Share

Kelas Kimia With Arion dkk

Penulis: Bibiefenimmm
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-02 23:17:53

"Lo kenapa?" tanya Ines sambil ngeliatin Alina yang kayaknya mulai ketar-ketir. "Kok diem aja?"

Alina buru-buru jawab, "Gak ada apa-apa kok, Ines. Lo denger gosip itu dari siapa?"

Ines tertawa. "Dari temen-temen gue. Dan gue rasa Clarissa mungkin cemburu sama lo. Lihat aja, setelah putus dia juga masih ngedeketin Arion, kan? Direktur Eric sama Pak Remi, ayahnya Arion, mereka itu sahabatan. Jadi nggak heran kalau Clarissa selalu ada deket Arion."

Alina terdiam, matanya mulai terbuka lebar. Masa dia nggak peka selama ini? Arion deket sama Clarissa pasti karena ortu mereka.

"Jadi... menurut lo, Arion pacaran sama Clarissa karena dijodohin bokapnya?"

Ines angguk pelan. "Bisa jadi. Gue nggak heran sih kalau Clarissa ada niat di balik itu. Mereka berdua kan dari keluarga yang powerful, jadi pasti punya kepentingan. Jadi, lo hati-hati aja, ya."

Alina menarik napas dalam-dalam. “Oke, Ines. Makasih ya infonya. Gue juga nggak terlalu peduli sama mereka."

Bohong. Alina deg-degan
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Plot Twist Arion - Alina

    "Ya terus mau gimana? Lo kira gue bakal laporan ke lo setiap gue hampir mati diserempet pacar lo itu?" Dahi Arion mengernyit. "Dia udah bukan pacar gue lagi. Lagian siapa juga yang maksa buat turun?" "Gue nggak nyesel kok minta turun. Oh iya, jadi kalau dia bukan pacar lo, kenapa dia hampir bikin gue jadi korban tabrak lari?" Arion kelihatan mau balas, tapi suara mereka sudah makin kencang, bikin Valerian, yang duduk di depan, nengok. "Eh, eh, gue nggak ngerti, tapi kayanya lo berdua seru banget. Ini kelas kimia apa sinetron, sih?" Arion ngelirik Valerian dengan ekspresi datar. "Lo mau ikut campur? Sini gue kasih peran." "Santai, bro. Gue cuma penonton setia." Tapi sebelum Alina bisa melerai, Ibu Sylvia datang dari meja depan, melirik tajam ke arah mereka. "Arion. Luther. Kalau kalian nggak bisa diam, lebih baik saya pindahkan kalian ke depan meja saya." "Gimana, kapten? Kita pindah aja, seru tuh." Arion menyender di kursi, ekspresinya santai banget. "Nggak usah,

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-03
  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Bukan Kencan

    "Ya ampun, Alina, lo nggak bilang kalau lo daftar program 'cowok penjaga pribadi'?" kata Valerian sambil terbahak-bahak. Luther pun ikut nyeletuk, "Paling juga Arion ngomongin dirinya sendiri. Udah jelas dia calon cowok keker lo, Na!" Alina cuma bisa bengong, bibirnya udah kebuka tapi nggak ada kata yang keluar. Dalam pikirannya, dia berusaha keras buat nggak ngelempar pulpen ke kepala Arion. 'Apa-apaan sih nih cowok? Kok bisa-bisanya ngomong kayak gitu? Gue bakal punya cowok keker? Oh, hell no. Sumpah, gue nggak tahu gimana otaknya bisa muter kayak gitu.' Arion balik duduk di kursinya sambil berbisik ke Alina. "Tenang aja, nggak ada yang bakal ngebully lo sekarang," Alina langsung mendelik, mukanya merah padam. "Lo pikir ini bikin gue aman? Lo malah bikin gue kayak cewek desperate yang lagi cari bodyguard!" "Setidaknya nggak ada yang bakal macam-macam lagi sama lo. Lo harus berterima kasih." Alina langsung menjauh dari Arion ketika bel istirahat bunyi. Tanpa pikir

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-03
  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Arion : "Sekarang Udah Gak Gitu."

    "Laper banget, lo?" Alina tersenyum sambil menunjuk nampan Darren pakai garpu yang sudah ditusuk bakso. "Iya. Pelatih abis nge-push kita habis-habisan." Dia ketawa kecil sambil mengusap perutnya. Ines mengangguk, pipinya agak merah. "Dia emang gitu. Tapi lo keren banget kok tadi." "Thanks." Darren tersenyum balik sambil menusuk spaghetti di piringnya. Dia terus menatap Alina. "Habis latihan gue ke kafe tempat lo kerja pas hari Minggu, tapi tutup." Itu salah satu hal yang Alina suka dari tempat kerjanya. "Iya, kafe itu emang tutup setiap hari Minggu. Tempat itu kayak... semedi kalau Minggu." Darren masih tersenyum. "Temen sekamar lo party lagi nggak malam Minggu? Rumah lo sepi banget Sabtu kemarin pas gue nganterin lo." Ines, yang Alina tahu ada rasa ke Darren, kelihatan tegang. "Enggak," Alina jawab cepat sambil melirik Ines. Alina nggak mau dia merasa ditinggalin dari obrolan. "Temen sekamar gue emang suka mabok dan bikin party sih." Darren ketawa kecil. "Iya, g

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-04
  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Arion Suka Alina?

    "Orang-orang pasti mikir lo lagi pacaran sama dia." Alina merasa dadanya semakin sesak. "Suka-suka gue mau jalan sama siapa aja. Emang lo pikir kita punya hubungan apa selain pernikahan boongan?" Alina merasa ada yang nggak beres, tapi dia nggak tahu harus ngomong apa lagi. "Nggak usah pura-pura nggak tahu." katanya, suara lebih dalam dari sebelumnya. "Lo itu cantik buat gue. Itu masalahnya. Lo terlalu semok." Tubuh Alina bergetar, dan secara fisik dia merasa sakit karena nggak melangkah mendekati Arion. Arion baru aja menyebutnya cantik. Dan mengapa itu penting? Alina tersentak, dia balas dengan suara serak, "Iya, jelas masalahnya gue. Bukan lo dan asumsi-asumsi aneh lo itu." Arion selangkah lebih dekat, dan tatapannya kali ini menyeramkan. "Gimana itu bisa jadi asumsi kalau lo nggak menyangkal apa-apa?" Paru-paru Alina sekarang berhenti bekerja. "Kalau menurut lo gue ini mainin lo, kenapa lo masih ngejar-ngejar gue?" "Lo pasti tahu alasannya." Arion nyaris ngg

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-04
  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Turnamen Futsal HIA vs Rajawali

    Mereka balik ke kelas dengan suasana yang canggung, tapi setidaknya semua berjalan damai sampai jam sekolah selesai. Saat pulang, Arion menawarkan buat antar Alina pulang. “Yah, menurut gue, lo biarin orang lain nganterin lo sementara lo punya gue sebagai suami lo—meskipun pernikahan kita cuma pura-pura—itu nggak sopan,” kata Arion waktu mereka jalan ke arah mobilnya. “Dan, lebih parahnya lagi, gue malah tahu dari Darren.” Oke, itu poin yang masuk akal. Arion memang sudah sering membantu Alina, walaupun caranya selalu bikin Alina kesal. Tapi, sisi Arion yang ini bikin Alina mikir kalau dia perlu memperbaiki semuanya. Supaya Arion nggak lagi jadi brengsek. “Gue nggak bermaksud begitu, gue nggak punya nomor lo,” Alina mengaku. “Lo sering banget bantuin gue, dan gue benci ngerasa kayak gue ini beban.” “Gue nggak pernah minta lo ngelakuin apa pun buat gue,” katanya waktu mereka sampai di mobilnya. “Sebenernya, lo sering banget ngelawan gue. Tapi, ya udah, ini salah gue juga ka

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-05
  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Selalu Nyangkut Diantara Dua Saudara Tampan

    Alina melihat ke sekeliling. Tempat ini beneran sepuluh kali lebih besar dari SMA Pelita Harapan, sekolah lamanya. Jadi, gak heran stadion ini keliatan luar biasa. Ketika satpam lihat Ines, mereka langsung buka pintunya. Alina ikut masuk, dan suara ramai dari luar perlahan mulai berkurang. Bau sosis bakar dari stand makanan tadi masih tercium samar-samar dan hilang ketika pintu tertutup. Alina menarik napas buat menenangkan diri. “Lo nggak apa-apa?” dahi Ines mengernyit. “Gue gak terlalu kebiasa sama keramaian,” jawab Alina sambil menyeka keringat. “Tenang aja, di lapangan bakal lebih baik. Emang banyak orang, tapi gak sepadet di atas.” Mereka sampai di ujung tangga yang lebar, dan di bawahnya ada aula besar yang lumayan kosong. Aula ini tersambung ke lorong yang mengarah langsung ke lapangan utama. Di sepanjang sisi lorong ada empat pintu yang kayaknya menuju ruang ganti dan kantor. Begitu Alina keluar ke lapangan, Alina lihat dua tim lagi pemanasan. Tim HIA pakai jers

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-06
  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Permainan yang Nggak Alina Ikutin Lagi

    Alina melihat Arion, nomor punggung dua belas. Cowok itu sudah lama banget menjauh dari Alina akhir-akhir ini. Entah kenapa Alina juga jadi males deket-deket sama dia. Tapi apalah daya, Alina punya tanggung jawab di sini. Dia buang jauh-jauh rasa itu dan mulai menghampiri tim. Tiba-tiba, ada pemain yang lari ke arah Alina, terus dia menarik Alina ke pelukannya sambil memutar badan Alina. Itu Darren. Wajahnya keliatan senang banget, sampai Alina nggak bisa menahan senyum. “Lo di sini juga! Gue kira lo bakalan lembur,” katanya sambil nyengir lebar. Alina melirik sambil pura-pura kesal. “Ya iyalah gue di sini. Sepak bola tuh tugas PMR gue, tahu!” Darren menurunkan Alina dari pelukannya, lalu mendekatkan wajahnya sambil nyengir jahil. “Ngaku aja Alina.. pasti lo ke sini buat ketemu gue, kan?” Belum sempat Alina jawab, ada pemain lain yang jalan santai ke arah mereka. “Minggir lo, Darren,” Valerian melirik Darren. “Lo jadi bodyguard pribadinya sekarang? Bagi tugas dong, gue

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-06
  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Dibalik Sikap Daniel Yang Dingin

    Sebagian dari Alina masih berharap Arion bakal mengejar. Tapi itu cuma angan-angan bodoh. Ibaratnya, Arion sudah menggadaikannya ke Valerian, dan sejak Clarissa melihat mereka berdua bareng, Arion nggak pernah lagi bicara. Walaupun keberadaan Arion kadang bisa mengurangi kesedihannya, Arion malah lebih sering bikin hidup Alina makin berantakan. Jadi Alina pikir dia harus berhenti bersikap naif. Ia tetap menatap ke tengah lapangan, sengaja menghindari pandangan ke arah para cheerleader. Dia berjalan ke garis tengah sambil bawa tas obat-obatan. Daniel udah balik sekarang. Alina hampir sampai ketika tiba-tiba sesuatu keras menghantam sisi tubuh belakangnya. Hampir jatuh, tapi untungnya Alina masih bisa jaga keseimbangan. Tas obat-obatan di tangannya terlepas, tapi karena ada tali leher, tas itu cuma menghantam lututnya. Sakit, tapi lebih mending daripada Alina harus malu jatuh di depan ribuan orang. Dibelakang, Clarissa berdiri dengan seringai puas. Dia langsung mendekat dan pu

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-07

Bab terbaru

  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Alina Adalah Pilihan yang Tak Direstui

    BRAKK! Pintu kamar terbuka dengan kasar. Arion tetap bersikap santai, sementara Alina tersentak kaget. Jantungnya berdebar kencang, dan ia refleks beringsut menjauh, tapi pegangan Arion di pinggangnya terlalu erat. "Apa-apaan ini, Arion? Kenapa ada dia di kamarmu?" suara Pak Remi terdengar tajam, sorot matanya penuh tekanan. Arion melirik sekilas ke arah ayahnya sebelum menunjuk ke layar TV yang masih menampilkan adegan bersambung. "Aku cuma nonton sama dia. Itu aja. Kalau nggak keberatan, kita mau lanjut," jawabnya santai. Pak Remi semakin kesal, rahangnya mengeras. "Kamu mau bikin masalah apalagi? Clarissa nangis tadi, dia sampai telepon Eric sambil sesenggukan!" Arion menghela napas panjang, lalu meraih remote untuk mematikan TV. "Aku nggak pernah nyuruh dia ngurusin hidupku yah, jadi aku nggak ngerti kenapa ayah malah nyalahin aku." Alina menahan napas. Cara Arion menanggapi ayahnya begitu cuek, seolah ini bukan masalah besar. Padahal, Pak Remi jelas-jelas tida

  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Arion & Alina: Cinta dalam Sembunyi

    Alina menegang. Dia bisa merasakan suasana di ruangan ini berubah drastis—udara jadi lebih berat, dan tatapan Arion menggelap, penuh amarah. "Mulut lo itu," Arion mendekat selangkah, bahunya menegang. "Mau gue bikin diem?" Pria itu hanya menyeringai kecil, ekspresinya sama sekali nggak terpengaruh oleh nada tajam yang keluar dari mulut Arion. "Santai aja kali. Lagian Alina juga kayaknya seneng gue disini... By the way, kok lo balik sama Alina?" "Tch," Arion mendecakkan lidahnya, melepaskan genggaman tangannya dari Alina. "Suka-suka gue mau bawa dia kemana aja." Daniel menyipitkan mata, senyumnya tipis tapi penuh arti. "Kenapa lo bawa dia ke sini?" Dia melipat tangan di dada, menatap Arion dengan penuh minat. "Bukannya dia tinggal bareng Clarissa di villa Direktur Eric?" Alina menahan napas, berharap bisa menghilang saat itu juga. Arion melipat tangan di dada, wajahnya tanpa ekspresi. "Emangnya nggak boleh?" Daniel terkekeh, mengangkat bahu santai. "Boleh-boleh aj

  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Pertama Kali Masuk ke Vila Mertua

    Saat Arion menarik dirinya dari Alina, dia hanya melemparkan pandangan tajam ke Clarissa. "Ini cuma awal, Clar. Jangan ganggu hidup kami lagi." Alina, masih terengah-engah, menatap Arion—antara cemas dan bingung, belum sepenuhnya siap untuk apa yang baru saja terjadi. Tapi satu hal yang jelas, dia tahu ini bukanlah akhir dari cerita mereka. Clarissa tertawa sinis, matanya berkilat penuh amarah. "Gila. Ini semua nggak beneran kan?" "Gue nggak peduli apa yang lo pikirin." Arion menghela napas sambil menutup ritsleting koper Alina dengan gerakan cepat, lalu menarik koper itu dan menggulirkannya ke arah pintu. Clarissa masih berdiri di sana, menghalangi jalan. "Apa yang lo pikir lo lakuin?!" "Dia datang ke sini sama gue," lanjut Clarissa, nadanya penuh klaim kepemilikan. Arion menyeringai sinis. "Oh, iya? Kedengerannya lebih kayak lo bawa dia ke sini buat jadi samsak tinju lo." Dia melipat tangan di dada, menatap Clarissa dengan penuh penghinaan. "Dia bakal lebih aman d

  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Pernikahan Rahasia yang Harus Clarissa Percaya

    “Jangan bandingin Alina sama nyokap gue.” Arion mendengus, ekspresinya penuh rasa muak. “Lo nggak tahu apa-apa tentang dia, jadi stop ngomong asal.” Alina meletakkan tangannya di punggung Arion, berusaha menenangkannya. Tapi tubuh Arion justru makin tegang, jelas dia sedang berusaha menahan amarahnya. Clarissa melipat tangan dan memutar matanya. “Ya ampun, lo bisa yakin dari mana? Gara-gara dia pura-pura kena serangan panik di pesawat? Jangan bego, deh. Itu cuma otak bawah lo yang ngomong. Atau lebih tepatnya, kelamin lo.” Ruangan langsung terasa lebih sunyi. Napas Arion terdengar berat, dan Alina merasa seperti ada sesuatu yang akan meledak kapan saja. "Lo tahu nggak sih kalau Alina tiap hari jalan kaki ke sekolah?" "Terus kenapa?" Clarissa menatap malas sambil menghentakkan kakinya. "Lo juga tahu nggak kalau dia pulang kerja malem-malem, sendirian, pas keadaan udah nggak aman?" Clarissa mengangkat bahu santai. "Tapi nyatanya dia baik-baik aja, kan?" "Terus k

  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Pengakuan Arion

    Loly ketawa di ujung telepon. “Gue ngerti lo pengen banget sampai dia... you know, keluar di dalem. Tapi please, jangan lakuin itu—” “Apa sih? Nggak bakal lah,” Alina memotong cepat sebelum menutup telepon. Dia mendengus. Hamil di saat hidupnya masih berantakan? Itu hal terakhir yang Alina butuhkan. Dan dia juga nggak bakal pernah ngelakuin itu sama Arion. Rasa penasaran menggelitik dirinya saat dia berjalan cepat ke pintu belakang. Begitu dibuka, seorang cowok berdiri di ambang pintu, posturnya memenuhi kusen pintu. Celana jins dan kemeja polo warna sage yang dia pakai begitu pas di badannya. Mata cokelatnya berkilat jahil. “Hei. Lo pasti kangen sama gue.” Alina mendengus, melipat tangan di dada. “Gue kira lo tukang service mesin cuci.” Arion terkekeh pendek sebelum menariknya dalam ciuman. Alina nggak ragu buat membalas. Tangannya mencengkeram kerah bajunya, menariknya lebih dekat. Lidah mereka beradu, napas saling berburu. Arion menggeram rendah, memeluknya erat

  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Loly : Jaga Arion Sebelum Kehilangan

    Dengan langkah cepat, Alina keluar dari toko dan berdiri di luar. Udara segar sedikit membantunya bernapas lebih lega. Rasa sepi tiba-tiba menyerangnya. Dia rela ngelakuin apa aja buat bisa menelepon orang tuanya. Untuk sekadar denger suara mereka lagi. Tapi sayangnya itu cuma angan-angan. Nggak ada yang bakal nyariin dia lagi. *** Beberapa jam kemudian, Alina menemukan sedikit penghiburan di kamar sementaranya... kalau bisa dibilang begitu. Kamar itu gede banget, dua kali lipat ukuran ruang tamu rumah yang pernah dia tinggali sama orang tuanya dulu. Dia rebahan di atas tempat tidur king-size dengan headboard berbulu warna krem, matanya menatap kosong ke dinding putih pucat. Bahkan seprai di kasur itu putih dan krem, seakan-akan orang yang mendekorasi ruangan ini benci warna-warna cerah. Tapi jendelanya rapi, bagian atasnya melengkung, dan langsung menghadap halaman belakang. Sebuah TV besar tergantung di dinding, dan tanpa banyak berpikir, dia menyalakannya. Ponselnya b

  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Musuh dalam Selimut

    "Iya, Pak. Ini kamar pasiennya," jawab suara perempuan, mungkin perawat yang berjaga. "Kami sudah usir wartawan, dan kami bakal pastikan nggak ada orang luar yang masuk sembarangan." "Bagus," kata suara laki-laki itu. "Anak ini udah cukup menderita. Dia nggak perlu media sok tahu ganggu hidupnya. Yang terpenting adalah dia bisa sembuh dan melanjutkan hidup. Itulah alasan saya ada di sini." Dia berhenti sebentar. "Ini, ambil kartu nama saya. Semua biaya rumah sakit yang nggak ditanggung asuransi, saya yang bayar." "Baik, Pak!" "Oh iya, satu lagi." Suaranya jadi lebih rendah, tapi tetep tegas. "Nggak ada yang boleh ngomong sama dia tanpa seizin saya. Ngerti?" Alina duduk tegak di tempat tidurnya, jantungnya mulai deg-degan. Itu suara yang dia kenal. Suara yang biasa dia dengar di TV atau berita politik. Orang itu… Eric Clapton Wijaya. Direktur Horizon International Academy. Kenapa dia ada di sini? Dia nggak perlu nunggu lama buat dapat jawaban. Pintu kamar

  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Flashback: Setelah Kecelakaan yang Merenggut Nyawa Ibu Alina

    Alina menelan ludah. Tawanya hampir pecah cuma karena mendengar angka itu. "Bajunya bagus, tapi makasih." "Lo gak seru," Tasha mendengus lalu kembali membolak-balik pakaian. Sementara itu, Clarissa dan Tasha terus memilih baju satu per satu, menyerahkannya pada pramuniaga untuk ditaruh di ruang ganti. Setelah sekitar empat puluh lima menit, Tasha akhirnya berkata, "Gue mau coba beberapa baju." "Gue nyusul," sahut Clarissa tanpa mengalihkan pandangan dari rak pakaian. "Jangan mutusin apa pun sebelum gue lihat itu di badan lo." Saat Tasha bergegas pergi, Clarissa melangkah cepat ke arah Alina, membawa gaun ungu yang tadi sempat ia tunjukkan. Alina tahu ada sesuatu yang direncanakan Clarissa. Kepalanya berteriak ingin kabur, tapi nggak ada tempat untuk lari. "Inget ya," desis Clarissa. "Apa?" Clarissa menusukkan jarinya ke dada Alina, senyumnya menghilang. "Lo tuh nggak cocok ada di sini." Alina cuma terkekeh sinis. "Lo yang ngajak gue ke sini, inget? Atau lo udah

  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Dijebak di Sarang Sosialita

    Arion baru aja buka mulut, "Tasha, udah tiga bulan sejak terakhir kali gue ketemu lo—" Tapi sebelum dia bisa lanjut, Tasha buru-buru menjatuhkan ponselnya ke meja. "Ayah! Please deh! Aku kan juga mau shopping!" Arion cuma diam, cahaya emas di matanya meredup. Awalnya, dia emang mau ngobrol sama adik tirinya, tapi jelas-jelas belanja lebih menarik buat Tasha daripada kakaknya sendiri. Pak Remi Mahendra melirik putrinya, alisnya berkerut. "Tapi Arion baru sampai, kan?" "Biarin aja, Yah. Lebih baik Tasha ikut jalan-jalan dengan Clarissa daripada dia sibuk main hp terus," kata Nyonya Mahendra sambil mengusap lengan suaminya. Pak Remi menghela napas pelan. Dengan ekspresi datar Arion mengibaskan tangannya. "Udahlah, biarin aja dia. Aku juga butuh istirahat." Suasana makin canggung. Arion berharap bisa punya waktu bareng keluarganya, tapi yang dia dapet malah ini. Tasha bahkan lebih milih jalan sama Clarissa daripada ngobrol sama kakaknya sendiri. Akhirnya, Pak Remi nge

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status