Home / Young Adult / Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku / Tersesat di Dunia Para Siswa Kaya

Share

Tersesat di Dunia Para Siswa Kaya

Author: Bibiefenimmm
last update Last Updated: 2024-11-15 22:58:01
“Saya baru saja mendapat penjelasan bahwa situasi di tempat parkir tadi... Ah, ternyata, kamu hanya berusaha menghindar. Sempit sekali ruangnya, ya?”

Alina menelan ludah dan mengangguk pelan. “I..iya, Pak. Saya cuma berusaha parkir, dan... ya, agak sempit,” katanya, memilih kata-kata hati-hati.

Dr. Gustav menatapnya beberapa detik, seolah mempertimbangkan sesuatu. “Baiklah. Hati-hati di lain waktu, ya? Dan kalau lain kali ada masalah seperti ini, lapor saja ke bagian keamanan atau guru piket.”

Alina nyaris tak mempercayai telinganya. Dengan sedikit ragu, ia mengangguk. “Baik, Pak. Terima kasih.”

Dr. Gustav mengangguk. “Baik, kamu boleh kembali ke kelas.”

Alina mengangguk sekali lagi, tersenyum kecil, lalu berbalik menuju pintu dengan hati-hati. Ternyata Dr. Gustav tidak sekeras yang dia kira—mungkin. Tapi satu hal yang jelas, ini pertama kalinya ia merasa selamat dari teguran kepala sekolah.

Saat Alina sudah hampir mencapai pintu, Dr. Gustav memanggilnya kembali. "Alina, s
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Obrolan dengan Dua Murid Lama

    Darren melambaikan tangan sebelum berbalik dan berjalan menuju lorong di arah yang berlawanan. Alina menyaksikannya pergi, menguatkan dirinya dengan sebuah senyuman kecil. Dia nggak bisa bergantung pada Darren untuk jadi pelindungnya sepanjang tahun ajaran ini. Langkahnya berasa lebih berat ketika dia mulai memperhatikan tatapan-tatapan itu—lebih mencolok sekarang karena dia sendirian, tanpa Darren sebagai tamengnya. Bisikan dari dua murid perempuan terdengar di belakangnya, pelan tetapi cukup tajam untuk bikin telinganya berdenging. "Gue denger dia cuma di sini karena memeras Direktur," bisik seorang gadis dengan nada penuh racun. "Ya, siapa lagi yang bisa dapetin beasiswa kayak gitu?" balas temannya, suaranya dipenuhi tawa sinis. "Dia rela ngelakuin apa aja demi tetap di sini. Dasar licik." Alina menegakkan bahu, berusaha nggak terpengaruh. Dia udah dengar desas-desus itu sebelumnya—semua tuduhan nggak berdasar yang dilemparkan untuk menjatuhkannya. Tapi dia nggak akan

    Last Updated : 2024-11-16
  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Menghindar Dari Serangkaian Penghinaan

    Alina, yang berusaha terlihat nggak peduli, cuma mendengarkan sambil menunduk ke buku catatannya. Jantungnya berdetak sedikit lebih cepat. 'Ya jelas lah nggak nggak datang latihan. Dua hari lalu, dia menikahi gue secara diam-diam.' Alina ingin menampar dirinya sendiri karena pikiran itu. Nggak ada yang bisa tahu, terutama orang tua Arion, apalagi dua anak laki-laki ini. Cuma kakek Arion dan kerabat dekatnya yang tahu. Juga Daniel... lebih tepatnya. Luther menatap Valerian dengan alis terangkat. "Menurut lo dia ke mana?" Valerian mengangkat bahu, "Mungkin dia punya pacar rahasia. Maksud gue, itu ngejelasin kenapa dia nggak pernah cerita soal kehidupan pribadinya lagi ke gue." Alina tersentak sedikit, tapi buru-buru menutupi reaksinya dengan membalik halaman buku catatannya. Luther memperhatikan gerak-geriknya, meskipun dia nggak ngomong apa-apa. "Apa mungkin dia sakit. Tapi, yah, itu emang aneh. Apalagi buat Arion." Valerian menoleh ke Alina ia baru menyadari keberad

    Last Updated : 2024-11-16
  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Jebakan dan Tatapan yang Menghukum

    Clarissa memulai, suaranya manis tapi penuh sindiran, menggema di kelas yang sunyi. “Alina Sari Mentari,” katanya dengan nada yang super dramatis. Semua mata langsung fokus ke arah Clarissa, dan Alina bisa ngerasain tatapan mereka yang kepo banget, nungguin drama yang bakal dia ceritain. Dalam kondisi lain, mungkin Alina bakal ngerasa sakit hati. Tapi sekarang? Nggak. Setelah semua yang dia lewatin, hinaan dan omongan miring kayak gini udah jadi makanan sehari-hari. Cuma kali ini, pas Clarissa mulai buka mulut, ada sesuatu di dalam diri Alina yang ngerasa cukup udah cukup. “Alina itu, bener-bener gadis paling… kasihan, ya, nggak sih?” suara Clarissa nyerempet sinis. “Kalian tahu, dia tuh sering tidur sama cowok-cowok dewasa.” Clarissa ketawa kecil, diikuti tawa temen-temennya yang duduk di sekelilingnya. “Oh, terus lo pada tahu nggak, siapa yang sempet ngancem bokap gue biar bisa sekolah di sini? Tentu aja, Alina.” Tatapan Clarissa berubah jadi penuh ejekan, matanya menatap Alina d

    Last Updated : 2024-11-17
  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Wawancara dan Permainan Peran

    Gue nggak habis pikir, aneh banget ketemu sama orang yang katanya pernah ‘tidur’ bareng, dan sekarang duduk santai di samping anaknya. Alina sempat melirik Clarissa, mencoba menahan rasa nggak nyaman yang muncul. 'Apa mungkin Clarissa ngira gue ini ibunya?' pikirnya, sambil menahan kesal. “Selamat siang, Pak,” ucap Alina sambil sedikit membungkuk sopan, berusaha menjaga nada suaranya tetap netral. Direktur Eric menoleh, wajahnya langsung kelihatan sumringah begitu lihat Alina. “Alina... akhirnya kita ketemu lagi. Dan… siapa ini?” Darren, yang dari tadi berdiri di sebelah Alina, langsung nyodorin tangan dengan ramah. “Darren, Pak. Terima kasih banget atas beasiswa sepakbola yang saya dapat. Saya sama beberapa teman lainnya sekarang bisa masuk sekolah HIA ini.” Direktur Eric menjabat tangan Darren sambil tetap tersenyum lebar. “Bagus sekali. Tapi, Darren, bisa tunggu sebentar di sebelah sana? Media nasional HorizoNews bakal mulai wawancara sebentar lagi sama Clarissa, Arion, da

    Last Updated : 2024-11-17
  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Hari Yang Penuh Cobaan

    "Alina..." Alina terhenyak dari lamunannya ketika suara Direktur Eric memanggil namanya. Ia mendongak, mendapati pria itu berdiri nggak jauh darinya, ditemani oleh Arion dan Clarissa. Suasana di ruangan itu mendadak terasa lebih berat. Direktur Eric baru saja menyelesaikan pembayaran uang sekolah Alina, termasuk beberapa perlengkapan lainnya. “Baiklah, mari kita selesaikan ini,” ujar Direktur dengan nada ramah, sambil memberikan senyum tipis. Dia merangkul bahu Alina dan mengarahkannya ke bagian administrasi. “Besok kamu masih harus sekolah, jadi pulanglah dan istirahat.” Istirahat. Kata itu menggoda, namun kenyataannya bakal jauh dari itu. Malam-malamnya di rumah bersama teman-temannya jarang tenang. Meskipun begitu, dia tetap memaksakan senyum, ingin secepat mungkin keluar dari situasi ini. Dengan pernikahan rahasia yang nggak diinginkannya bersama Arion, ditambah kebencian yang jelas dari Clarissa, Alina berharap nggak perlu banyak berinteraksi dengan mereka di sekolah es

    Last Updated : 2024-11-18
  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Siang Itu Bersama Darren

    "Gue... ingin bantu mendobrak pintu saat itu. Luther bilang lo terkunci di dalam sama Clarissa dan grupnya," jelasnya, tampak sedikit menyesal. Alina terkejut, tangannya secara refleks menutupi wajahnya. Ia merasa sedikit malu atas seluruh kejadian itu. "Jadi, Valerian dan Luther tahu?" tanyanya, matanya sedikit melebar, mencoba memahami lebih jauh. "Oh, jadi kalian udah kenalan?" Darren menyeringai, seolah mencoba meringankan suasana. "Jangan khawatir, mereka nggak terlalu suka ribut-ribut. Kecuali Valerian, yah... Lo tahu dia kan. Suka bergosip." "Tapi lo beneran nggak apa-apa kan?" katanya dengan nada serius. Tangannya bergerak cepat, mencari tanda-tanda luka atau kejanggalan lain. Alina sedikit terkejut dengan perhatian Darren yang lebih dari sekadar teman. Dia merasa nggak nyaman tapi juga dihargai. "Darren, nggak ada apa-apa," ujarnya cepat, mencoba menenangkan, meskipun nada suaranya sedikit terburu-buru. "Gue baik-baik saja." Darren mengerutkan kening, tidak sep

    Last Updated : 2024-11-19
  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Diantar Pulang Sampai Rumah

    "Gue bisa bayangin rasanya kehilangan orang tua. Berat banget, pasti. Gue bahkan nggak sanggup ngebayanginnya. Terus lo harus ke sini… masuk sekolah elit, jadi sorotan kamera, terus Clarissa lagi. Gue tahu itu pasti bikin semuanya makin ribet buat lo. Gue nggak seharusnya jadi cowok nyebelin yang malah bikin lo kesel di tengah semua ini." Alina senyum kecil, berusaha bikin suasana lebih santai. "Lo nggak bikin gue kesel, kok." Dia pura-pura lihat sekeliling. "Lagipula, gue nggak lihat siapa pun yang datang buat bikin gue tambah kesel." "Semoga aja nggak ada. Kalau ada, suasananya bakal makin awkward dari sekarang." Alina terkekeh kecil. Sebagian rasa berat di pundaknya perlahan menghilang. "Tapi serius," Darren lanjut, nurunin tangannya ke samping. "Gue cuma mau lo tahu, gue nggak ada niat jahat. Gue malah seneng bisa ketemu lo di sini. Menurut gue, lo itu menarik, lucu, dan..." Darren mendadak berhenti, nyadar kalau omongannya mulai kedengeran aneh. Dia ketawa gugup. "E

    Last Updated : 2024-11-19
  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Jantung Alina yang Selalu Terancam

    "Darren.." Bagus, dia sudah masuk ke dalam... Kehadirannya hanya akan memicu lebih banyak pertanyaan dari teman-temannya. Darren melangkah santai ke dalam rumah, menutup pintu di belakangnya. Sepatunya menginjak bungkus mi instan kosong di lantai. Ia memasukkan tangannya ke dalam saku celana pendek olahraganya dan memandang sekitar. "Eh... baru saja aku sampai sini. Tadi pintunya kebuka sendiri gara-gara angin," katanya santai. Alina menyadari pintu memang tidak ditutup rapat tadi. "Oh, ya. Maaf, tadi Vera menumpahkan bir, dan aku lupa menutup pintu," jawabnya, mencoba mengalihkan perhatian. Vera dan Loly saling melirik dan terkikik. Alina berharap mereka tetap diam, tapi melihat ekspresi mereka, itu mustahil. Darren berdeham dan berkata, "Jadi... kalian ini semua baik-baik saja, atau aku harus cari tahu sendiri apa yang sebenarnya terjadi di sini?" Alina segera memotong sebelum Loly atau Vera menjawab. "Terima kasih sudah mengantar aku, Darren. Aku benar-benar menghar

    Last Updated : 2024-11-19

Latest chapter

  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Pertama Kali Masuk ke Vila Mertua

    Saat Arion menarik dirinya dari Alina, dia hanya melemparkan pandangan tajam ke Clarissa. "Ini cuma awal, Clar. Jangan ganggu hidup kami lagi." Alina, masih terengah-engah, menatap Arion—antara cemas dan bingung, belum sepenuhnya siap untuk apa yang baru saja terjadi. Tapi satu hal yang jelas, dia tahu ini bukanlah akhir dari cerita mereka. Clarissa tertawa sinis, matanya berkilat penuh amarah. "Gila. Ini semua nggak beneran kan?" "Gue nggak peduli apa yang lo pikirin." Arion menghela napas sambil menutup ritsleting koper Alina dengan gerakan cepat, lalu menarik koper itu dan menggulirkannya ke arah pintu. Clarissa masih berdiri di sana, menghalangi jalan. "Apa yang lo pikir lo lakuin?!" "Dia datang ke sini sama gue," lanjut Clarissa, nadanya penuh klaim kepemilikan. Arion menyeringai sinis. "Oh, iya? Kedengerannya lebih kayak lo bawa dia ke sini buat jadi samsak tinju lo." Dia melipat tangan di dada, menatap Clarissa dengan penuh penghinaan. "Dia bakal lebih aman d

  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Pernikahan Rahasia yang Harus Clarissa Percaya

    “Jangan bandingin Alina sama nyokap gue.” Arion mendengus, ekspresinya penuh rasa muak. “Lo nggak tahu apa-apa tentang dia, jadi stop ngomong asal.” Alina meletakkan tangannya di punggung Arion, berusaha menenangkannya. Tapi tubuh Arion justru makin tegang, jelas dia sedang berusaha menahan amarahnya. Clarissa melipat tangan dan memutar matanya. “Ya ampun, lo bisa yakin dari mana? Gara-gara dia pura-pura kena serangan panik di pesawat? Jangan bego, deh. Itu cuma otak bawah lo yang ngomong. Atau lebih tepatnya, kelamin lo.” Ruangan langsung terasa lebih sunyi. Napas Arion terdengar berat, dan Alina merasa seperti ada sesuatu yang akan meledak kapan saja. "Lo tahu nggak sih kalau Alina tiap hari jalan kaki ke sekolah?" "Terus kenapa?" Clarissa menatap malas sambil menghentakkan kakinya. "Lo juga tahu nggak kalau dia pulang kerja malem-malem, sendirian, pas keadaan udah nggak aman?" Clarissa mengangkat bahu santai. "Tapi nyatanya dia baik-baik aja, kan?" "Terus k

  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Pengakuan Arion

    Loly ketawa di ujung telepon. “Gue ngerti lo pengen banget sampai dia... you know, keluar di dalem. Tapi please, jangan lakuin itu—” “Apa sih? Nggak bakal lah,” Alina memotong cepat sebelum menutup telepon. Dia mendengus. Hamil di saat hidupnya masih berantakan? Itu hal terakhir yang Alina butuhkan. Dan dia juga nggak bakal pernah ngelakuin itu sama Arion. Rasa penasaran menggelitik dirinya saat dia berjalan cepat ke pintu belakang. Begitu dibuka, seorang cowok berdiri di ambang pintu, posturnya memenuhi kusen pintu. Celana jins dan kemeja polo warna sage yang dia pakai begitu pas di badannya. Mata cokelatnya berkilat jahil. “Hei. Lo pasti kangen sama gue.” Alina mendengus, melipat tangan di dada. “Gue kira lo tukang service mesin cuci.” Arion terkekeh pendek sebelum menariknya dalam ciuman. Alina nggak ragu buat membalas. Tangannya mencengkeram kerah bajunya, menariknya lebih dekat. Lidah mereka beradu, napas saling berburu. Arion menggeram rendah, memeluknya erat

  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Loly : Jaga Arion Sebelum Kehilangan

    Dengan langkah cepat, Alina keluar dari toko dan berdiri di luar. Udara segar sedikit membantunya bernapas lebih lega. Rasa sepi tiba-tiba menyerangnya. Dia rela ngelakuin apa aja buat bisa menelepon orang tuanya. Untuk sekadar denger suara mereka lagi. Tapi sayangnya itu cuma angan-angan. Nggak ada yang bakal nyariin dia lagi. *** Beberapa jam kemudian, Alina menemukan sedikit penghiburan di kamar sementaranya... kalau bisa dibilang begitu. Kamar itu gede banget, dua kali lipat ukuran ruang tamu rumah yang pernah dia tinggali sama orang tuanya dulu. Dia rebahan di atas tempat tidur king-size dengan headboard berbulu warna krem, matanya menatap kosong ke dinding putih pucat. Bahkan seprai di kasur itu putih dan krem, seakan-akan orang yang mendekorasi ruangan ini benci warna-warna cerah. Tapi jendelanya rapi, bagian atasnya melengkung, dan langsung menghadap halaman belakang. Sebuah TV besar tergantung di dinding, dan tanpa banyak berpikir, dia menyalakannya. Ponselnya b

  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Musuh dalam Selimut

    "Iya, Pak. Ini kamar pasiennya," jawab suara perempuan, mungkin perawat yang berjaga. "Kami sudah usir wartawan, dan kami bakal pastikan nggak ada orang luar yang masuk sembarangan." "Bagus," kata suara laki-laki itu. "Anak ini udah cukup menderita. Dia nggak perlu media sok tahu ganggu hidupnya. Yang terpenting adalah dia bisa sembuh dan melanjutkan hidup. Itulah alasan saya ada di sini." Dia berhenti sebentar. "Ini, ambil kartu nama saya. Semua biaya rumah sakit yang nggak ditanggung asuransi, saya yang bayar." "Baik, Pak!" "Oh iya, satu lagi." Suaranya jadi lebih rendah, tapi tetep tegas. "Nggak ada yang boleh ngomong sama dia tanpa seizin saya. Ngerti?" Alina duduk tegak di tempat tidurnya, jantungnya mulai deg-degan. Itu suara yang dia kenal. Suara yang biasa dia dengar di TV atau berita politik. Orang itu… Eric Clapton Wijaya. Direktur Horizon International Academy. Kenapa dia ada di sini? Dia nggak perlu nunggu lama buat dapat jawaban. Pintu kamar

  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Flashback: Setelah Kecelakaan yang Merenggut Nyawa Ibu Alina

    Alina menelan ludah. Tawanya hampir pecah cuma karena mendengar angka itu. "Bajunya bagus, tapi makasih." "Lo gak seru," Tasha mendengus lalu kembali membolak-balik pakaian. Sementara itu, Clarissa dan Tasha terus memilih baju satu per satu, menyerahkannya pada pramuniaga untuk ditaruh di ruang ganti. Setelah sekitar empat puluh lima menit, Tasha akhirnya berkata, "Gue mau coba beberapa baju." "Gue nyusul," sahut Clarissa tanpa mengalihkan pandangan dari rak pakaian. "Jangan mutusin apa pun sebelum gue lihat itu di badan lo." Saat Tasha bergegas pergi, Clarissa melangkah cepat ke arah Alina, membawa gaun ungu yang tadi sempat ia tunjukkan. Alina tahu ada sesuatu yang direncanakan Clarissa. Kepalanya berteriak ingin kabur, tapi nggak ada tempat untuk lari. "Inget ya," desis Clarissa. "Apa?" Clarissa menusukkan jarinya ke dada Alina, senyumnya menghilang. "Lo tuh nggak cocok ada di sini." Alina cuma terkekeh sinis. "Lo yang ngajak gue ke sini, inget? Atau lo udah

  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Dijebak di Sarang Sosialita

    Arion baru aja buka mulut, "Tasha, udah tiga bulan sejak terakhir kali gue ketemu lo—" Tapi sebelum dia bisa lanjut, Tasha buru-buru menjatuhkan ponselnya ke meja. "Ayah! Please deh! Aku kan juga mau shopping!" Arion cuma diam, cahaya emas di matanya meredup. Awalnya, dia emang mau ngobrol sama adik tirinya, tapi jelas-jelas belanja lebih menarik buat Tasha daripada kakaknya sendiri. Pak Remi Mahendra melirik putrinya, alisnya berkerut. "Tapi Arion baru sampai, kan?" "Biarin aja, Yah. Lebih baik Tasha ikut jalan-jalan dengan Clarissa daripada dia sibuk main hp terus," kata Nyonya Mahendra sambil mengusap lengan suaminya. Pak Remi menghela napas pelan. Dengan ekspresi datar Arion mengibaskan tangannya. "Udahlah, biarin aja dia. Aku juga butuh istirahat." Suasana makin canggung. Arion berharap bisa punya waktu bareng keluarganya, tapi yang dia dapet malah ini. Tasha bahkan lebih milih jalan sama Clarissa daripada ngobrol sama kakaknya sendiri. Akhirnya, Pak Remi nge

  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Perkumpulan Keluarga Wijaya dan Mahendra

    "Jangan bikin malu ya, Nak. Kamu tahu sendiri dunia olahraga ini kayak apa. Nggak cukup cuma jadi pemain bagus. Kamu harus jadi yang terbaik! Kita udah usaha keras buat sampai di titik ini, jangan sampai sia-sia. Ayah yakin kamu bisa!" Pak Remi menepuk bahu Arion lagi, kali ini lebih keras. Arion mengangguk kecil, tapi ekspresi kosong masih menghiasi wajahnya. Nyonya Mahendra mengangguk singkat ke arah Arion, tapi tetap berdiri di samping putrinya, yang namanya—dari yang Arion pernah bilang—adalah Tasha Mahendra. Keduanya sama-sama berambut ikal, tapi mata Tasha lebih tajam dan dalam seperti ayahnya, bukan mata bulat lebar seperti ibunya. Tasha kelihatan keren dengan crop top hitam branded, rok mini denim, dan sneakers putih. Sementara Nyonya Mahendra mengenakan setelan celana panjang warna putih yang pas di tubuhnya. Tasha bahkan nggak repot-repot buat menoleh atau sekadar menyapa kakaknya. Pandangannya tetap terkunci di layar ponselnya, jarinya lincah mengetik entah apa.

  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Jadi Tamu Tak Diundang

    Arion: Sayang? Gue nggak bisa nahan dia. Alina mendesah pelan sebelum membalas pesannya. Alina: Gue percaya lo, tapi itu bukan alasan buat lo jadi kursi manusia, kan? Tepat saat itu, suara pilot terdengar lewat interkom. "Kita sudah diizinkan lepas landas, dan penerbangan ini akan memakan waktu sekitar tiga puluh menit. Kita diperkirakan tiba di Bali sekitar pukul dua siang. Jika kalian belum mengenakan sabuk pengaman, mohon segera kenakan sekarang." Alina membuka Spotify di ponselnya, memilih lagu dari playlist-nya, berusaha mengabaikan suara Clarissa yang masih terus mencari perhatian. Matanya mulai terasa berat. Seks bersama Arion tengah malam tadi jelas bukan ide bagus, apalagi mengingat mereka harus jaga jarak selama liburan ini. *** Beberapa waktu kemudian… Air mulai memenuhi mobil. Alina tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Ibunya lemas, tapi belum meninggal… belum. Tapi tetap saja, dia meninggalkannya. Tangisannya tertahan di tenggorokannya, tubuhnya

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status