Share

Tawa Arion Yang Memabukkan

Penulis: Bibiefenimmm
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-26 21:48:42

“Ya, yang tinggi, seksi, gede dan... enak.” jawab Vera dengan tawa kecil di akhir kalimatnya. “Dia lagi di sini. Gue bilang ke dia lo bakal pulang sebentar lagi, tapi gue mulai khawatir. Jadi, lo naik Go-Jek aja, atau... gue tungguin, nih?”

Alina mendengus, berusaha menahan kekesalannya. Dia tidak ingin membuang uang untuk naik Go-Jek, apalagi jarak rumah dari kafe hanya lima belas menit jalan kaki.

“Gue lagi nunggu teman jemput. Gue bakal jalan sebentar sama dia dulu, tapi gue nyusul kok,” katanya mencoba menenangkan Vera.

“Enggak apa-apa,” jawab Vera santai. “Cowok lo gue jagain. Gue pastiin cewek-cewek di sini enggak ngerecokin dia.”

Alina terdiam sejenak, menelan ludah. "Cewek-cewek?" pikirnya, ngeri. “Ada berapa orang di sana?” tanyanya akhirnya.

“Enggak banyak, cuma dua puluhan orang,” jawab Vera santai, suaranya bercampur tawa kecil yang sedikit mengejek. “Udah ya, hati-hati di jalan. Bye!”

Vera menutup telepon begitu saja, tanpa menunggu Alina menjawab.

Alina me
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    "Arion Emang Bajingan"

    Alina mendengar dentuman musik keras yang bikin jantung serasa ikut bergetar. Begitu rumahnya mulai terlihat di kejauhan, dia langsung mendesah. “Ini yang lo sebut ‘pertemuan kecil’?” tanya Arion, melirik ke arahnya sambil menaikkan sebelah alis. Alina ikut menoleh keluar jendela. Pemandangan di depan mereka bikin dia makin pusing: mobil-mobil berjajar di sepanjang jalan. Alina hitung, ada sekitar dua puluhan mobil yang terparkir. Sementara musik EDM yang nggak jelas terdengar menggelegar. "Rumah lo itu yang ada mobil-mobilnya berjejer di jalan masuk dan jalan raya, kan? Sambil muterin musik jelek?" Alina menatap ke bawah, menahan rasa malu. “Ya… Temen serumah gue suka, eh… mabok?” katanya, sedikit ragu. Nada suaranya terdengar seperti sebuah pertanyaan, meskipun dia nggak berniat membuatnya terdengar begitu. Arion langsung menoleh cepat ke arah Alina. Matanya melebar, tapi gerakannya tajam banget sampai membuat Alina sedikit merasa seperti sedang diinterogasi polisi. Ket

  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Mabok Sampai Nabrak 'Dinding'

    Saat Alina masuk ke dalam rumah, suara musik langsung menghantam telinganya lebih keras. Dia sempat bengong melihat suasana di dalam—sekitar sepuluh orang ada di sana, semua kelihatan asyik dengan dunianya masing-masing. "Gila, ini kok satpam komplek nggak ada yang grebek ya?" pikir Alina. Tapi mungkin mereka menyogok, atau tetangga udah pada biasa aja sama party-party gini. Di sudut ruangan, Vera, temannya yang terkenal rada gila kalau lagi mabuk, langsung nyamperin Alina sambil goyang-goyang nggak jelas. Botol minuman keras ada di tangannya. Mukanya udah merah, jelas banget dia lagi nggak sober. "Alinaaa! Lo udah pulang!" Vera berseru dengan nada tinggi sambil merangkul bahu Alina. "Lo telat banget, sumpah! Nih, ayo ikut gue minum. Seru banget!" Alina meringis kecil. "Gue lagi males minum, Ver. Lo tau kan? Besok gue masih harus masuk kerja." Vera cemberut. "Aduh, Na, jangan cupu deh! Ini asik banget, sumpah!" Lalu, dari arah sofa, Loly datang dengan langkah sempoyo

  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Arion, Pria Paling Heroik Sekaligus Paling Menyebalkan 

    "Ah, masih lama. Dua jam lagi..." gumam Alina sambil melirik jam dinding. Dia lagi rebahan mendengarkan musik di tempat tidur. Tapi dia merasa kayak ada yang salah.. "ASTOGE! JAM DELAPAN YA INI! UDAH JAM SEGINI AJA!" Alina langsung panik. Ini jam delapan yang berarti dua jam lagi dia harus sampai sekolah! Tanpa mikir panjang, dia langsung nyambar handuk dan lari ke kamar mandi. Setelah mandi dan pakai baju dengan kilat, Alina berdiri di depan cermin. Dia mengambil liptint merah muda dan maskara tipis, biar kelihatan fresh tapi nggak menor. Ketika sudah puas dengan penampilannya, dia buru-buru mengunci pintu rumah dan cek peta di ponsel untuk lihat rute ke sekolah. "Serius harus jalan sejauh ini? Duh, kenapa gak ada angkot lewat sih disekitar sini?" Dia menghela napas panjang. Sebenarnya satu kilometer bukan masalah. Tapi siang itu panas banget, matahari terik kayak mengajak duel. Bikin dia jadi mikir dua kali buat jalan. “Dua puluh menit ke sekolah, nembus cuaca kayak oven… fix

  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Bertemu Dengan Clarissa Si Ratu Drama

    Mulutnya terbuka lebar. Jalanan itu penuh dengan mobil media, dan para wartawan. Mikrofon dan perekam kamera berjejer siap sedia. Sepertinya berita lokal dan nasional ada di sini. Alina mendadak gugup. Dia kembali menatap sobekan di celananya yang lebih besar dari perkiraannya, dan dengan cepat meraih jaket dari tangan Arion, membungkus pahanya agar lebih tertutup. “Terima kasih… aku tidak akan pernah hidup tenang kalau kamu tidak ada disini.” Direktur Eric sudah berdiri di teras kantor sekolah, dan Alina melihat dia bersanding dengan istri dan putrinya. Mereka tersenyum dan melambaikan tangan ke kamera. Saat Arion menggandeng tangan Alina dan mulai menaiki tangga, direktur Eric menyambut dengan ramah. Salah satu wartawan menoleh ke arah mereka berdua, kemudian mengikuti langkah mereka hingga ke tangga untuk bergabung dengan direktur dan keluarganya. "Apakah Anda adalah Alina Sari Mentari? Gadis penuh keberuntungan yang masuk ke Horizon International Academy secara eksklusi

  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Tuduhan Clarissa dan Murid Beasiswa Tampan

    Alina tersentak, merasa bingung dan sedikit terluka. "Apa maksudmu? Apa yang ayahmu lakukan?" Arion menatapnya sejenak, lalu mengalihkan pandangannya. "Ya ampun, Alina, jangan terlalu memikirkannya," Clarissa memutar bola matanya dengan angkuh. "Dan, tolong... jangan ganggu Arion-ku lagi." Arion mendesah, memandang Clarissa frustrasi. "Aku benci panggilan itu, Clarissa. Setiap kali kau menyebutnya, telingaku rasanya sakit! Semua ini hanya akting demi menyenangkan ayah kita!" Clarissa hanya mendengus. "Kau pergilah dulu ke kantor. Aku perlu berbicara empat mata dengan gadis ini." Alina penasaran dan sedikit khawatir, apa yang akan dikatakan Clarissa? Apa yang membuat gadis ini begitu geram padanya? Clarissa menghentak-hentakkan kakinya ke tanah, tapi entah bagaimana, dia tetap bisa menjaga penampilannya. Kuku panjang berwarna pink tua miliknya menusuk-nusuk dada Alina. "Aku tidak tahu apa tujuan akhirmu," katanya dingin, "Tapi jangan pikir kau bisa bermain-main dengan ayahku.

  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Pertikaian Arion dan Darren

    "Namaku Darren. Dan kamu... Alina, kan?” Alina mengangguk, merasa sedikit lebih nyaman. “Ya. Terima kasih sekali lagi, Darren.” Sesaat kemudian, mereka sudah keluar dari sana dan menenteng kantung buku. Keduanya tidak berbicara sambil melanjutkan perjalanan. Darren sesekali memeriksa daftar yang ada di pintu-pintu kelas. Tak lama bel berbunyi. "Hei, ternyata kelasmu disini." lengan Alina ditarik tiba-tiba oleh Darren dan mereka sudah berada di ruang kelas. Clarissa, Arion dan beberapa pria lain berdiri di depannya. Dua lelaki lainnya memiliki rahang dan otot yang kuat. Ketiganya bisa saja merupakan maskot dari brosur sekolah. Tapi saat Arion memusatkan perhatian pada Alina, jantungnya berdetak kencang. "Setidaknya dua murid pindahan sudah berkenalan," kata Arion, rahangnya yang tegang membuat wajahnya yang terpahat semakin kasar. Dari tiga pria di sekitarnya, dialah yang paling tampan sejauh ini. "Ya, kami bertemu dan mengetahui bahwa kami berdua membutuhkan buku untuk

  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Kebaikan Alina Menolong Kakek Tua

    "Terima kasih, Nak. Mata ini sudah tak sejelas dulu... rasanya sulit mengurus semuanya sendirian.” Ia berhenti sejenak, tangannya gemetar saat mencoba menyeimbangkan dokumen di pangkuannya. “Sepertinya tangan tua ini sudah tidak sanggup lagi.” Alina menatapnya dengan lembut. Alina biasa memanggilnya Pak Hadi. Ia duduk di sebelahnya sambil mengambil dokumen dari tangannya. “Biar saya yang pegang, Pak Hadi. Anda tidak perlu khawatir, saya akan bantu.” Pak Hadi menatap Alina dengan penuh terima kasih. “Kamu selalu baik, Nak. Padahal kita nggak ada hubungan apa-apa... namun kamu seperti cucu sendiri.” Alina tersenyum kecil, menatap kakek itu dengan mata penuh kasih. “Pak Hadi, Anda nggak perlu mengatakan itu. Saya senang bisa membantu.” “Bagaimana kabar Anda hari ini?” “Sejujurnya, tidak terlalu baik,” kata Pak Hadi dengan suara pelan. “Setiap kali saya menjalani perawatan, rasanya semakin berat. Kadang, saya merasa sendirian di sini.” Alina menatapnya dengan empati. “Saya m

  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Terjebak Perjodohan Tak Terduga

    Semua orang di ruangan itu terdiam. Arion berkedip terkejut, sementara Alina terperangah. Tidak percaya apa yang baru saja mereka dengar. Arion bersikeras, “Kakek, aku tidak mau! Kita bisa melawan ini! Jangan berpikir tentang menikah, ya. Kita akan melalui semua ini bersama.” Pak Hadi bangkit cepat dari tidurnya. “Kenapa tidak??!!” “Kau dan Alina memiliki ikatan yang kuat... Aku melihat cara kalian saling memperhatikan. Aku ingin melihat cucuku menikah sebelum aku pergi. Ini adalah harapanku.” Arion dan Alina terperangah, saling menatap dengan mata lebar. “Apa?! Kakek, itu tidak—” Arion terputus, berusaha mencerna kata-kata kakeknya. “Cukup!” “Jika kamu mencintai Alina, maka tunjukkan. Menikahlah! Lakukanlah untukku. Aku ingin pergi dengan tenang, tahu bahwa cucuku akan bahagia..” Saat mengatakan itu mata kakek berapi-api. Alina merasa “Pak Hadi,” kata Alina perlahan, “aku... aku tidak tahu apa yang akan terjadi. Ini semua terlalu cepat.” “Aku tidak memintamu untuk

Bab terbaru

  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Mabok Sampai Nabrak 'Dinding'

    Saat Alina masuk ke dalam rumah, suara musik langsung menghantam telinganya lebih keras. Dia sempat bengong melihat suasana di dalam—sekitar sepuluh orang ada di sana, semua kelihatan asyik dengan dunianya masing-masing. "Gila, ini kok satpam komplek nggak ada yang grebek ya?" pikir Alina. Tapi mungkin mereka menyogok, atau tetangga udah pada biasa aja sama party-party gini. Di sudut ruangan, Vera, temannya yang terkenal rada gila kalau lagi mabuk, langsung nyamperin Alina sambil goyang-goyang nggak jelas. Botol minuman keras ada di tangannya. Mukanya udah merah, jelas banget dia lagi nggak sober. "Alinaaa! Lo udah pulang!" Vera berseru dengan nada tinggi sambil merangkul bahu Alina. "Lo telat banget, sumpah! Nih, ayo ikut gue minum. Seru banget!" Alina meringis kecil. "Gue lagi males minum, Ver. Lo tau kan? Besok gue masih harus masuk kerja." Vera cemberut. "Aduh, Na, jangan cupu deh! Ini asik banget, sumpah!" Lalu, dari arah sofa, Loly datang dengan langkah sempoyo

  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    "Arion Emang Bajingan"

    Alina mendengar dentuman musik keras yang bikin jantung serasa ikut bergetar. Begitu rumahnya mulai terlihat di kejauhan, dia langsung mendesah. “Ini yang lo sebut ‘pertemuan kecil’?” tanya Arion, melirik ke arahnya sambil menaikkan sebelah alis. Alina ikut menoleh keluar jendela. Pemandangan di depan mereka bikin dia makin pusing: mobil-mobil berjajar di sepanjang jalan. Alina hitung, ada sekitar dua puluhan mobil yang terparkir. Sementara musik EDM yang nggak jelas terdengar menggelegar. "Rumah lo itu yang ada mobil-mobilnya berjejer di jalan masuk dan jalan raya, kan? Sambil muterin musik jelek?" Alina menatap ke bawah, menahan rasa malu. “Ya… Temen serumah gue suka, eh… mabok?” katanya, sedikit ragu. Nada suaranya terdengar seperti sebuah pertanyaan, meskipun dia nggak berniat membuatnya terdengar begitu. Arion langsung menoleh cepat ke arah Alina. Matanya melebar, tapi gerakannya tajam banget sampai membuat Alina sedikit merasa seperti sedang diinterogasi polisi. Ket

  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Tawa Arion Yang Memabukkan

    “Ya, yang tinggi, seksi, gede dan... enak.” jawab Vera dengan tawa kecil di akhir kalimatnya. “Dia lagi di sini. Gue bilang ke dia lo bakal pulang sebentar lagi, tapi gue mulai khawatir. Jadi, lo naik Go-Jek aja, atau... gue tungguin, nih?” Alina mendengus, berusaha menahan kekesalannya. Dia tidak ingin membuang uang untuk naik Go-Jek, apalagi jarak rumah dari kafe hanya lima belas menit jalan kaki. “Gue lagi nunggu teman jemput. Gue bakal jalan sebentar sama dia dulu, tapi gue nyusul kok,” katanya mencoba menenangkan Vera. “Enggak apa-apa,” jawab Vera santai. “Cowok lo gue jagain. Gue pastiin cewek-cewek di sini enggak ngerecokin dia.” Alina terdiam sejenak, menelan ludah. "Cewek-cewek?" pikirnya, ngeri. “Ada berapa orang di sana?” tanyanya akhirnya. “Enggak banyak, cuma dua puluhan orang,” jawab Vera santai, suaranya bercampur tawa kecil yang sedikit mengejek. “Udah ya, hati-hati di jalan. Bye!” Vera menutup telepon begitu saja, tanpa menunggu Alina menjawab. Alina me

  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Kenangan dan Pelukan Hangat

    Tentu saja. Malam ini, dari semua malam, Arion ada di sini. Ketika Alina menjadi pelayan untuk pertama kalinya dengan seorang pelanggan yang mencoba menyuapnya untuk melepas bajunya. Benar-benar apes. Tapi kali ini, dia agak lega Arion ada di sana. Wajah cowok tadi langsung kesal. “Bukan urusan lo, bro. Sana cari meja lain.” Arion berjalan diapit oleh Luther dan Valerian. Sambil menarik napas dalam-dalam, Alina menoleh pada Arion. Dia bahkan lebih spektakuler dari biasanya, dan Alina hampir tidak mengenalinya dengan celana jeans dan kemeja polo putih kasual. Arion mengenakan topi bisbol Atlanta Braves dengan poninya yang menjuntai menutupi matanya. Rambutnya tampak basah dan aroma kayu cedar-lavender yang bersih dan bersabun itu kembali menusuk hidung Alina. Dia pasti baru saja mandi. “Jadi, kalian mau pesan apa?” Valerian mengusap perutnya sambil menyeringai ke arah Alina. “Gue mau burger medium rare, kentang goreng double, chicken wings, sama milkshake cokelat. Oh,

  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Pelecehan di Tempat Kerja

    "Kenapa kamu malah bekerja? Bukannya aku sudah kasih kamu kartu platinum?" “Aku nggak pakai kartu itu.” Alina mengigit bibirnya dan menegang, sementara Arion tampak kecewa. Dia menyipitkan matanya. “Dimana kau bekerja? dan kenapa nggak kau pakai fasilitas yang sudah kuberikan? Kartu itu aku buatkan khusus untukmu.” Arion berhenti sejenak, wajahnya hanya beberapa senti dari wajah Alina. Kemudian ia berbisik, “Kalau kakek tahu... Ah, tidak. Bahkan ayah juga. Kalau dia tahu kamu bekerja. Apalagi sampai terjadi sesuatu yang aneh-aneh di tempat kerjamu, ayahku bisa membunuhku karena tidak mengawasimu. Jadi kalau kau nggak mau bikin aku mati, berhenti keras kepala dan pakai kartu itu.” Alina menggigit bibir. “Hmm... Sebenarnya... Clarissa... Dia merusaknya.” "Clarissa?" Arion mengerutkan dahi dan tatapannya berubah tajam. “Apa yang sudah dia lakukan padamu?” Rahang Arion mengeras dan Alina kehilangan kata-kata. Ia tidak mungkin memberitahu Arion. Namun, seakan dibicarakan langsu

  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Arion dan Alina : Sekolah Tapi Menikah

    “Oh, ya,” jawab Alina dengan datar. “Dia memang cowok baik.” Ines mencondongkan tubuh, matanya berbinar penuh rasa ingin tahu. “Kamu kenal Darren?” “Hmm, ya,” jawab Alina sambil merapikan kotak P3K-nya. “Kemarin dia bantu aku mencari toko buku. Kebetulan kami juga sempat ngobrol di danau.” Ines tampak kecewa, tapi berusaha menyembunyikannya dengan senyuman. “Oh, begitu. Yah, kalau kamu butuh saran tentang tim sepak bola, aku tahu semuanya. Ayahku selalu bicara tentang mereka seolah-olah mereka anak-anaknya sendiri.” Alina mengangguk pelan. “Mungkin aku akan butuh bantuanmu nanti.” Ines melirik ponselnya. “Mereka memang menyebalkan, tapi paling nggak mereka enak dilihat.” Profesor Gracia bertepuk tangan, menarik perhatian semua orang. “Baiklah, cukup untuk hari ini. Jangan lupa mempersiapkan diri untuk proyek kalian. Mulai biasakan dengan semua dasar-dasar yang diperlukan di kelas berikutnya.” Alina segera membereskan barang-barangnya. Para siswa dengan cepat bersiap u

  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Bertemu Anak Pelatih

    "Ah, hampir lupa," kata Kakek sambil tersenyum penuh semangat. "Aku sudah minta staf menyiapkan kamar untuk kalian berdua. Malam ini, kalian bisa istirahat disini." "K-Kamar untuk kami berdua, Kek?" tanyanya. "Tentu saja," jawab Kakek tanpa ragu. "Kalian kan sudah menikah. Tidak ada alasan untuk tidur terpisah. Aku ingin kalian merasa nyaman di sini." Sebelum Alina sempat protes, Arion sudah memegang lengannya lembut, menggiringnya keluar dari ruang makan. "Ayo, Alina," katanya dengan suara yang terdengar terlalu riang. "Tidak sopan menolak keputusan Kakek." Alina hanya bisa mengikuti, menjaga jarak dari Arion di sepanjang lorong gedung besar itu. Hujan lebat terus melanda, tidak mungkin juga Alina pulang dengan cuaca seperti ini. Ia memandangi jendela kamar. Suara petir di luar hanya menambah suasana hatinya yang sudah buruk sejak makan malam tadi. 'Bagus.. Ranjangnya hanya satu.' Kenyataan ini membuat Alina nyaris kehilangan kendali. Ini permainan lain dari Arion u

  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Disuruh Bikin Anak?

    Seorang pelayan menghampiri meja mereka dengan senyum cerah. "Saya Adrian, saya akan melayani Anda malam ini." Matanya melirik sekeliling meja, lalu tertuju pada Alina. “Dan Anda pasti pria paling beruntung bisa makan malam dengan wanita cantik ini,” ujarnya. Wajah Alina memerah, tapi dia tidak bisa menahan senyum. Sementara itu, Arion terlihat kesal. Dia menahan pandangannya dari pelayan yang kini tengah pergi setelah menerima pesanan minuman mereka. Setelah beberapa saat, Arion menyesap airnya, lalu mencondongkan tubuh ke meja. “Bagaimana menurutmu tentang pemandangan disini?” “Bagus sekali. Aku senang mereka memberi kita meja yang begitu indah.” Alina tersenyum, matanya menyusuri pemandangan kota. Arion memandangi Alina dengan tatapan serius, seolah ingin memastikan bahwa dia mendengarkan apa yang sedang dia katakan. “Kamu tahu nggak? Gedung setinggi ini dibangun untuk bergoyang tertiup angin. Terkadang, jika kamu memejamkan mata, kamu bisa merasakannya bergerak di bawa

  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Pertama Kali Naik Helikopter

    Mereka sampai di helipad pribadi. Angin dari baling-baling helikopter mulai terasa meski belum menyala penuh. Kakek Hadi berdiri di dekat pagar pembatas, mengenakan jas ringan, sementara Alina dan Arion baru tiba. Alina membawa kantung kecil, berlari kecil menghampiri kakek, sementara Arion berjalan dengan santai di belakangnya. "Kakek! Wah, kakek terlihat luar biasa hari ini! Aku bahkan hampir tidak mengenali kakek!" Tanpa ragu, Alina memeluk kakek dengan erat, matanya berkaca-kaca melihat kondisi kakek yang jauh lebih baik. Kakek tertawa kecil. "Alina, anak baikku. Lihat aku sekarang. Aku tidak butuh tongkat lagi, bahkan siap naik helikopter. Semua ini karena kamu!" Alina melepas pelukan, mata berbinarnya memandang kakek. "Kek, saya senang sekali. Kesehatan kakek benar-benar membaik. Saya sampai tidak percaya melihatnya!" "Sudah kubilang, kan, Alina? Kakek jadi luar biasa setelah pernikahan kita. Tapi aku juga nggak menyangka sampai secepat ini." "Arion, jangan mere

DMCA.com Protection Status