Beranda / Young Adult / Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku / Diatur Setelah Nikah : No More GO-JEK!

Share

Diatur Setelah Nikah : No More GO-JEK!

Penulis: Bibiefenimmm
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-13 22:29:31
Kepanikan Alina semakin memuncak. Bagaimana bisa ia pulang dari Bandara Soetta ke rumahnya tanpa uang sepeser pun? Apalagi berjalan kaki jelas bukan pilihan.

"Bapak, maaf, saya… saya nggak bisa ikut sekarang," katanya, suaranya terdengar pasrah. "Dompet saya ketinggalan."

Bapak Go-Jek itu langsung memutar bola matanya dengan kesal. "Yah, Neng, udah cape-cape kesini, terus dicancel?" keluhnya, wajahnya masam banget.

Saat keributan terjadi, sebuah mobil hitam meluncur pelan ke arahnya. Range Rover yang nggak asing—mobil Arion.

Kaca mobil itu turun, dan kepala Arion nongol. Dia ngelihatin Alina dengan ekspresi bingung. "Lo ngapain masih di sini?" tanyanya, datar

"Lah mestinya gue yang tanya. Lo ngapain balik kesini lagi? Bukannya lo sudah pergi ninggalin gue?"

"Ninggalin lo?!" mata Arion melotot, nadanya tiba-tiba berubah ketus. Alina cuma bisa melongo.

"Gue nyariin lo kemana-mana, tahu. Lo jalan cepet banget kayak atlet yang lagi kebelet nyetak gol. Padahal gue cuma pergi
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Hari Pertama Alina di Sekolah

    Alina menuruni tangga kayu dari kamar lotengnya, menahan pusing yang entah disebabkan oleh jet lag atau setumpuk pikiran tentang pernikahannya dengan Arion kemarin. Semalam Alina sampai jam dua belas malam. Dan sempat berjalan kaki, karena ia memberhentikan Pak Darman hanya sampai di jalan besar, tidak sampai depan rumah. Alina nggak mau mengambil risiko Arion mengetahui lokasi rumahnya. Karena kalau laki-laki itu tahu... Kiamat kecil bisa saja terjadi. Matanya terasa berat, dan dia hanya sempat menyambar seragam seadanya tanpa sempat berias sebelum mendengar langkah kaki Vera di ruang tamu. "Oh, Alina! Lo baru bangun? Dua harian ini lo ga tidur di rumah. Lo dari mana?" Seorang perempuan lebih tua sedikit darinya mengamati ekspresi Alina dengan alis yang sedikit terangkat. Itu Vera, salah satu teman serumah Alina. Ia terlihat siap berangkat kerja dengan tampilan rapi dan tas selempang. Alina buru-buru mengusap wajahnya, berusaha menyembunyikan kantong mata dan bekas garis b

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-14
  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Dipanggil Ke Kantor Kepala Sekolah

    Bibir merah merona dan alisnya yang melengkung sempurna. Alina menahan napas. 'Itu Clarissa...' Pagi ini beneran sial.. 'Dari semua mobil kenapa harus mobil Clarissa sih?' “Ah, orang-orang ini..." ujar Vera "Nggak bisa berhati-hati apa?—Eh, Ya Tuhan..." Vera hampir terjatuh dari kursinya saat melihat Clarissa. Matanya membelalak. "Bukannya itu ‘Clar si influencer viral’ itu, ya?!” “Vera, lo harus pergi. Jangan lama-lama di sini!" Alina mendesah bukannya cepat pergi Vera malah seru menonton seolah tidak mau melewatkan kejadian langka. Clarissa menatap mereka dengan tatapan jijik. Alina tahu, Clarissa pasti bukan tipe yang bisa terima begitu saja, dan dia pasti nggak dapat SIM dengan cara yang benar. “Gue udah bilang hati-hati,” Vera berbisik sambil mematikan mesin mobilnya. 'Ya Tuhan, tolonglah.. Gue masih mau hidup sampai hari kelulusan.' Alina meringis dalam hati. Dalam pikirannya, kejadian itu jelas-jelas salah Clarissa. Saat mereka mendekati tempat parkir,

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-14
  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Tersesat di Dunia Para Siswa Kaya

    “Saya baru saja mendapat penjelasan bahwa situasi di tempat parkir tadi... Ah, ternyata, kamu hanya berusaha menghindar. Sempit sekali ruangnya, ya?” Alina menelan ludah dan mengangguk pelan. “I..iya, Pak. Saya cuma berusaha parkir, dan... ya, agak sempit,” katanya, memilih kata-kata hati-hati. Dr. Gustav menatapnya beberapa detik, seolah mempertimbangkan sesuatu. “Baiklah. Hati-hati di lain waktu, ya? Dan kalau lain kali ada masalah seperti ini, lapor saja ke bagian keamanan atau guru piket.” Alina nyaris tak mempercayai telinganya. Dengan sedikit ragu, ia mengangguk. “Baik, Pak. Terima kasih.” Dr. Gustav mengangguk. “Baik, kamu boleh kembali ke kelas.” Alina mengangguk sekali lagi, tersenyum kecil, lalu berbalik menuju pintu dengan hati-hati. Ternyata Dr. Gustav tidak sekeras yang dia kira—mungkin. Tapi satu hal yang jelas, ini pertama kalinya ia merasa selamat dari teguran kepala sekolah. Saat Alina sudah hampir mencapai pintu, Dr. Gustav memanggilnya kembali. "Alina, s

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-15
  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Obrolan dengan Dua Murid Lama

    Darren melambaikan tangan sebelum berbalik dan berjalan menuju lorong di arah yang berlawanan. Alina menyaksikannya pergi, menguatkan dirinya dengan sebuah senyuman kecil. Dia nggak bisa bergantung pada Darren untuk jadi pelindungnya sepanjang tahun ajaran ini. Langkahnya berasa lebih berat ketika dia mulai memperhatikan tatapan-tatapan itu—lebih mencolok sekarang karena dia sendirian, tanpa Darren sebagai tamengnya. Bisikan dari dua murid perempuan terdengar di belakangnya, pelan tetapi cukup tajam untuk bikin telinganya berdenging. "Gue denger dia cuma di sini karena memeras Direktur," bisik seorang gadis dengan nada penuh racun. "Ya, siapa lagi yang bisa dapetin beasiswa kayak gitu?" balas temannya, suaranya dipenuhi tawa sinis. "Dia rela ngelakuin apa aja demi tetap di sini. Dasar licik." Alina menegakkan bahu, berusaha nggak terpengaruh. Dia udah dengar desas-desus itu sebelumnya—semua tuduhan nggak berdasar yang dilemparkan untuk menjatuhkannya. Tapi dia nggak akan

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-16
  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Menghindar Dari Serangkaian Penghinaan

    Alina, yang berusaha terlihat nggak peduli, cuma mendengarkan sambil menunduk ke buku catatannya. Jantungnya berdetak sedikit lebih cepat. 'Ya jelas lah nggak nggak datang latihan. Dua hari lalu, dia menikahi gue secara diam-diam.' Alina ingin menampar dirinya sendiri karena pikiran itu. Nggak ada yang bisa tahu, terutama orang tua Arion, apalagi dua anak laki-laki ini. Cuma kakek Arion dan kerabat dekatnya yang tahu. Juga Daniel... lebih tepatnya. Luther menatap Valerian dengan alis terangkat. "Menurut lo dia ke mana?" Valerian mengangkat bahu, "Mungkin dia punya pacar rahasia. Maksud gue, itu ngejelasin kenapa dia nggak pernah cerita soal kehidupan pribadinya lagi ke gue." Alina tersentak sedikit, tapi buru-buru menutupi reaksinya dengan membalik halaman buku catatannya. Luther memperhatikan gerak-geriknya, meskipun dia nggak ngomong apa-apa. "Apa mungkin dia sakit. Tapi, yah, itu emang aneh. Apalagi buat Arion." Valerian menoleh ke Alina ia baru menyadari keberad

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-16
  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Jebakan dan Tatapan yang Menghukum

    Clarissa memulai, suaranya manis tapi penuh sindiran, menggema di kelas yang sunyi. “Alina Sari Mentari,” katanya dengan nada yang super dramatis. Semua mata langsung fokus ke arah Clarissa, dan Alina bisa ngerasain tatapan mereka yang kepo banget, nungguin drama yang bakal dia ceritain. Dalam kondisi lain, mungkin Alina bakal ngerasa sakit hati. Tapi sekarang? Nggak. Setelah semua yang dia lewatin, hinaan dan omongan miring kayak gini udah jadi makanan sehari-hari. Cuma kali ini, pas Clarissa mulai buka mulut, ada sesuatu di dalam diri Alina yang ngerasa cukup udah cukup. “Alina itu, bener-bener gadis paling… kasihan, ya, nggak sih?” suara Clarissa nyerempet sinis. “Kalian tahu, dia tuh sering tidur sama cowok-cowok dewasa.” Clarissa ketawa kecil, diikuti tawa temen-temennya yang duduk di sekelilingnya. “Oh, terus lo pada tahu nggak, siapa yang sempet ngancem bokap gue biar bisa sekolah di sini? Tentu aja, Alina.” Tatapan Clarissa berubah jadi penuh ejekan, matanya menatap Alina d

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-17
  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Wawancara dan Permainan Peran

    Gue nggak habis pikir, aneh banget ketemu sama orang yang katanya pernah ‘tidur’ bareng, dan sekarang duduk santai di samping anaknya. Alina sempat melirik Clarissa, mencoba menahan rasa nggak nyaman yang muncul. 'Apa mungkin Clarissa ngira gue ini ibunya?' pikirnya, sambil menahan kesal. “Selamat siang, Pak,” ucap Alina sambil sedikit membungkuk sopan, berusaha menjaga nada suaranya tetap netral. Direktur Eric menoleh, wajahnya langsung kelihatan sumringah begitu lihat Alina. “Alina... akhirnya kita ketemu lagi. Dan… siapa ini?” Darren, yang dari tadi berdiri di sebelah Alina, langsung nyodorin tangan dengan ramah. “Darren, Pak. Terima kasih banget atas beasiswa sepakbola yang saya dapat. Saya sama beberapa teman lainnya sekarang bisa masuk sekolah HIA ini.” Direktur Eric menjabat tangan Darren sambil tetap tersenyum lebar. “Bagus sekali. Tapi, Darren, bisa tunggu sebentar di sebelah sana? Media nasional HorizoNews bakal mulai wawancara sebentar lagi sama Clarissa, Arion, da

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-17
  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Hari Yang Penuh Cobaan

    "Alina..." Alina terhenyak dari lamunannya ketika suara Direktur Eric memanggil namanya. Ia mendongak, mendapati pria itu berdiri nggak jauh darinya, ditemani oleh Arion dan Clarissa. Suasana di ruangan itu mendadak terasa lebih berat. Direktur Eric baru saja menyelesaikan pembayaran uang sekolah Alina, termasuk beberapa perlengkapan lainnya. “Baiklah, mari kita selesaikan ini,” ujar Direktur dengan nada ramah, sambil memberikan senyum tipis. Dia merangkul bahu Alina dan mengarahkannya ke bagian administrasi. “Besok kamu masih harus sekolah, jadi pulanglah dan istirahat.” Istirahat. Kata itu menggoda, namun kenyataannya bakal jauh dari itu. Malam-malamnya di rumah bersama teman-temannya jarang tenang. Meskipun begitu, dia tetap memaksakan senyum, ingin secepat mungkin keluar dari situasi ini. Dengan pernikahan rahasia yang nggak diinginkannya bersama Arion, ditambah kebencian yang jelas dari Clarissa, Alina berharap nggak perlu banyak berinteraksi dengan mereka di sekolah es

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-18

Bab terbaru

  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Jadi Tamu Tak Diundang

    Arion: Sayang? Gue nggak bisa nahan dia. Alina mendesah pelan sebelum membalas pesannya. Alina: Gue percaya lo, tapi itu bukan alasan buat lo jadi kursi manusia, kan? Tepat saat itu, suara pilot terdengar lewat interkom. "Kita sudah diizinkan lepas landas, dan penerbangan ini akan memakan waktu sekitar tiga puluh menit. Kita diperkirakan tiba di Bali sekitar pukul dua siang. Jika kalian belum mengenakan sabuk pengaman, mohon segera kenakan sekarang." Alina membuka Spotify di ponselnya, memilih lagu dari playlist-nya, berusaha mengabaikan suara Clarissa yang masih terus mencari perhatian. Matanya mulai terasa berat. Seks bersama Arion tengah malam tadi jelas bukan ide bagus, apalagi mengingat mereka harus jaga jarak selama liburan ini. *** Beberapa waktu kemudian… Air mulai memenuhi mobil. Alina tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Ibunya lemas, tapi belum meninggal… belum. Tapi tetap saja, dia meninggalkannya. Tangisannya tertahan di tenggorokannya, tubuhnya

  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Permainan di Atas Awan

    Clarissa memutar mata, jengkel karena Arion justru membalikkan situasi. "Hah, dasar. Terserah lo aja," gumamnya sebelum berbalik masuk ke pesawat. Begitu Clarissa menjauh, Arion menurunkan tangannya dan berbisik ke Alina, "Tenang aja, gue nggak bakal bikin lo malu di depan dia." Alina masuk ke pesawat, dia langsung menuju ke bagian yang memiliki dua baris kursi dengan kursi abu-abu gelap yang saling berhadapan. Clarissa sudah duduk di salah satu kursi di sebelah kanan, dengan kakinya yang telanjang nyentuh karpet abu-abu. Alina memilih duduk di seberang lorong dari Clarissa. Pramugari setengah baya datang dan mengambil tas Alina dari Arion, kemudian membawanya ke bagian belakang pesawat yang tampaknya lebih nyaman, dengan sofa dan TV. Alina sempat berharap bisa berada di bagian itu, betapa asiknya menjadi orang kaya. Clarissa menunjuk ke kursi di depannya. "Sayang, lo bisa duduk di sini sambil pijitin kaki gue," ujarnya sambil bersandar dan mengangkat kakinya ke arah Arion.

  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Persiapan Ketemu Orang Tua Arion

    Arion mengerutkan kening. “Kenapa? Ada apa?” “Bisa nggak kita jalan sambil gue cerita? Gue nggak nyaman di sini terus.” Arion mengangguk, lalu menginjak pedal gas, memundurkan mobilnya keluar dari tempat parkir. Dari kursi penumpang, Alina menarik napas dalam. Tapi tatapan Arion yang terus mengawasinya bikin dia makin gugup. Cowok itu mendengus. “Lo bikin gue penasaran banget, sumpah. Gue bukan orang yang sabar, tahu.” Daripada kebanyakan mikir, Alina akhirnya cerita aja semuanya. Semakin lama Alina bicara, ekspresi Arion semakin serius. “Dengar, gue pengin banget lo ada di sana pas liburan,” kata Arion sambil meraih tangan Alina dan meremasnya sebentar sebelum melanjutkan, “Tapi lo nggak bisa gabung sama Clarissa.” Alina menghela napas. “Ya gue juga nggak mau kali. Tapi kalau gue nolak, menurut lo apa yang bakal terjadi?” Arion mengembuskan napas panjang. “Bakal ribet banget. Lo bener, Clarissa pasti nggak bakal tinggal diam. Gue juga nggak tahu harus ngasih solus

  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Undangan yang Tak Bisa Ditolak

    Sesaat, gue kehilangan kata-kata setelah melihat tatapan nyebelin Ines. "Apa, Ines? Lo mau ngomong apa?" Ines menjilat bibir bawahnya, pandangannya ke mana-mana kecuali ke Alina. Setelah berdeham sebentar, akhirnya dia buka suara. "Jadi, lo ngapain aja selama liburan akhir semester?" Alina melongo sebentar, bertanya-tanya apakah dia barusan salah dengar. "Maksudnya lo mau ngejek gue kan? Karena gue hidup sebatang kara jadi nggak punya siapa-siapa buat ngabisin waktu liburan?" Alina udah cukup stres mikirin minggu depan. Dia nggak punya keluarga buat menghabiskan liburan bareng, dan meskipun Arion sempat nawarin buat tinggal di rumahnya, Alina nolak. Arion harus ngabisin waktu sama keluarganya. Kalau dia nggak pulang, pasti bakal memunculkan banyak pertanyaan. "Nggak, gue—" Ines mendelik sebentar sebelum mendengus. "Gue cuma penasaran, lo bakal pergi ke suatu tempat nggak? Ya lo tahu... sama seseorang." Dan di sinilah mereka lagi. Balik ke pembicaraan tentang Darren. A

  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Hari Terakhir UAS dan Drama yang Nggak Ada Habisnya

    Alina kacau balau. Dia pengen banget ngebanting gelas wine di meja tadi. Daniel dan Clarissa? Mereka adalah duet maut pengacau yang rasanya emang ditakdirkan buat bikin hidupnya makin berantakan. Tangan Alina sedikit gemetar. Dia udah nggak sanggup berada di pesta itu. Matanya juga mulai memanas saat dia terburu-buru menuju pintu keluar. Namun, langkahnya terhenti begitu saja saat mendengar suara keras di kejauhan. Itu suara Daniel dan Arion. Alina berdiri di sudut ruangan, mengintip Arion yang masih tampak tegang setelah perdebatan panasnya dengan Daniel. Beberapa saat kemudian, Arion melihatnya dan berjalan mendekatinya. Langkahnya cepat, dan aura dinginnya begitu terasa hingga membuat Alina menahan napas. "Lo denger semua tadi?" Alina menggeleng pelan, tapi raut wajahnya jelas penuh tanda tanya. "Gue nggak denger, tapi gue lihat. Kenapa lo sama Daniel selalu ribut kayak gitu?" Arion mengembuskan napas panjang, seolah menimbang-nimbang apakah ia harus menjelaskan

  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Masalah Keluarga di Pesta

    Arion menghela napas panjang, mencoba menahan emosinya. Mata elangnya fokus ke Clarissa, yang sekarang berdiri dengan seringai menyebalkan, lalu beralih ke Daniel. “Gue bahkan nggak ngerti kenapa lo ada di sini sama Daniel, Clarissa,” ucap Arion dingin, suaranya menusuk. “Lo bahkan bukan bagian dari keluarga kita. Lo cuma…” “Cuma apa?” potong Clarissa sambil melipat tangan, ekspresinya puas. “Cuma seseorang yang lebih paham keluarga lo dibanding lo sendiri? Aduh, jangan terlalu sensi deh Arion sayang.” Clarissa tersenyum tipis, lalu tanpa permisi melingkarkan tangannya ke lengan Arion. "Gue udah dianggap keluarga sama bokap lo. Bahkan Pak Remi bilang, dia sedih banget waktu tau kita putus. Dia selalu bilang gue adalah calon yang sempurna buat jadi istri lo. Bahkan kedua keluarga kita udah setuju soal pernikahan itu, kan?" Nada suara Clarissa penuh rasa percaya diri, tapi Arion menepis tangan Clarissa dengan kasar, wajahnya semakin dingin. Ada sedikit rasa puas di hati Alin

  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Mainan Clarissa: Daniel Jadi Senjata

    Setelah mereka masuk, Arion langsung lepasin tangan Alina, dan Loly cabut bergabung sama segerombolan cowok. "Abis ngapain lo bareng Arion?" bisik Lara tiba-tiba, sambil narik lenganku menjauh. Dia melirik Arion yang lagi berdiri jauh, tapi matanya ngikutin Alina kayak elang. Alina jadi salah tingkah. Abis tadi dia sama Arion bermesraan. Tapi Alina cuman senyum tipis, berusaha nyembunyiin mukanya yang pasti udah semerah kepiting rebus. "Ayo main blackjack!" Lara nyengir sambil narik Alina lagi. "Gue bayarin uang mukanya!" "Seriusan?" Lara langsung narik tangan Alina dari genggamannya. "Lo pada beneran main pake duit asli?" Nada Alina nggak yakin, meskipun seharusnya dia nggak perlu kaget. "Ya iyalah!" "Gue nonton aja deh," Alina nyoba menghindar. 'Mana mungkin gue ikut-ikutan ngeluarin duit yang bahkan bukan duit gue.' "Nggak ada cerita nonton doang! Lo juga harus main. Santai aja, uang mukanya cuma 10 ribu kok," katanya santai. "10 ribu?" "100 ribu," poton

  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Godaan di Tengah Malam

    Alina bisa merasakan perhatian Arion di punggungnya, kayak ada arus listrik yang mengalir deras di antara mereka. "Alina," suaranya serak dan bikin telinga Alina gatel-gatel. Alina buru-buru balik badan, bahunya nggak sengaja nyentuh dadanya. "Lo cantik banget," Arion bilang, matanya turun ke bibir Alina. Alina mundur selangkah, dan Arion maju selangkah. Jarak di antara mereka makin tipis, napas Alina juga makin nggak beraturan. "Cuma cantik?" Alina pura-pura bercanda, meskipun suaranya terdengar goyah. Arion tiba-tiba nyamber pinggul Alina dan menariknya lebih dekat. "Bukan cuma cantik," katanya, suaranya rendah. "Cantik banget. Seksi banget sampai gue nggak bisa berhenti bayangin bibir merah lo melingkari punya gue di mobil gue." Arion narik Alina untuk pergi ke arah mobilnya di parkiran. Alina nelen ludah, panik campur malu. "Arion, di sini banyak orang..." Dia melirik kanan-kiri, takut ada orang yang ngelihat. Arion malah ketawa kecil, seolah nggak peduli.

  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Minum Sampanye dan Curhat di Pesta

    Selama sejam berikutnya, Lara dengan penuh semangat mendandani Alina. Dia menata rambut Alina jadi kuncir kuda tinggi yang ikal, memoles tulang pipinya pakai alat kontur yang Alina bahkan nggak tahu namanya, dan ngasih Alina lipstik merah. "Pakai ini. Trust me, Arion bakal tersiksa kalo lo pake ini. Ini bakal bikin bibir lo jadi super seksi," katanya sambil menyerahkan botol lipstik itu. Alina biasanya nggak suka lipstik—lebih suka liptint atau lipgloss. Tapi kali ini, dia nurut, dan ternyata Lara benar. "Lo cakep banget, Kak!" katanya sambil kami berdiri di depan cermin, mengagumi hasil kerja kerasnya. Alina tersenyum. "Lo juga cantik banget, Ra. Ngomong-ngomong, ada cowok yang lagi lo taksir, nggak, malam ini?" Lara sempat ragu sebelum menjawab. "Nggak ada." Tapi suaranya terdengar melankolis, bikin Alina penasaran. Dan Alina memutuskan untuk nggak nanya lebih jauh. *** Obsidian Chamber ternyata tambang berlian tua di Anyer. Dekat dengan area pegunungan kecil. Dasar

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status