Beranda / Fiksi Remaja / Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku / Kejar-kejaran Kayak Kucing dan Anjing

Share

Kejar-kejaran Kayak Kucing dan Anjing

Penulis: Bibiefenimmm
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-08 23:37:47
Darren tiba-tiba ngomong, "Eh, malam ini ada pesta di sekolah. Lo mau ikut nggak, Na?"

Alina buru-buru geleng. "Kayaknya gue skip deh. Capek banget. Gue aja susah ngikutin kalian tadi. Lo pada pergi aja, gue bakal pesan Go-Car buat pulang." Alina pura-pura sibuk buka ponsel biar nggak kelihatan kalau Alina emang nggak niat.

Valerian langsung ngeluarin kunci mobilnya. "Gue bisa anterin lo. Tenang aja, pesta kan baru dimulai kalau gue dateng."

Alina ketawa tanpa sadar. Itulah Valerian; dia selalu bisa bikin suasana cair. "Lo lagi ngutip siapa sekarang, Val?"

"Siti Nurhaliza, mungkin?" candanya sambil nepak dada. "Dia nomor satu di daftar orang yang gue kagumi... ya, lo tahu lah."

Arion tiba-tiba nyelak, nadanya tegas banget. "Lo udah janji sama anak cheerleaders buat langsung ke sana. Gue aja yang anterin Alina."

Jantung Alina mendadak berdebar, makin kesal sama diri sendiri. 'Udah sumpah mau ngehindarin dia, malah begini.'

"Nggak usah. Lo nggak perlu repot. Gue bisa n
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Just a Friend???

    Alina udah capek denger alasan yang sama. "Kita gak nikah karena sama-sama mau ya, Arion. Lo gak punya hak buat nentuin apa yang gue lakuin. Lo bisa ngeabaikan gue kapan aja, terus sekarang lo tiba-tiba pengen ngobrol? Lo gak punya hak bawa gue ke tempat yang gue gak setuju." Alina ngerasa sakit hati, tapi dia tahan itu semua. "Gue capek diatur sama lo, jadi gue bakal pulang jalan kaki. Pergi dah lo dari sini." Alina menambahkan kecepatan langkahnya, pengin banget nyampe rumah lebih cepat. Alina kira Arion bakal ninggalin dia, tapi mobilnya masih ada di belakang Alina. "Kenapa lo harus selalu sekeras kepala ini sih?" "Di sekolah, gue selalu jalanin hidup gue sendiri, dengan harapan bisa lewatin tahun ini tanpa harus mikirin Clarissa yang nyakitin gue. Lo yang terus ganggu hidup gue, pura-pura diem waktu ekskul bareng, terus maksa Valerian nganterin gue kemana-mana. Gue baik-baik aja sendiri. Kalau lo ninggalin gue, gue bakal ninggalin lo juga, dan semuanya bakal jauh leb

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-09
  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    'Nggak Rela Kalau Lo Pergi'

    Arion langsung mengelus tengkuknya sambil mengerutkan wajah. "Ya Tuhan, enggak, Alina! Gue cuma setuju nemenin dia ke beberapa acara penting sekolah. Itu juga dia minta di depan orang tua kita sebelum lo muncul. Gue cuma tinggal jalanin acara terakhir, terus udah, gue gak bakal ada urusan sama dia lagi." Arion kelihatan jijik sendiri pas ngomong itu, Alina hampir ketawa. "Hubungan kita udah selesai, Alina. Jujur aja, waktu kita bareng dulu, gak ada dari kita yang bener-bener bahagia. Semua itu cuma buat nyenengin ortu kita dan menjaga citra aja." Alina tiba-tiba ngerasa lega. Berat yang dia rasain selama ini pelan-pelan hilang. Arion menunduk, nendang-nendang lantai keropos di bawah kaki mereka sambil menarik napas dalam-dalam. "Na, gue cuma mau bilang... maaf. Harusnya gue cerita langsung ke lo soal semuanya, bukannya malah ngejauhin lo kayak gitu. Tapi gue gak mau lo khawatir." Arion ngeliatin Alina sebentar sebelum ngelanjutin. "Itu salah satu alasan gue minta Valer

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-09
  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Mulai Nyaman

    Alina berdiri dan berjalan ke dapur, berusaha keras buat gak menyenggol tubuh Arion. Dia menyindir sambil melirik, "Lo bilang lo lebih pilih nongkrong di rumah gue daripada pulang atau pergi ke party perayaan?" Arion angkat bahu sambil mengedipkan mata. "Party itu berisik, dan temen-temen tim gue suka ngelakuin hal aneh. Lagian, kalau gue mau jadi pemain profesional, gue gak bisa seenaknya sama tubuh gue. Gue juga harus bangun pagi buat ketemu seseorang soal program yang bakal dia mulai. Jadi, party tengah malem itu jelas bukan pilihan gue." Alina bisa ngerasain semangat Arion. Itu udah kerasa sejak pertama kali Alina bertemu dengannya. Mungkin itu juga yang bikin Arion beda. "Kalau lo lapar, berarti gue juga." Alina ngeraih lengan Arion dan menariknya ke dapur, "Kuy kita santai bareng sambil ngemil." Beberapa menit kemudian, mereka udah duduk di sofa, masing-masing di ujung yang berlawanan. Di depan mereka ada tumpukan makanan, sementara series di TV terus muter. Bebera

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-11
  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Darren Mabok?

    Jantung Alina langsung deg-degan. Bukan karena nggak suka rumah Arion—jujur rumahnya jauh lebih mewah dibanding tempat dia tinggal—tapi mereka bakal berduaan di sana. Kalau berduaan, siapa yang bisa menjamin Alina bakal tetap waras? Alina terlalu tertarik sama Arion sekarang. "Gue udah janji mau ngumpul sama teman-teman serumah gue malam ini. Kenapa lo nggak ikut aja? Kita bisa cari tontonan bareng di sana." Arion kelihatan sempat mikir, alisnya mengerut sebelum akhirnya dia santai lagi. "Lo yakin mereka nggak keberatan kalau gue ikutan?" "Nggak bakal keberatan, kok. Mereka malah mungkin senang karena bisa kenalan lebih dekat sama lo." Alina tersenyum kecil sambil mencoba santai, padahal dalam hatinya berharap mereka nggak bakal kepo berlebihan. "Dan gue juga pengen lo ada di sana," tambah Alina pelan sambil mengalihkan pandangan ke jendela. Arion mengangguk, matanya kelihatan sedikit berbinar. "Kalau itu yang lo mau, gue sih ngikut aja," katanya sambil masukin gi

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-11
  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Ketemu Mak Lampir Lagi

    'Oke, stop. Gue harus berhenti.. Gue sama dia cuma sepakat buat temenan. Dan hal terakhir yang gue lakuin adalah ngefans sama pantat, dada berotot, atau rahang Arion yang tegas.. Yuk bisa yuk. Stop mikirin itu, Alina... Sekarang juga, please.' Darren ngambil Kratingdaeng-nya lagi, tapi Alina langsung cegah tangannya. “Lo udah makan belum?” “Belum! Dia belum makan,” Glen nimbrung. “Udah gue suruh dia makan dari tadi, tapi dia malah keukeuh minum itu doang.” “Minuman energi bukan makanan,” kata Alina sambil angkat alis dan nyamber botolnya. “Ngapain lo ke sini kalau nggak fit begini?” Darren megang kepalanya lagi. “Gue harus belajar buat ujian besok, tapi kalau latihan dulu gue pasti tepar.” “Yah, lo nggak bakal bisa fokus belajar dengan keadaan kayak gini.” Alina berdiri dan pegang lengannya. “Kenapa kita nggak makan dulu? Gue juga lapar. Kalau lo makan, lo bakal lebih enakan dan siap buat latihan.” Alina tahu Darren nggak bakal nolak kalau dia pikir Alina juga butuh makan.

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-11
  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Ujian Biologi

    Clarissa menatapnya lama, lalu mengangguk. “Bagus. Kalau gitu, semoga lo tetap fokus.” Setelah itu, dia pergi begitu aja. Begitu dia pergi, Alina langsung kirim pesan ke Arion, ngasih tahu semua yang baru aja terjadi, terus minta Loly buat jemput. Loly bales cepat, bilang bakal dateng nanti. Setelah itu, Alina jalan ke kantin. Darren masih di sana, mukanya cemberut ngelihatin pilihan makanan yang ada. Alina ketawa kecil. Setidaknya ada satu hal yang bikin hari ini lebih baik: Darren akhirnya belajar buat nggak gegabah. Kemudian... beberapa minggu berikutnya berlalu begitu aja. Sudah pertengahan September, dan Arion masih rutin nganterin Alina ke sekolah. Dia cuma sampai parkiran, nggak pernah sampai ke gedung sekolah. Malamnya, dia juga selalu tepat waktu antar jemput Alina ke tempat kerja. Alina mulai terbiasa sama keberadaannya. Bahkan, ada beberapa kali dia iseng nge-chat Arion cuma buat ngajak jalan atau sekadar ketemu. Alina benci mengakui ini, tapi lama kelamaan Alina

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-12
  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Ruangan Kepala Sekolah

    "Val. Jangan ganggu Alina lagi. Lo ngerti maksud gue, kan?" Semua orang tahu siapa yang ngomong, bahkan tanpa harus nengok. Valerian langsung menyeringai, dan berhenti mengganggu Alina. Arion ngeliatin Alina sebentar, terus kembali fokus ke ujian, meski wajahnya masih menunjukkan ketegangan yang nggak hilang begitu aja. Lalu gak lama, Pak Rangga mengumumkan kalau sudah waktunya ngumpulin kertas ujian. Luther, sebagai ketua kelas, langsung berdiri dan mulai berjalan ke depan untuk ngumpulin kertas dari murid-murid. Setelah tugasnya selesai, dia bilang ke Pak Rangga kalau dia perlu ke kantor sebentar. Setelah beberapa menit, Luther masuk kembali ke kelas sambil ngos-ngosan. Matanya tampak panik, dan dia langsung mendekati Arion yang duduk tenang di bangku belakang. "Arion, lo harus dengerin gue!" Luther ngomong sambil berusaha ngatur napasnya yang masih berat. Arion yang tadinya asyik dengan buku di mejanya, langsung menoleh ke Luther. "Kenapa lo panik banget?" Luther hamp

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-13
  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Insiden Lapangan

    Arion menyuruh Luther untuk pergi lebih dulu. "Pagi Daniel." Sebenarnya waktu Luther bilang Daniel tiba-tiba nongol, Alina langsung mikir, pasti ada hubungannya sama insiden di pertandingan minggu lalu. Dia kan pelatih kepala dan serius soal reputasi tim. Mungkin dia mau ngomong sama kepala sekolah atau ngurus laporan resmi soal tabrakan itu. Ada kejadian yang nggak diinginkan sebelumnya. Alina inget jelas momen itu. Arion lagi ngejar bola ke arah gawang lawan. Gerakannya cepat, kayak biasa. Tapi di detik berikutnya, pemain bertahan lawan datang dari samping, tabrakan nggak terhindarkan. Suara benturannya kedengeran jelas, sampai bikin Alina kaget. Pemain lawan jatuh duluan, kepala membentur tanah, sementara Arion cuma terhuyung sebelum balik berdiri. Daniel langsung ngelambaiin tangannya ke wasit, nyuruh Alina maju ke lapangan. Tapi pas dia jalan ke arah pemain yang jatuh, wasit malah fokus ke Arion. Mereka debat soal tabrakan itu—apakah pelanggaran atau nggak. Pemain lawan m

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-14

Bab terbaru

  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Gak Ada Yang Mudah, Semuanya Kacau

    Emosinya terlalu berat buat ditahan. Alina nggak bisa nahan itu, tangisannya pecah lagi di kursi Jeep Darren.. Ketika mereka sampai di depan asramanya, Darren langsung turun dan bawa barang-barang Alina. Hujan udah reda, tapi udara masih dingin menusuk. Darren memapah Alina masuk ke dalam gedung. Di dalam, ada sofa kulit hitam, meja-meja kayu, sama beberapa cowok yang lagi main PS di pojok. Suasana sepi. Darren nggak berhenti, langsung masuk ke lift. Begitu sampai di lantai lima, Darren bawa Alina ke sebuah pintu dan langsung kebuka. Di dalam, Alina lihat sofa kulit, futon hitam di pojok, dan dapur kecil dengan kulkas mini. Tempatnya lebih bagus dari kontrakannya, meskipun nggak semewah rumah Arion. Glen, teman sekamar Darren, udah ngaturin bantal sama selimut di sofa. Dia tersenyum sedih pas lihat Alina. “Lo bisa mandi dulu. Gue udah taruh handuk sama baju ganti di kamar mandi,” katanya. “Gue pikir lo bakal butuh.” Alina ragu, tapi Glen lanjutin, “Kalau lo mau, lo bisa

  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Untungnya, Alina Nggak Sendiri..

    Dengan tangan gemetaran, Alina keluarin ponsel dari kantong belakang. Awalnya, dia kepikiran buat telepon Arion. Tapi, Alina stop. Dia udah terlalu sering ganggu Arion kalau ada masalah, dan dia nggak kasih kabar sama sekali malam ini. Dia pasti lagi sama Clarissa. Alina nggak mau kelihatan lebih butuh di depan dia. Alina akhirnya buka kontak Darren. Dia dan Glen kan baru aja nongkrong di kafe, jadi kemungkinan besar mereka masih melek. Teleponnya langsung diangkat di dering pertama. “Alina? Lo nggak apa-apa?” tanya Darren, suaranya serius. Begitu denger suaranya, Alina langsung nggak tahan lagi. Dia terisak, terus bilang, “Kamar gue bocor dan kebanjiran.” Darren sempat diem sebentar, terus nanya, “Maksud lo kebanjiran? Gue denger ada suara musik, temen-temen lo lagi pada party, kan?” “Ada air setinggi mata kaki lebih di kamar gue. Gue nggak tau mesti gimana. Loly sama Vera lagi minum, dan gue nggak mau ganggu mereka. Tapi gue nggak bisa tinggal di sini,” jawab Alina, suaran

  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Banjir di Tengah Party

    Malam itu Alina berangkat kerja seperti biasa naik Go-Jek. Arion ngajak Clarissa makan malam bareng keluarganya dan kepala sekolah. 'Lagi-lagi dia janji bakal nemenin gue, tapi akhirnya malah sama cewek lain.' Walaupun Alina udah bilang sama diri sendiri kalau mereka cuma temenan, dia nggak bisa berhenti mikirin itu. Hujan nggak berhenti turun selama dua jam terakhir. Pas sampai kafe, suasananya jauh lebih ramai dari biasanya. Orang-orang saling desak-desakan, bikin kulit Alina merinding setiap kali ada yang nabrak. Alina tarik napas dalam-dalam, nyoba tetap fokus. Dia singkirin pikiran soal Arion dan jalan ke meja baru yang ada di pojok ruangan. Ada Darren dan Glen duduk di sana. Alina angkat alis sambil ngeluarin buku catatan dan pena. “Ngapain lo berdua di sini? Besok kan lo pada tanding. Arion bilang kalian harus tidur lebih awal.” Glen cengengesan. “Percaya nggak percaya, meskipun Arion itu kapten kita, dia bukan bos kita kali.” Alina ketawa kecil. “Tapi gue yak

  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Geng Drama Anak Orkay

    Bu Sylvia dan Dr. Gustav berdiri di satu sisi kantor kepala sekolah dengan tatapan tajam seperti mau melubangi kepala murid-muridnya. Di sisi lain, ada Valerian, juga Arion yang berdiri disamping mantan pacarnya yang sok kecentilan. “Ada sedikit kecelakaan waktu makan siang tadi,” kata Arion, menunjuk ke celana jinsnya. “Ada minyak tumpah kena celana saya. Jadi daripada saya bolos, saya minta Valerian buat bantuin beli celana baru. Saya nggak suka bikin guru nunggu lama.” Arion melirik Valerian. “Semua ini gara-gara Valerian, Pak... Minyak itu kan minyak yang lo tumpahin ke meja gue?” Valerian yang berdiri di sebelahnya, nyengir sambil nyikut pelan Arion. “Minyaknya sih enggak, Bro. Tapi kalau celana lo basah, gue yakin itu gara-gara ada Alina di samping lo. Iya nggak, Lin?” Alina menatap Valerian tajam, wajahnya memerah campur marah. “Lo ngomong apa sih? Ngaco banget!” Sementara itu, Arion menghela napas panjang, lalu berkata dingin, “Val, gue nggak perlu lo buat tambah

  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Celana Basah

    “Kayanya seru ngobrol sama Bu Sylvia,” kata Valerian, sambil senyum nakal. “Tapi saya lebih suka ngabisin waktu sama kelompok kimia saya... apalagi lihatin pasangan di depan kita beraksi biar tahu apa itu pemanas tangan.” Dia dan Luther langsung ketawa barengan. Alina langsung ngerasa panas banget di pipi. Ini sih udah bener-bener malu, apalagi Valerian dan Luther kayak nggak berhenti ketawa, sementara Arion tetep santai aja. Alina menunduk, berusaha nyembunyiin mukanya yang udah merah, dan tiba-tiba Alina menemukan tatapan tajam Clarissa di belakangnya. Dia nengok pelan, dan… jelas banget dia cemburu, matanya nyaris meledak. 'Mampus aja gue.' "Jadi apa sebenarnya penghangat tangan itu, Bu?" "Kimia termal, Arion," jawab Bu Sylvia datar sambil tetap fokus ke buku catatan. "Kita pakai buat menghangatkan tangan." Arion malah menyeringai, senyumnya lebar dan sombong banget. Dia sedikit menoleh ke Alina, ekspresinya udah ketebak bakal ngomong sesuatu yang ngeselin. "Tapi gue ya

  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Proyek Kimia: Pemanas Tangan

    Alina melangkah masuk ke kelas dengan santai, tapi perhatiannya langsung tersedot ke keributan di pojok ruangan. Di sana, Arion lagi nangkring sambil menoyor kepala Valerian. “Gara-gara lo,” terdengar suara santai Arion. Valerian malah terkekeh santai sambil menangkis tangan Arion. “Ya ampun, bro. Gue enggak sengaja, sumpah! Lagian, lo juga yang salah duduk di situ.” “Apa urusannya salah gue? Lo tuh yang ceroboh!” Alina yang baru aja masuk cuma nangkep kata-kata itu sekilas, tapi jelas ada sesuatu yang aneh. Alina nggak tahan buat nggak penasaran, jadi dia mendekat. Saat Alina jalan ke arah mereka, mata Arion langsung ngelirik. Tatapannya tajam, kayak lagi ngelihat sesuatu yang nggak bisa dia baca. Sementara Valerian, ya ampun, dasar cowok playboy kelas, dia malah sempet-sempetnya mengedipkan mata ke arah Alina. “Eh, Alina! Lo pas banget dateng. Sini, duduk deket gue aja. Arion lagi bad mood, kayaknya butuh cewek buat nenangin.” Alina lihat Arion yang memperhatikanny

  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Insiden Lapangan

    Arion menyuruh Luther untuk pergi lebih dulu. "Pagi Daniel." Sebenarnya waktu Luther bilang Daniel tiba-tiba nongol, Alina langsung mikir, pasti ada hubungannya sama insiden di pertandingan minggu lalu. Dia kan pelatih kepala dan serius soal reputasi tim. Mungkin dia mau ngomong sama kepala sekolah atau ngurus laporan resmi soal tabrakan itu. Ada kejadian yang nggak diinginkan sebelumnya. Alina inget jelas momen itu. Arion lagi ngejar bola ke arah gawang lawan. Gerakannya cepat, kayak biasa. Tapi di detik berikutnya, pemain bertahan lawan datang dari samping, tabrakan nggak terhindarkan. Suara benturannya kedengeran jelas, sampai bikin Alina kaget. Pemain lawan jatuh duluan, kepala membentur tanah, sementara Arion cuma terhuyung sebelum balik berdiri. Daniel langsung ngelambaiin tangannya ke wasit, nyuruh Alina maju ke lapangan. Tapi pas dia jalan ke arah pemain yang jatuh, wasit malah fokus ke Arion. Mereka debat soal tabrakan itu—apakah pelanggaran atau nggak. Pemain lawan m

  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Ruangan Kepala Sekolah

    "Val. Jangan ganggu Alina lagi. Lo ngerti maksud gue, kan?" Semua orang tahu siapa yang ngomong, bahkan tanpa harus nengok. Valerian langsung menyeringai, dan berhenti mengganggu Alina. Arion ngeliatin Alina sebentar, terus kembali fokus ke ujian, meski wajahnya masih menunjukkan ketegangan yang nggak hilang begitu aja. Lalu gak lama, Pak Rangga mengumumkan kalau sudah waktunya ngumpulin kertas ujian. Luther, sebagai ketua kelas, langsung berdiri dan mulai berjalan ke depan untuk ngumpulin kertas dari murid-murid. Setelah tugasnya selesai, dia bilang ke Pak Rangga kalau dia perlu ke kantor sebentar. Setelah beberapa menit, Luther masuk kembali ke kelas sambil ngos-ngosan. Matanya tampak panik, dan dia langsung mendekati Arion yang duduk tenang di bangku belakang. "Arion, lo harus dengerin gue!" Luther ngomong sambil berusaha ngatur napasnya yang masih berat. Arion yang tadinya asyik dengan buku di mejanya, langsung menoleh ke Luther. "Kenapa lo panik banget?" Luther hamp

  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Ujian Biologi

    Clarissa menatapnya lama, lalu mengangguk. “Bagus. Kalau gitu, semoga lo tetap fokus.” Setelah itu, dia pergi begitu aja. Begitu dia pergi, Alina langsung kirim pesan ke Arion, ngasih tahu semua yang baru aja terjadi, terus minta Loly buat jemput. Loly bales cepat, bilang bakal dateng nanti. Setelah itu, Alina jalan ke kantin. Darren masih di sana, mukanya cemberut ngelihatin pilihan makanan yang ada. Alina ketawa kecil. Setidaknya ada satu hal yang bikin hari ini lebih baik: Darren akhirnya belajar buat nggak gegabah. Kemudian... beberapa minggu berikutnya berlalu begitu aja. Sudah pertengahan September, dan Arion masih rutin nganterin Alina ke sekolah. Dia cuma sampai parkiran, nggak pernah sampai ke gedung sekolah. Malamnya, dia juga selalu tepat waktu antar jemput Alina ke tempat kerja. Alina mulai terbiasa sama keberadaannya. Bahkan, ada beberapa kali dia iseng nge-chat Arion cuma buat ngajak jalan atau sekadar ketemu. Alina benci mengakui ini, tapi lama kelamaan Alina

DMCA.com Protection Status