fokus. Dia singkirin pikiran soal Arion dan jalan ke meja baru yang ada di pojok ruangan. Ada Darren dan Glen duduk di sana. Alina angkat alis sambil ngeluarin buku catatan dan pena. “Ngapain lo berdua di sini? Besok kan lo pada tanding. Arion bilang kalian harus tidur lebih awal.” Glen cengengesan. “Percaya nggak percaya, meskipun Arion itu kapten kita, dia bukan bos kita kali.” Alina ketawa kecil. “Tapi gue yak
last updateLast Updated : 2024-12-16
Read more

Untungnya, Alina Nggak Sendiri..

Dengan tangan gemetaran, Alina keluarin ponsel dari kantong belakang. Awalnya, dia kepikiran buat telepon Arion. Tapi, Alina stop. Dia udah terlalu sering ganggu Arion kalau ada masalah, dan dia nggak kasih kabar sama sekali malam ini. Dia pasti lagi sama Clarissa. Alina nggak mau kelihatan lebih butuh di depan dia. Alina akhirnya buka kontak Darren. Dia dan Glen kan baru aja nongkrong di kafe, jadi kemungkinan besar mereka masih melek. Teleponnya langsung diangkat di dering pertama. “Alina? Lo nggak apa-apa?” tanya Darren, suaranya serius. Begitu denger suaranya, Alina langsung nggak tahan lagi. Dia terisak, terus bilang, “Kamar gue bocor dan kebanjiran.” Darren sempat diem sebentar, terus nanya, “Maksud lo kebanjiran? Gue denger ada suara musik, temen-temen lo lagi pada party, kan?” “Ada air setinggi mata kaki lebih di kamar gue. Gue nggak tau mesti gimana. Loly sama Vera lagi minum, dan gue nggak mau ganggu mereka. Tapi gue nggak bisa tinggal di sini,” jawab Alina, suaran
last updateLast Updated : 2024-12-16
Read more

Gak Ada Yang Mudah, Semuanya Kacau

Emosinya terlalu berat buat ditahan. Alina nggak bisa nahan itu, tangisannya pecah lagi di kursi Jeep Darren.. Ketika mereka sampai di depan asramanya, Darren langsung turun dan bawa barang-barang Alina. Hujan udah reda, tapi udara masih dingin menusuk. Darren memapah Alina masuk ke dalam gedung. Di dalam, ada sofa kulit hitam, meja-meja kayu, sama beberapa cowok yang lagi main PS di pojok. Suasana sepi. Darren nggak berhenti, langsung masuk ke lift. Begitu sampai di lantai lima, Darren bawa Alina ke sebuah pintu dan langsung kebuka. Di dalam, Alina lihat sofa kulit, futon hitam di pojok, dan dapur kecil dengan kulkas mini. Tempatnya lebih bagus dari kontrakannya, meskipun nggak semewah rumah Arion. Glen, teman sekamar Darren, udah ngaturin bantal sama selimut di sofa. Dia tersenyum sedih pas lihat Alina. “Lo bisa mandi dulu. Gue udah taruh handuk sama baju ganti di kamar mandi,” katanya. “Gue pikir lo bakal butuh.” Alina ragu, tapi Glen lanjutin, “Kalau lo mau, lo bisa
last updateLast Updated : 2024-12-17
Read more

Sahabat Tapi Sah?

Pintu ruang ganti kebuka, tapi Alina nggak langsung noleh. Biasanya, Darren selalu jadi orang terakhir yang keluar. Alina ngerasa ada sosok tinggi berdiri yang melewatinya, dan pas Alina mendongak, mata yang biasa dia kagumi sedang balas ngelihatin dia. Tapi kali ini beda, bintik-bintik emas di matanya nggak keliatan. Tandanya, dia lagi kesel. Alina lihatin ekspresinya—rahangnya kenceng, nggak nyantai sama sekali. "Arion?" bisik Alina. "Lo kenapa?" Arion diem berdiri di sana sambil ngerutin keningnya. Padahal, dia baru aja menang pertandingan. Alina bahkan sempet lihat cowok itu keluar lapangan bareng bokapnya, mukanya waktu itu keliatan seneng banget. "Jangan pura-pura nggak tahu." Kulit di sekitar matanya ikut tegang. "Lo tidur sama Glen, kan?" Alina langsung tersentak, yang jelas bikin semuanya makin salah. Darahnya naik ke kepala, tapi Alina tahan supaya nggak meledak. "Lo serius nanya kayak gitu ke gue? Setelah lo pergi semalaman sama Clarissa?" Mukanya langsu
last updateLast Updated : 2024-12-19
Read more

Ngumpet di Balik Pernikahan

Vera sama Loly tadi udah ngechat, nawarin dia buat tinggal sementara di kamar mereka sampai kamarnya selesai diperbaiki. Tapi masalahnya, tempat tidur mereka kecil, dan jadwal tidur mereka beda banget. “Kalau gitu, ayo kita ambil barang-barang lo biar semuanya bisa diberesin.” Arion maju, pegang pergelangan tangan Alina dengan lembut. “Semua barangnya udah gue cuci, jadi dia aman-aman aja,” potong Darren sambil pegang tangan Alina yang satunya lagi. Dia ngelihat ke arah Alina. “Gue bisa antar jemput lo ke kafe. Lo juga bisa tidur di sofa atau, kalau mau, di kamar gue.” Alina bengong. Ini serius banget, dan dia nggak tahu harus gimana meresponnya. Arion melirik Darren dengan tatapan tajam. “Lepasin tangannya. Gue bisa ngurus dia sendiri,” katanya dingin, masih memegang pergelangan tangan Alina dengan cengkeraman yang nggak terlalu kuat, tapi cukup untuk bikin Darren melirik ke bawah dengan sedikit senyum mengejek. “Tenang, Kapten. Gue nggak nyulik dia,” jawab Darren sambil
last updateLast Updated : 2024-12-20
Read more

Kunci Pintu Rumah Arion

"Jadi itu alasan lo?" Suara Arion serak. Alina mengangguk, terus menunduk, takut ngeliat ekspresi di wajah Arion. "Kalau gitu, ayo kita ambil barang-barang lo." Arion menyambut tangan Alina, menariknya ke arah lain. "Karena alasan yang sama, gue juga nggak tahan mikirin lo tinggal di tempat lain." Hati Alina buyar. Ini gawat. Alina sama Arion balik ke yang lain, dan Arion langsung ngasih kode ke Valerian. "Kenapa nggak lo aja yang bawa Alina ke tempat gue? Sementara gue ambil barang-barangnya dari kamar Darren sama Glen?" "Biar Clarissa dan mata-matanya nggak ngeh kalau ada yang janggal.." Valerian menaikkan alisnya. "Oke, gue sih setuju. Tapi gue butuh kuncinya." Arion ngeluarin kunci dari kantongnya terus ngasih itu ke Alina. "Ini buat buka pintu depan." "Eh, kenapa dia yang dapet kunci, bukan gue?" "Soalnya gue percaya sama dia," Arion jawab sambil nunjuk Valerian, Valerian cemberut. "Sama lo? Nggak.. Gue tau lo bakal bikin duplikat. Dan tahu-tahu gue nemu
last updateLast Updated : 2024-12-23
Read more

Macet? Cuma Hati Alina yang Nggak Bisa Move On

"Darren itu temen gue," kata Alina pelan. "Kalo bukan dia, gue mungkin aja nelpon lo." Valerian melirik Alina lagi sambil nyalain AC. "Kalaupun lo nelpon gue, dia tetep bakal sakit hati. Mungkin nggak separah itu, karena dia tahu gue nggak bakal jadi ancaman. Tapi lo jangan pura-pura nggak tahu, Alina. Lo sama Arion jelas lebih dari sekadar temen, meskipun kalian nggak pernah mendefinisikan itu." Jantung Alina berdebar kencang. Kata-kata Valerian menyadarkannya kalau Arion mungkin sama bingungnya. Mungkin itu juga alasan kenapa Clarissa marah besar kemarin. Tapi apa pun alasannya, itu nggak penting. Dari awal, Arion udah bilang pernikahan ini cuma di atas kertas. Alina setuju. Dia nggak mau repot-repot patah hati, terutama saat masih berusaha berdamai sama kehilangan kedua orang tuanya. "Gue cuma kaget dia kasih lo kesempatan buat jelasin," kata Valerian akhirnya, "Meskipun, jujur, itu di luar dugaan." "Apa maksud lo?" Alina ngelirik penasaran. "Itu cerita dia, bukan cerita g
last updateLast Updated : 2024-12-23
Read more

"Larut Malam Bareng Lo"

Alina berjalan cepat menuju meja pelanggan sambil membawa nampan berisi minuman. Tempat itu penuh sesak, bikin dia harus ekstra hati-hati biar nggak ada yang tumpah. Tapi baru aja sampai, seorang cowok dari Royal Crest langsung menghadang. Jaketnya jelas banget nunjukin logo tim futsal mereka, dan ekspresinya? Sok banget. “Eh, lo cantik juga, ya. Minumannya ada bonus nomor HP nggak?” katanya sambil nyengir lebar, matanya jelas-jelas ngeliatin Alina dari atas sampai bawah. Alina narik napas dalam, berusaha sabar. “Maaf, gue cuma pelayan di sini, bukan customer service,” jawabnya dingin sambil naro minuman di meja. Cowok itu malah ketawa kecil, makin nyebelin. “Jangan jutek gitu dong. Gue cuma mau bikin hari lo lebih seru. Lagian, gue kapten tim futsal Royal Crest, loh. Siapa tahu lo mau ketularan hoki gue.” Dia bersandar di meja, gayanya kayak ngerasa paling keren. Temen-temennya yang duduk di meja itu malah ikut ketawa, nambahin rasa bete Alina. Alina muter mata, udah nggak
last updateLast Updated : 2024-12-25
Read more

Bermalam di Zona Nyaman Arion

Arion nuntun Alina naik tangga ke lantai satu, ngelewatin ruang tamu dan dapur, sebelum belok ke tangga lain menuju lantai dua. Di lantai atas, dia buka pintu di ujung lorong dan nyuruh Alina masuk. “Ini kamar lo.” Alina masuk, dan jujur, dia kaget bukan main. Kamar itu lebih gede dari kamar asrama Darren sama Glen kalau digabung. Tempat tidur king size ada di sisi kiri, lengkap dengan seprai biru muda dan selimut tebal yang warnanya senada. Lemari besar warna putih ada di seberang tempat tidur, dengan TV layar datar di atasnya. Nakas di kedua sisi tempat tidur juga serasi. Udara di kamar itu harum, kayak bau lemon segar. Alina ngeraba selimut di tempat tidur sambil ngelirik Arion. “Lo bersihin kamar ini sendiri?” Arion nyelipin tangannya ke saku dan mengangguk santai. “Iya. Gue nggak mau lo tidur di seprai apek yang udah lama nggak diganti. Lagian, biru kayaknya warna yang lo suka.” Alina senyum kecil. “Iya, gue suka.” Arion muterin bahunya, kayak lagi ngusir pegal. “Pa
last updateLast Updated : 2024-12-26
Read more
PREV
1
...
678910
...
12
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status