Home / Fiksi Remaja / Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku / Kehangatan Dalam Balutan Aroma Memabukkan

Share

Kehangatan Dalam Balutan Aroma Memabukkan

Author: Bibiefenimmm
last update Last Updated: 2024-11-13 16:29:44
"Lo yakin mau lanjutin drama ini di depan semua orang?"

Alina terdiam, buru-buru menoleh ke arah kaca gedung dan sadar kalau mereka udah menarik perhatian semua tamu. Sebelum dia sempat ngomong apa-apa, Arion tiba-tiba menarik pinggulnya ke pelukannya.

"Kenapa juga Kakek nyuruh gue nikah sama cewek keras kepala kayak lo?" Arion berbisik dekat banget di telinga Alina.

"Ck! Arion!" Alina memprotes, tapi suara itu kedengaran lebih seperti desahan. Hatinya bergetar, dan jarak di antara mereka bikin tubuhnya panas dingin.

Arion melanjutkan, suaranya rendah dan menggoda. "Kita harus bisa lewatin ini, bareng-bareng."

Alina makin grogi. Mukanya jelas memerah.

"Oke, kita kelihatan bagus," gumam Arion sambil memeluk Alina lebih erat.

Aroma tubuh Arion—campuran kayu cendana, amber, dan musk—langsung menyergap Alina. Dia merasa nggak bisa bergerak, bahkan mendadak nyaman di pelukan Arion.

Arion tersenyum kecil sambil mengelus rambut Alina lembut. "Jangan terlalu keras kepala sama s
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Diatur Setelah Nikah : No More GO-JEK!

    Kepanikan Alina semakin memuncak. Bagaimana bisa ia pulang dari Bandara Soetta ke rumahnya tanpa uang sepeser pun? Apalagi berjalan kaki jelas bukan pilihan. "Bapak, maaf, saya… saya nggak bisa ikut sekarang," katanya, suaranya terdengar pasrah. "Dompet saya ketinggalan." Bapak Go-Jek itu langsung memutar bola matanya dengan kesal. "Yah, Neng, udah cape-cape kesini, terus dicancel?" keluhnya, wajahnya masam banget. Saat keributan terjadi, sebuah mobil hitam meluncur pelan ke arahnya. Range Rover yang nggak asing—mobil Arion. Kaca mobil itu turun, dan kepala Arion nongol. Dia ngelihatin Alina dengan ekspresi bingung. "Lo ngapain masih di sini?" tanyanya, datar "Lah mestinya gue yang tanya. Lo ngapain balik kesini lagi? Bukannya lo sudah pergi ninggalin gue?" "Ninggalin lo?!" mata Arion melotot, nadanya tiba-tiba berubah ketus. Alina cuma bisa melongo. "Gue nyariin lo kemana-mana, tahu. Lo jalan cepet banget kayak atlet yang lagi kebelet nyetak gol. Padahal gue cuma pergi

    Last Updated : 2024-11-13
  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Hari Pertama Alina di Sekolah

    Alina menuruni tangga kayu dari kamar lotengnya, menahan pusing yang entah disebabkan oleh jet lag atau setumpuk pikiran tentang pernikahannya dengan Arion kemarin. Semalam Alina sampai jam dua belas malam. Dan sempat berjalan kaki, karena ia memberhentikan Pak Darman hanya sampai di jalan besar, tidak sampai depan rumah. Alina tidak mau mengambil risiko Arion mengetahui lokasi rumahnya. Karena kalau laki-laki itu tahu... Kiamat kecil bisa saja terjadi. Matanya terasa berat, dan dia hanya sempat menyambar seragam seadanya tanpa sempat berias sebelum mendengar langkah kaki Vera di ruang tamu. "Oh, Alina! Kamu baru bangun? Dua harian ini kamu ga tidur di rumah. Kamu dari mana?" Seorang perempuan lebih tua sedikit darinya mengamati ekspresi Alina dengan alis yang sedikit terangkat. Itu Vera, salah satu teman serumah Alina. Ia terlihat siap berangkat kerja dengan tampilan rapi dan tas selempang. Alina buru-buru mengusap wajahnya, berusaha menyembunyikan kantong mata dan bekas g

    Last Updated : 2024-11-14
  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Dipanggil Ke Kantor Kepala Sekolah

    Bibir merah merona dan alisnya yang melengkung sempurna. Alina menahan napas. 'Itu Clarissa...' Pagi ini sungguh sial.. 'Dari semua mobil kenapa harus mobil Clarissa sih?' “Ah, orang-orang ini..." ujar Vera "Tidak bisa berhati-hati apa?—Eh, Ya Tuhan..." Vera hampir terjatuh dari kursinya saat melihat Clarissa. Matanya membelalak. "Bukannya itu ‘Clar si influencer viral’ itu, ya?!” “Vera, sebaiknya kamu pergi. jangan berlama-lama di sini!" Alina mendesah bukannya cepat pergi Vera malah seru menonton seolah tidak mau melewatkan kejadian langka. Clarissa menatap mereka dengan tatapan jijik. Alina tahu, Clarissa pasti bukan tipe yang bisa terima begitu saja, dan dia pasti nggak dapat SIM dengan cara yang benar. “Aku udah bilang hati-hati,” Vera berbisik sambil mematikan mesin mobilnya. 'Ya Tuhan, tolonglah.. Aku masih ingin hidup sampai hari kelulusan.' Alina meringis dalam hati. Dalam pikirannya, kejadian itu jelas-jelas salah Clarissa. Saat mereka mendekati temp

    Last Updated : 2024-11-14
  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Tersesat di Dunia Para Siswa Kaya

    “Saya baru saja mendapat penjelasan bahwa situasi di tempat parkir tadi... Ah, rupanya, kamu hanya berusaha menghindar. Sempit sekali ruangnya, ya?” Alina menelan ludah dan mengangguk pelan. “I..iya, Pak. Saya cuma berusaha parkir, dan... ya, agak sempit,” katanya, memilih kata-kata hati-hati. Dr. Gustav menatapnya beberapa detik, seolah mempertimbangkan sesuatu. “Baiklah. Hati-hati di lain waktu, ya? Dan kalau lain kali ada masalah seperti ini, lapor saja ke bagian keamanan atau guru piket.” Alina nyaris tak mempercayai telinganya. Dengan sedikit ragu, ia mengangguk. “Baik, Pak. Terima kasih.” Dr. Gustav mengangguk. “Baiklah, kamu boleh kembali ke kelas.” Alina mengangguk sekali lagi, tersenyum kecil, lalu berbalik menuju pintu dengan hati-hati. Ternyata Dr. Gustav tidak sekeras yang dia kira—mungkin. Tapi satu hal yang jelas, ini pertama kalinya ia merasa selamat dari teguran kepala sekolah. Saat Alina sudah hampir mencapai pintu, Dr. Gustav memanggilnya kembali. "Alina,

    Last Updated : 2024-11-15
  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Obrolan dengan Dua Murid Lama

    Darren melambaikan tangan sebelum berbalik dan berjalan menuju lorong di arah yang berlawanan. Alina menyaksikannya pergi, menguatkan dirinya dengan sebuah senyuman kecil. Dia tidak bisa bergantung pada Darren untuk menjadi pelindungnya sepanjang tahun ajaran ini. Langkahnya terasa lebih berat ketika dia mulai memperhatikan tatapan-tatapan itu—lebih mencolok sekarang karena dia sendirian, tanpa Darren sebagai tamengnya. Bisikan dari dua murid perempuan terdengar di belakangnya, pelan tetapi cukup tajam untuk membuat telinganya berdenging. "Kudengar dia cuma di sini karena memeras Direktur," bisik seorang gadis dengan nada penuh racun. "Ya, siapa lagi yang bisa mendapatkan beasiswa seperti itu?" balas temannya, suaranya dipenuhi tawa sinis. "Dia rela melakukan apa saja demi tetap di sini. Memalukan." Alina menegakkan bahu, berusaha tak terpengaruh. Dia sudah mendengar desas-desus itu sebelumnya—semua tuduhan tidak berdasar yang dilemparkan untuk menjatuhkannya. Tapi dia ti

    Last Updated : 2024-11-16
  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Menghindar Dari Serangkaian Penghinaan

    Alina, yang berusaha terlihat tidak peduli, hanya mendengarkan sambil menunduk ke buku catatannya. Jantungnya berdetak sedikit lebih cepat. 'Tentu saja dia tidak datang latihan. Dua hari lalu, dia menikahiku secara diam-diam.' Alina ingin menampar dirinya sendiri karena pikiran itu. Tidak ada yang bisa tahu, terutama orang tua Arion, apalagi dua anak laki-laki ini. Hanya kakek Arion dan kerabat dekatnya yang tahu. Juga Daniel... lebih tepatnya. Luther menatap Valerian dengan alis terangkat. "Menurutmu dia ke mana?" Valerian mengangkat bahu, "Mungkin dia punya pacar rahasia. Maksudku, itu menjelaskan kenapa dia nggak pernah cerita soal kehidupan pribadinya." Alina tersentak sedikit, tapi buru-buru menutupi reaksinya dengan membalik halaman buku catatannya. Luther memperhatikan gerak-geriknya, meskipun dia tidak mengatakan apa-apa. "Atau mungkin dia sakit. Tapi, yah, itu memang aneh. Apalagi buat Arion." Valerian menoleh ke Alina ia baru menyadari keberadaannya lagi. "

    Last Updated : 2024-11-16
  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Jebakan dan Tatapan yang Menghukum

    Clarissa memulai, suaranya yang manis namun penuh dengan sindiran menyebar di ruang kelas yang sunyi. "Alina Sari Mentari," katanya dengan nada yang terlalu dramatis. Semua mata di ruangan itu tertuju padanya, dan Alina bisa merasakan mata mereka yang penuh rasa ingin tahu, menunggu cerita yang akan dibagikan. Dalam keadaan lain, Alina mungkin merasa terhina, tapi tidak sekarang. Dengan masa lalu yang penuh cobaan, dan statusnya yang sering dianggap rendah, dia sudah terbiasa dengan cemoohan. Namun, saat Clarissa mulai berbicara, sesuatu di dalam dirinya memuncak. "Alina, benar-benar gadis yang sangat... malang, bukan? Kalian tahu, dia sering tidur dengan banyak pria dewasa." Clarissa tertawa sinis, disusul dengan gelak tawa dari teman-temannya yang sedang mengelilinginya. "Oh, dan apakah kalian tahu siapa yang mengancam ayahku agar bisa sekolah di sini? Tentu saja, Alina." Clarissa menatapnya dengan ekspresi mengejek. "Siapa yang mau memelihara gadis jelek dan miskin sep

    Last Updated : 2024-11-17
  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Wawancara dan Permainan Peran

    Aneh sekali berjumpa dengan orang yang dikira 'tidur' dengannya, bersama putrinya yang juga duduk disampingnya.. Alina kemudian melirik Clarissa menahan kesal. 'Mungkin saja ia mengira aku adalah ibunya?' “Selamat siang, Pak,” ucap Alina sambil sedikit membungkuk sopan. Direktur Eric menoleh dan menyambut Alina dengan wajah berbinar-binar. “Alina... akhirnya kita bertemu lagi. Dan… siapa ini?” Darren segera mengulurkan tangannya dengan ramah. “Darren, Pak. Terima kasih atas beasiswa sepakbola yang diberikan kepada saya dan beberapa teman lainnya untuk masuk ke sekolah HIA ini.” Direktur Eric menjabat tangan Darren sambil tersenyum lebar. “Ah, bagus sekali. Tapi, Darren, bisa tunggu sebentar di sebelah sana? Media nasional HorizoNews akan mengadakan wawancara sebentar lagi bersama Clarissa, Arion, dan Alina.” Benar. Hari ini adalah jadwal untuk wawancara lanjutan. Bagaimana bisa Alina melupakannya? Darren tersenyum dan mengangguk sopan, berjalan menjauh, sementara Alin

    Last Updated : 2024-11-17

Latest chapter

  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Gak Ada Yang Mudah, Semuanya Kacau

    Emosinya terlalu berat buat ditahan. Alina nggak bisa nahan itu, tangisannya pecah lagi di kursi Jeep Darren.. Ketika mereka sampai di depan asramanya, Darren langsung turun dan bawa barang-barang Alina. Hujan udah reda, tapi udara masih dingin menusuk. Darren memapah Alina masuk ke dalam gedung. Di dalam, ada sofa kulit hitam, meja-meja kayu, sama beberapa cowok yang lagi main PS di pojok. Suasana sepi. Darren nggak berhenti, langsung masuk ke lift. Begitu sampai di lantai lima, Darren bawa Alina ke sebuah pintu dan langsung kebuka. Di dalam, Alina lihat sofa kulit, futon hitam di pojok, dan dapur kecil dengan kulkas mini. Tempatnya lebih bagus dari kontrakannya, meskipun nggak semewah rumah Arion. Glen, teman sekamar Darren, udah ngaturin bantal sama selimut di sofa. Dia tersenyum sedih pas lihat Alina. “Lo bisa mandi dulu. Gue udah taruh handuk sama baju ganti di kamar mandi,” katanya. “Gue pikir lo bakal butuh.” Alina ragu, tapi Glen lanjutin, “Kalau lo mau, lo bisa

  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Untungnya, Alina Nggak Sendiri..

    Dengan tangan gemetaran, Alina keluarin ponsel dari kantong belakang. Awalnya, dia kepikiran buat telepon Arion. Tapi, Alina stop. Dia udah terlalu sering ganggu Arion kalau ada masalah, dan dia nggak kasih kabar sama sekali malam ini. Dia pasti lagi sama Clarissa. Alina nggak mau kelihatan lebih butuh di depan dia. Alina akhirnya buka kontak Darren. Dia dan Glen kan baru aja nongkrong di kafe, jadi kemungkinan besar mereka masih melek. Teleponnya langsung diangkat di dering pertama. “Alina? Lo nggak apa-apa?” tanya Darren, suaranya serius. Begitu denger suaranya, Alina langsung nggak tahan lagi. Dia terisak, terus bilang, “Kamar gue bocor dan kebanjiran.” Darren sempat diem sebentar, terus nanya, “Maksud lo kebanjiran? Gue denger ada suara musik, temen-temen lo lagi pada party, kan?” “Ada air setinggi mata kaki lebih di kamar gue. Gue nggak tau mesti gimana. Loly sama Vera lagi minum, dan gue nggak mau ganggu mereka. Tapi gue nggak bisa tinggal di sini,” jawab Alina, suaran

  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Banjir di Tengah Party

    Malam itu Alina berangkat kerja seperti biasa naik Go-Jek. Arion ngajak Clarissa makan malam bareng keluarganya dan kepala sekolah. 'Lagi-lagi dia janji bakal nemenin gue, tapi akhirnya malah sama cewek lain.' Walaupun Alina udah bilang sama diri sendiri kalau mereka cuma temenan, dia nggak bisa berhenti mikirin itu. Hujan nggak berhenti turun selama dua jam terakhir. Pas sampai kafe, suasananya jauh lebih ramai dari biasanya. Orang-orang saling desak-desakan, bikin kulit Alina merinding setiap kali ada yang nabrak. Alina tarik napas dalam-dalam, nyoba tetap fokus. Dia singkirin pikiran soal Arion dan jalan ke meja baru yang ada di pojok ruangan. Ada Darren dan Glen duduk di sana. Alina angkat alis sambil ngeluarin buku catatan dan pena. “Ngapain lo berdua di sini? Besok kan lo pada tanding. Arion bilang kalian harus tidur lebih awal.” Glen cengengesan. “Percaya nggak percaya, meskipun Arion itu kapten kita, dia bukan bos kita kali.” Alina ketawa kecil. “Tapi gue yak

  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Geng Drama Anak Orkay

    Bu Sylvia dan Dr. Gustav berdiri di satu sisi kantor kepala sekolah dengan tatapan tajam seperti mau melubangi kepala murid-muridnya. Di sisi lain, ada Valerian, juga Arion yang berdiri disamping mantan pacarnya yang sok kecentilan. “Ada sedikit kecelakaan waktu makan siang tadi,” kata Arion, menunjuk ke celana jinsnya. “Ada minyak tumpah kena celana saya. Jadi daripada saya bolos, saya minta Valerian buat bantuin beli celana baru. Saya nggak suka bikin guru nunggu lama.” Arion melirik Valerian. “Semua ini gara-gara Valerian, Pak... Minyak itu kan minyak yang lo tumpahin ke meja gue?” Valerian yang berdiri di sebelahnya, nyengir sambil nyikut pelan Arion. “Minyaknya sih enggak, Bro. Tapi kalau celana lo basah, gue yakin itu gara-gara ada Alina di samping lo. Iya nggak, Lin?” Alina menatap Valerian tajam, wajahnya memerah campur marah. “Lo ngomong apa sih? Ngaco banget!” Sementara itu, Arion menghela napas panjang, lalu berkata dingin, “Val, gue nggak perlu lo buat tambah

  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Celana Basah

    “Kayanya seru ngobrol sama Bu Sylvia,” kata Valerian, sambil senyum nakal. “Tapi saya lebih suka ngabisin waktu sama kelompok kimia saya... apalagi lihatin pasangan di depan kita beraksi biar tahu apa itu pemanas tangan.” Dia dan Luther langsung ketawa barengan. Alina langsung ngerasa panas banget di pipi. Ini sih udah bener-bener malu, apalagi Valerian dan Luther kayak nggak berhenti ketawa, sementara Arion tetep santai aja. Alina menunduk, berusaha nyembunyiin mukanya yang udah merah, dan tiba-tiba Alina menemukan tatapan tajam Clarissa di belakangnya. Dia nengok pelan, dan… jelas banget dia cemburu, matanya nyaris meledak. 'Mampus aja gue.' "Jadi apa sebenarnya penghangat tangan itu, Bu?" "Kimia termal, Arion," jawab Bu Sylvia datar sambil tetap fokus ke buku catatan. "Kita pakai buat menghangatkan tangan." Arion malah menyeringai, senyumnya lebar dan sombong banget. Dia sedikit menoleh ke Alina, ekspresinya udah ketebak bakal ngomong sesuatu yang ngeselin. "Tapi gue ya

  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Proyek Kimia: Pemanas Tangan

    Alina melangkah masuk ke kelas dengan santai, tapi perhatiannya langsung tersedot ke keributan di pojok ruangan. Di sana, Arion lagi nangkring sambil menoyor kepala Valerian. “Gara-gara lo,” terdengar suara santai Arion. Valerian malah terkekeh santai sambil menangkis tangan Arion. “Ya ampun, bro. Gue enggak sengaja, sumpah! Lagian, lo juga yang salah duduk di situ.” “Apa urusannya salah gue? Lo tuh yang ceroboh!” Alina yang baru aja masuk cuma nangkep kata-kata itu sekilas, tapi jelas ada sesuatu yang aneh. Alina nggak tahan buat nggak penasaran, jadi dia mendekat. Saat Alina jalan ke arah mereka, mata Arion langsung ngelirik. Tatapannya tajam, kayak lagi ngelihat sesuatu yang nggak bisa dia baca. Sementara Valerian, ya ampun, dasar cowok playboy kelas, dia malah sempet-sempetnya mengedipkan mata ke arah Alina. “Eh, Alina! Lo pas banget dateng. Sini, duduk deket gue aja. Arion lagi bad mood, kayaknya butuh cewek buat nenangin.” Alina lihat Arion yang memperhatikanny

  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Insiden Lapangan

    Arion menyuruh Luther untuk pergi lebih dulu. "Pagi Daniel." Sebenarnya waktu Luther bilang Daniel tiba-tiba nongol, Alina langsung mikir, pasti ada hubungannya sama insiden di pertandingan minggu lalu. Dia kan pelatih kepala dan serius soal reputasi tim. Mungkin dia mau ngomong sama kepala sekolah atau ngurus laporan resmi soal tabrakan itu. Ada kejadian yang nggak diinginkan sebelumnya. Alina inget jelas momen itu. Arion lagi ngejar bola ke arah gawang lawan. Gerakannya cepat, kayak biasa. Tapi di detik berikutnya, pemain bertahan lawan datang dari samping, tabrakan nggak terhindarkan. Suara benturannya kedengeran jelas, sampai bikin Alina kaget. Pemain lawan jatuh duluan, kepala membentur tanah, sementara Arion cuma terhuyung sebelum balik berdiri. Daniel langsung ngelambaiin tangannya ke wasit, nyuruh Alina maju ke lapangan. Tapi pas dia jalan ke arah pemain yang jatuh, wasit malah fokus ke Arion. Mereka debat soal tabrakan itu—apakah pelanggaran atau nggak. Pemain lawan m

  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Ruangan Kepala Sekolah

    "Val. Jangan ganggu Alina lagi. Lo ngerti maksud gue, kan?" Semua orang tahu siapa yang ngomong, bahkan tanpa harus nengok. Valerian langsung menyeringai, dan berhenti mengganggu Alina. Arion ngeliatin Alina sebentar, terus kembali fokus ke ujian, meski wajahnya masih menunjukkan ketegangan yang nggak hilang begitu aja. Lalu gak lama, Pak Rangga mengumumkan kalau sudah waktunya ngumpulin kertas ujian. Luther, sebagai ketua kelas, langsung berdiri dan mulai berjalan ke depan untuk ngumpulin kertas dari murid-murid. Setelah tugasnya selesai, dia bilang ke Pak Rangga kalau dia perlu ke kantor sebentar. Setelah beberapa menit, Luther masuk kembali ke kelas sambil ngos-ngosan. Matanya tampak panik, dan dia langsung mendekati Arion yang duduk tenang di bangku belakang. "Arion, lo harus dengerin gue!" Luther ngomong sambil berusaha ngatur napasnya yang masih berat. Arion yang tadinya asyik dengan buku di mejanya, langsung menoleh ke Luther. "Kenapa lo panik banget?" Luther hamp

  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Ujian Biologi

    Clarissa menatapnya lama, lalu mengangguk. “Bagus. Kalau gitu, semoga lo tetap fokus.” Setelah itu, dia pergi begitu aja. Begitu dia pergi, Alina langsung kirim pesan ke Arion, ngasih tahu semua yang baru aja terjadi, terus minta Loly buat jemput. Loly bales cepat, bilang bakal dateng nanti. Setelah itu, Alina jalan ke kantin. Darren masih di sana, mukanya cemberut ngelihatin pilihan makanan yang ada. Alina ketawa kecil. Setidaknya ada satu hal yang bikin hari ini lebih baik: Darren akhirnya belajar buat nggak gegabah. Kemudian... beberapa minggu berikutnya berlalu begitu aja. Sudah pertengahan September, dan Arion masih rutin nganterin Alina ke sekolah. Dia cuma sampai parkiran, nggak pernah sampai ke gedung sekolah. Malamnya, dia juga selalu tepat waktu antar jemput Alina ke tempat kerja. Alina mulai terbiasa sama keberadaannya. Bahkan, ada beberapa kali dia iseng nge-chat Arion cuma buat ngajak jalan atau sekadar ketemu. Alina benci mengakui ini, tapi lama kelamaan Alina

DMCA.com Protection Status