Share

Ciuman Maut Di Kasur Alina

Penulis: Bibiefenimmm
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-28 20:05:00
Alina berusaha menahan tawa gugupnya. Dia cuma berharap Arion nggak dengar suara jantungnya yang berdebar kencang kayak drum dipukul habis-habisan. Rasanya sampai ke tenggorokan.

Arion menjatuhkan tangannya, sementara rahangnya mengeras. “Ini gak lucu.”

Dia berjalan mendekat, dahinya berkerut. "Kalau ada orang masuk pas lo tidur atau mandi, gimana?!"

"Aman kok. Gue ganjel pintu pake kursi, udah gitu aja. Simple, kan?" Alina tersenyum kecil, mencoba meredakan suasana, tapi jelas gagal.

"Ganjel pintu? Itu nggak jamin apa-apa! Terus kalau lo ganti baju? Di mana? Di kamar mandi? Atau lo nggak peduli kalau ada yang intip?"

"Gue selalu bawa baju ke kamar mandi kok. Nggak ada yang bisa lihat apa-apa. Lagi pula, siapa juga yang mau repot-repot masuk sini?"

Arion hanya diam, berjalan ke arah pintu dan menekannya dengan satu tangan, menunjukkan bagaimana pintu itu bisa terbuka dengan mudah.

Akhirnya, Arion membuka mulutnya, "Pintu lo nggak ada kuncinya. Lo tinggal sama orang yang
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Arion dan Alina Ketahuan

    "Lo ada di sana kan? Lo nggak apa-apa?" Itu suara Darren. Alina langsung panik. Sementara Darren semakin mendekat, Arion masih menahannya di tempat tidur, posisinya masih terlalu dekat. Alina mencoba menarik kakinya dari kasur dan mendorong Arion menjauh, tapi cengkeramannya sangat kencang seperti lem. "Tolong, lepasin gue," bisik Alina, setengah memohon. Ia nggak bisa membayangkan apa yang Darren pikirkan kalau melihat mereka begini. Arion hanya menyeringai sebelum perlahan melepaskannya dan bangkit sambil meraih ponselnya. "Oh," Darren berhenti di ambang pintu, kaget. "Gue… nggak tahu…" Matanya bergerak antara Alina dan Arion dengan ekspresi syok, wajahnya pucat pasi. Dengan gugup, Alina merapikan rambutnya, lalu menyadari rambutnya yang masih basah tampak sedikit berantakan. Juga ada tonjolan di celana Arion. Tidak diragukan lagi apa yang telah mereka berdua lakukan. Kalau itu belum cukup mencurigakan, Alina melirik ke arah Arion—bibir cowok itu bengkak. Itu berarti… b

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-28
  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Jatuh Cinta Yang Berbahaya

    Vera, minum seteguk air sambil mikir. "Oh, yang tinggi, kulit putih, muka kayak campuran Korea sama bule? Itu Arion, kan?" Alina cuma diam, nggak kaget. Dia sudah tahu betapa populernya Arion, tapi dia selalu berusaha nggak terlalu memikirkannya. "Gue pernah ketemu sekali di salah satu clubbing. Anak itu emang terkenal, kan sering nongol di TV. Lo nggak tahu?" Loly langsung ngakak. "Oh. Pantes aja semalem dia berasa kayak Raja Party. Ternyata dia Raja TV juga." "Iya. Waktu itu dia dateng sama beberapa temennya... Gue juga pernah nemuin tuh anak main futsal di salah satu acara olahraga kampus gue. Aura dia tuh beda, kayak... lo tahu lah, anak yang selalu dapet spotlight." Vera menjelaskan sambil menyender di meja dapur. Alina cuma ngaduk mi di panci, pura-pura sibuk, tapi sebenarnya lagi mikir keras. "Dia nggak ngatur party kalian sembarangan, kok. Dia cuma khawatir sama gue," katanya pelan. Vera dan Loly langsung melirik dia bersamaan, mata mereka penuh rasa ingin tahu.

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-29
  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku     Perhatian Arion

    Sentuhannya lembut, tapi juga bikin perutnya jungkir balik. Alina nggak sadar mengikuti alurnya, lupa sama segala protes yang tadi dia pikirkan. Tiba-tiba suara dari dalam rumah membuyarkan momen itu. "Siapa tuh?" suara Loly terdengar dari dalam, bikin Alina langsung menjaga jarak. Arion bergurau, kelihatan agak kesal. "Mereka suka banget gangguin orang, ya?" katanya sambil ketawa pelan. Alina nggak bisa nahan senyum kecil juga. Dia buka pintu lebih lebar, menyuruh Arion masuk. "Ini Arion." Begitu mereka masuk, Loly sudah berdiri di ruang tamu. Dia baru selesai mandi, rambutnya basah, dan handuk kecil masih nempel di lehernya. Dia melirik ke arah Arion, terus ke arah Alina, lalu pasang senyum penuh arti. Alina langsung tahu ini bakal panjang. Saat Alina dan Arion masuk, Loly langsung melepas waslap basah yang masih nempel di lehernya dan mulai nyisir rambut dengan jari-jarinya. Dia nyengir, mungkin berusaha kelihatan normal, padahal dia keliatan basah kuyup dan pucat gara-ga

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-30
  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Gendong Paksa Kejadian Lagi

    Ketika dia lewat, Alina melemparkan makanan ke mereka dan bilang, "Kalian berdua tuh rakus. Dan tiap akhir pekan lo berdua bangun, pasti lagi hangover, Sabtu Minggu. Gitu aja terus-terusan. Gak ada yang belajar dari pengalaman. Emang gak kapok-kapok lu pada." "Lo kok masih bisa sadar gini sih, Na? Padahal lo ikut minum juga semalam." Vera buka bungkus burger dan menggigitnya. Alina hampir nggak bisa menahan tawa. Kalau mereka tau apa yang Alina lakukan semalam, mereka nggak bakal mau Alina ambil minuman lagi. "Gue sih cuma minum satu, mungkin toleransi gue lebih tinggi daripada kalian berdua." Arion menoleh sejenak sebelum masuk ke dapur, Alina menghampirinya, malas dengar dua cewek itu lanjut mengeluh. Arion menaruh unit AC di depan kompor dan mengeluarkan peralatan buat baut pengaman sambil berbisik, "Lo nggak minum apa-apa semalem. Gue nggak ngerasain sama sekali dari bibir lo..." Arion mendekat dan mengedipkan matanya. Alina kaget otomatis tubuhnya menghangat karena inga

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-30
  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Darren : Teman Atau Lebih Dari Itu

    Alina ingin tahu apa mau Arion, tapi ya sudahlah, Alina harus kerja. "Oke." akhirnya dia menyerah, setidaknya harga dirinya masih aman. Sepanjang perjalanan ke kafe, suasananya sunyi. Seperti ada dinding tak kasatmata di antara mereka. Ketika mobilnya berhenti, Arion langsung bertanya, "Jam berapa lo pulang?" Awalnya Alina malas jawab, tapi feeling-nya bilang kalau dia nggak kasih tahu, Arion bakal nongkrong depan kafe sampai Alina selesai. Dan itu nggak akan terjadi. "Sekitar jam yang sama kayak tadi malem." "Oke," jawab Arion. "Gue bakal datang lebih awal. Buat jaga-jaga." Arion nggak lihat ke Alina, cuma fokus ke kaca depan, kayak menyetir itu tugas negara. "Ya, makasih," jawab Alina pendek. Dia keluar dari mobilnya, membanting pintu dengan keras, lalu jalan masuk ke kafe tanpa lihat ke belakang. Untung kafe sudah ramai. Alina menaruh barang-barangnya, ambil buku catatan sama pena, dan bekerja. Alina nggak tahu apa yang Arion rencanakan, tapi kelihatannya dia harus

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-30
  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Diturunin Arion Di Tengah Jalan

    Pikiran Alina langsung berantakan... 'Duh, kayanya gue bikin dia salah paham.' Alina berharap dia nggak membuat cowok itu berpikir dia bakal mencium cowok mana pun yang mengantar dirinya pulang. Alina buru-buru menarik diri dari pelukannya, mencoba mengalihkan pikiran, sambil mengingatkan dirinya bahwa Darren tetaplah teman baiknya. Dengan cepat, Alina berdiri tegak dan memberikan senyum kecil sebelum membuka pintu mobil, berharap suasana canggung itu cepat berlalu. "Malam, Ren." Dia buru-buru turun dan nggak lupa buat melambaikan tangannya lalu lari masuk ke rumah. *** Mimpi buruk itu lagi-lagi menghantui Alina. Dia terbangun sambil menangis. Entah gimana, alarmnya nggak bunyi, dan sekarang dia kesiangan pergi ke sekolah. Cuaca Jakarta yang lagi panas banget makin bikin mood Alina berantakan. Alina buru-buru pake seragam HIA – rok tartan biru, kemeja putih dan dasi biru polos – lalu menyambar ranselnya. Begitu buka pintu, dia terkaget. Mobil Arion sudah parkir di depan

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-01
  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Ines Naksir Darren

    Saat hampir sampai gerbang sekolah, tiba-tiba ada mobil yang melaju kencang dari belakang. Begitu mobil itu menyerempet, Alina langsung kaget, dan terdengar suara Clarissa yang teriak dari dalam mobil. "Eh cewek miskin sialan! Hati-hati dong kalo jalan!" teriak Clarissa sambil ketawa. Alina panik, berusaha menghindar, tapi karena terlalu dekat, dia malah terjatuh ke trotoar. Lututnya berdarah sedikit, sakit banget. Untungnya, Ines yang kebetulan lewat dengan mobilnya langsung turun dan buru-buru bantu Alina. "Alina, lo nggak apa-apa kan?" tanya Ines khawatir sambil membantunya berdiri. Alina cuma bisa geleng-geleng kepala sambil menahan sakit, "Gue fine, cuma agak sakit aja. Nggak nyangka bakal ketabrak gitu." Ines langsung melirik ke arah mobil Clarissa yang sudah jauh, "Itu Clarissa ya? Dasar cewek psikopat! Emang nggak ada otaknya tuh orang!" "Udah lah, Ines. Lo nggak perlu peduliin dia. Yang penting gue aman," jawabnya, sambil membersihkan roknya dari kotoran. "Eh, t

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-02
  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Kelas Kimia With Arion dkk

    "Lo kenapa?" tanya Ines sambil ngeliatin Alina yang kayaknya mulai ketar-ketir. "Kok diem aja?" Alina buru-buru jawab, "Gak ada apa-apa kok, Ines. Lo denger gosip itu dari siapa?" Ines tertawa. "Dari temen-temen gue. Dan gue rasa Clarissa mungkin cemburu sama lo. Lihat aja, setelah putus dia juga masih ngedeketin Arion, kan? Direktur Eric sama Pak Remi, ayahnya Arion, mereka itu sahabatan. Jadi nggak heran kalau Clarissa selalu ada deket Arion." Alina terdiam, matanya mulai terbuka lebar. Masa dia nggak peka selama ini? Arion deket sama Clarissa pasti karena ortu mereka. "Jadi... menurut lo, Arion pacaran sama Clarissa karena dijodohin bokapnya?" Ines angguk pelan. "Bisa jadi. Gue nggak heran sih kalau Clarissa ada niat di balik itu. Mereka berdua kan dari keluarga yang powerful, jadi pasti punya kepentingan. Jadi, lo hati-hati aja, ya." Alina menarik napas dalam-dalam. “Oke, Ines. Makasih ya infonya. Gue juga nggak terlalu peduli sama mereka." Bohong. Alina deg-degan

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-02

Bab terbaru

  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Alina Adalah Pilihan yang Tak Direstui

    BRAKK! Pintu kamar terbuka dengan kasar. Arion tetap bersikap santai, sementara Alina tersentak kaget. Jantungnya berdebar kencang, dan ia refleks beringsut menjauh, tapi pegangan Arion di pinggangnya terlalu erat. "Apa-apaan ini, Arion? Kenapa ada dia di kamarmu?" suara Pak Remi terdengar tajam, sorot matanya penuh tekanan. Arion melirik sekilas ke arah ayahnya sebelum menunjuk ke layar TV yang masih menampilkan adegan bersambung. "Aku cuma nonton sama dia. Itu aja. Kalau nggak keberatan, kita mau lanjut," jawabnya santai. Pak Remi semakin kesal, rahangnya mengeras. "Kamu mau bikin masalah apalagi? Clarissa nangis tadi, dia sampai telepon Eric sambil sesenggukan!" Arion menghela napas panjang, lalu meraih remote untuk mematikan TV. "Aku nggak pernah nyuruh dia ngurusin hidupku yah, jadi aku nggak ngerti kenapa ayah malah nyalahin aku." Alina menahan napas. Cara Arion menanggapi ayahnya begitu cuek, seolah ini bukan masalah besar. Padahal, Pak Remi jelas-jelas tida

  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Arion & Alina: Cinta dalam Sembunyi

    Alina menegang. Dia bisa merasakan suasana di ruangan ini berubah drastis—udara jadi lebih berat, dan tatapan Arion menggelap, penuh amarah. "Mulut lo itu," Arion mendekat selangkah, bahunya menegang. "Mau gue bikin diem?" Pria itu hanya menyeringai kecil, ekspresinya sama sekali nggak terpengaruh oleh nada tajam yang keluar dari mulut Arion. "Santai aja kali. Lagian Alina juga kayaknya seneng gue disini... By the way, kok lo balik sama Alina?" "Tch," Arion mendecakkan lidahnya, melepaskan genggaman tangannya dari Alina. "Suka-suka gue mau bawa dia kemana aja." Daniel menyipitkan mata, senyumnya tipis tapi penuh arti. "Kenapa lo bawa dia ke sini?" Dia melipat tangan di dada, menatap Arion dengan penuh minat. "Bukannya dia tinggal bareng Clarissa di villa Direktur Eric?" Alina menahan napas, berharap bisa menghilang saat itu juga. Arion melipat tangan di dada, wajahnya tanpa ekspresi. "Emangnya nggak boleh?" Daniel terkekeh, mengangkat bahu santai. "Boleh-boleh aj

  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Pertama Kali Masuk ke Vila Mertua

    Saat Arion menarik dirinya dari Alina, dia hanya melemparkan pandangan tajam ke Clarissa. "Ini cuma awal, Clar. Jangan ganggu hidup kami lagi." Alina, masih terengah-engah, menatap Arion—antara cemas dan bingung, belum sepenuhnya siap untuk apa yang baru saja terjadi. Tapi satu hal yang jelas, dia tahu ini bukanlah akhir dari cerita mereka. Clarissa tertawa sinis, matanya berkilat penuh amarah. "Gila. Ini semua nggak beneran kan?" "Gue nggak peduli apa yang lo pikirin." Arion menghela napas sambil menutup ritsleting koper Alina dengan gerakan cepat, lalu menarik koper itu dan menggulirkannya ke arah pintu. Clarissa masih berdiri di sana, menghalangi jalan. "Apa yang lo pikir lo lakuin?!" "Dia datang ke sini sama gue," lanjut Clarissa, nadanya penuh klaim kepemilikan. Arion menyeringai sinis. "Oh, iya? Kedengerannya lebih kayak lo bawa dia ke sini buat jadi samsak tinju lo." Dia melipat tangan di dada, menatap Clarissa dengan penuh penghinaan. "Dia bakal lebih aman d

  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Pernikahan Rahasia yang Harus Clarissa Percaya

    “Jangan bandingin Alina sama nyokap gue.” Arion mendengus, ekspresinya penuh rasa muak. “Lo nggak tahu apa-apa tentang dia, jadi stop ngomong asal.” Alina meletakkan tangannya di punggung Arion, berusaha menenangkannya. Tapi tubuh Arion justru makin tegang, jelas dia sedang berusaha menahan amarahnya. Clarissa melipat tangan dan memutar matanya. “Ya ampun, lo bisa yakin dari mana? Gara-gara dia pura-pura kena serangan panik di pesawat? Jangan bego, deh. Itu cuma otak bawah lo yang ngomong. Atau lebih tepatnya, kelamin lo.” Ruangan langsung terasa lebih sunyi. Napas Arion terdengar berat, dan Alina merasa seperti ada sesuatu yang akan meledak kapan saja. "Lo tahu nggak sih kalau Alina tiap hari jalan kaki ke sekolah?" "Terus kenapa?" Clarissa menatap malas sambil menghentakkan kakinya. "Lo juga tahu nggak kalau dia pulang kerja malem-malem, sendirian, pas keadaan udah nggak aman?" Clarissa mengangkat bahu santai. "Tapi nyatanya dia baik-baik aja, kan?" "Terus k

  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Pengakuan Arion

    Loly ketawa di ujung telepon. “Gue ngerti lo pengen banget sampai dia... you know, keluar di dalem. Tapi please, jangan lakuin itu—” “Apa sih? Nggak bakal lah,” Alina memotong cepat sebelum menutup telepon. Dia mendengus. Hamil di saat hidupnya masih berantakan? Itu hal terakhir yang Alina butuhkan. Dan dia juga nggak bakal pernah ngelakuin itu sama Arion. Rasa penasaran menggelitik dirinya saat dia berjalan cepat ke pintu belakang. Begitu dibuka, seorang cowok berdiri di ambang pintu, posturnya memenuhi kusen pintu. Celana jins dan kemeja polo warna sage yang dia pakai begitu pas di badannya. Mata cokelatnya berkilat jahil. “Hei. Lo pasti kangen sama gue.” Alina mendengus, melipat tangan di dada. “Gue kira lo tukang service mesin cuci.” Arion terkekeh pendek sebelum menariknya dalam ciuman. Alina nggak ragu buat membalas. Tangannya mencengkeram kerah bajunya, menariknya lebih dekat. Lidah mereka beradu, napas saling berburu. Arion menggeram rendah, memeluknya erat

  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Loly : Jaga Arion Sebelum Kehilangan

    Dengan langkah cepat, Alina keluar dari toko dan berdiri di luar. Udara segar sedikit membantunya bernapas lebih lega. Rasa sepi tiba-tiba menyerangnya. Dia rela ngelakuin apa aja buat bisa menelepon orang tuanya. Untuk sekadar denger suara mereka lagi. Tapi sayangnya itu cuma angan-angan. Nggak ada yang bakal nyariin dia lagi. *** Beberapa jam kemudian, Alina menemukan sedikit penghiburan di kamar sementaranya... kalau bisa dibilang begitu. Kamar itu gede banget, dua kali lipat ukuran ruang tamu rumah yang pernah dia tinggali sama orang tuanya dulu. Dia rebahan di atas tempat tidur king-size dengan headboard berbulu warna krem, matanya menatap kosong ke dinding putih pucat. Bahkan seprai di kasur itu putih dan krem, seakan-akan orang yang mendekorasi ruangan ini benci warna-warna cerah. Tapi jendelanya rapi, bagian atasnya melengkung, dan langsung menghadap halaman belakang. Sebuah TV besar tergantung di dinding, dan tanpa banyak berpikir, dia menyalakannya. Ponselnya b

  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Musuh dalam Selimut

    "Iya, Pak. Ini kamar pasiennya," jawab suara perempuan, mungkin perawat yang berjaga. "Kami sudah usir wartawan, dan kami bakal pastikan nggak ada orang luar yang masuk sembarangan." "Bagus," kata suara laki-laki itu. "Anak ini udah cukup menderita. Dia nggak perlu media sok tahu ganggu hidupnya. Yang terpenting adalah dia bisa sembuh dan melanjutkan hidup. Itulah alasan saya ada di sini." Dia berhenti sebentar. "Ini, ambil kartu nama saya. Semua biaya rumah sakit yang nggak ditanggung asuransi, saya yang bayar." "Baik, Pak!" "Oh iya, satu lagi." Suaranya jadi lebih rendah, tapi tetep tegas. "Nggak ada yang boleh ngomong sama dia tanpa seizin saya. Ngerti?" Alina duduk tegak di tempat tidurnya, jantungnya mulai deg-degan. Itu suara yang dia kenal. Suara yang biasa dia dengar di TV atau berita politik. Orang itu… Eric Clapton Wijaya. Direktur Horizon International Academy. Kenapa dia ada di sini? Dia nggak perlu nunggu lama buat dapat jawaban. Pintu kamar

  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Flashback: Setelah Kecelakaan yang Merenggut Nyawa Ibu Alina

    Alina menelan ludah. Tawanya hampir pecah cuma karena mendengar angka itu. "Bajunya bagus, tapi makasih." "Lo gak seru," Tasha mendengus lalu kembali membolak-balik pakaian. Sementara itu, Clarissa dan Tasha terus memilih baju satu per satu, menyerahkannya pada pramuniaga untuk ditaruh di ruang ganti. Setelah sekitar empat puluh lima menit, Tasha akhirnya berkata, "Gue mau coba beberapa baju." "Gue nyusul," sahut Clarissa tanpa mengalihkan pandangan dari rak pakaian. "Jangan mutusin apa pun sebelum gue lihat itu di badan lo." Saat Tasha bergegas pergi, Clarissa melangkah cepat ke arah Alina, membawa gaun ungu yang tadi sempat ia tunjukkan. Alina tahu ada sesuatu yang direncanakan Clarissa. Kepalanya berteriak ingin kabur, tapi nggak ada tempat untuk lari. "Inget ya," desis Clarissa. "Apa?" Clarissa menusukkan jarinya ke dada Alina, senyumnya menghilang. "Lo tuh nggak cocok ada di sini." Alina cuma terkekeh sinis. "Lo yang ngajak gue ke sini, inget? Atau lo udah

  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Dijebak di Sarang Sosialita

    Arion baru aja buka mulut, "Tasha, udah tiga bulan sejak terakhir kali gue ketemu lo—" Tapi sebelum dia bisa lanjut, Tasha buru-buru menjatuhkan ponselnya ke meja. "Ayah! Please deh! Aku kan juga mau shopping!" Arion cuma diam, cahaya emas di matanya meredup. Awalnya, dia emang mau ngobrol sama adik tirinya, tapi jelas-jelas belanja lebih menarik buat Tasha daripada kakaknya sendiri. Pak Remi Mahendra melirik putrinya, alisnya berkerut. "Tapi Arion baru sampai, kan?" "Biarin aja, Yah. Lebih baik Tasha ikut jalan-jalan dengan Clarissa daripada dia sibuk main hp terus," kata Nyonya Mahendra sambil mengusap lengan suaminya. Pak Remi menghela napas pelan. Dengan ekspresi datar Arion mengibaskan tangannya. "Udahlah, biarin aja dia. Aku juga butuh istirahat." Suasana makin canggung. Arion berharap bisa punya waktu bareng keluarganya, tapi yang dia dapet malah ini. Tasha bahkan lebih milih jalan sama Clarissa daripada ngobrol sama kakaknya sendiri. Akhirnya, Pak Remi nge

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status