Semua Bab Obsession In Love: Bab 1 - Bab 7

7 Bab

Bab 1 Arinika

Terlihat seorang gadis yang berjalan terburu buru keluar dari sebuah kos-kosan sambil merapikan pakaiannya. Dia Arinika gadis cantik yang sekarang masih kuliah semester akhir di salah satu perguruan tinggi swasta di kotanya. Arin adalah gadis periang dengan senyum manisnya, kacamata yang dipakainya membuatnya semakin cantik. Dia tak hanya cantik tetapi juga lugu dan polos. “Aduh gawat jangan sampai telat ini,” ujar Arin Sambil tergesa-gesa. Hari ini adalah jadwalnya menemui sang dosen killer, terlambat semenit saja sudah dipastikan ia akan diusir. “Arin mau kemana buru-buru?” teriak seseorang dari kejauhan, seseorang yang Arin kenal. “Mau berangkat kuliah Bu,” saut Arin berteriak tanpa menghentikan langkah kakinya yang cepat. “Tidal mampir dulu sini sarapan,” teriak ibu itu, dia adalah Bu Santi tetangga sekaligus sang pemilik kos-kosan yang selalu baik dengannya. “Tidak Bu, Arin sudah terlambat mau bimbingan,” teriak kembali Arin yang sibuk dengan buku-buku yang dibaw
Baca selengkapnya

Bab 2 Penuh Masalah

Hari telah malam saat Arin pulang dari cafe, jam menunjukkan pukul sembilan malam. Seperti biasa untuk menghemat biaya ia berjalan ke kosnya, Arin berjalan dengan perut yang lapar. Ini akhir bulan uangnya tinggal dua lembar tapi gajian masih satu minggu lagi. Entah akan cukup atau tidak Arin pun tidak tahu, apalagi jika ia diminta revisi lagi otomatis ia harus mencetak ulang. Arin menghela nafasnya memikirkan nasibnya sekarang. Ia yang melihat batu di jalan yang ia lewati pun menendangnya. Sebenarnya ia hanya main-main tetapi tanpa dia sadari ia menendang terlalu keras. Mulutnya terbuka saat batu itu mengenai sebuah mobil yang terparkir di sana. 'Ferrari hitam' batin Arin yang kemudian dirinya begitu menyesal. Rasanya Arin ingin berlari dari sana tetapi dia tak bisa lari dari tanggung jawab. Ia pun berjalan ke arah mobil itu, terlihat kaca mobil itu yang retak. "Ya Tuhan semoga pemiliknya baik hati," batin Arin yang terus berdoa. Arin menoleh saat merasa jika ada seseorang dibel
Baca selengkapnya

Bab 3 Tawaran

Arin berangkat ke rumah Samuel pukul enam lewat tiga puluh menit, ia takut dirinya terlambat sehingga ia berangkat lebih awal. Arin menggunakan angkutan umum menuju ke alamat yang Samuel berikan. Ini pertama kalinya ia ke rumah sang dosen, jantungnya berdetak dengan kencang. Sopir angkot itu menaikkan beberapa penumpang, Arin duduk di samping pintu melihat ke arah jalan raya. Dengan totebag yang ia peluk ia terus menatap jalanan, semakin dekat dengan rumah Samuel membuatnya semakin gugup. Ia pun berhenti di pinggir jalan raya karena angkot itu tidak memasuki kawasan rumah Samuel. Arin harus berjalan kaki menuju ke rumah itu, sekarang sudah pukul tujuh lewat lima belas menit. Arin melihat sekeliling, ia terpukau melihat rumah-rumah mewah disana. Tetapi ia tidak terkejut mengetahui Samuel tinggal di kawasan elit karena mobil yang Samuel naiki pun bernilai miliaran. Tetapi saat sampai di depan rumah Samuel dia pun terdiam dengan mulut yang menganga. Rumah itu benar-benar besar bahkan
Baca selengkapnya

Bab 4 Pekerjaan Baru

Sudah dia hari Arin memutuskan mencari pekerjaan yang bisa menghasilkan uang cukup banyak. Meskipun nantinya Arin belum bisa melunasi setidaknya dalam satu minggu dia harus berusaha mencicilnya. Ia akan meminta kelonggaran waktu lagi setelah satu minggu untuk membuktikan jika ia akan membayarnya. Dia bertanya kesana kemari untuk lowongan pekerjaan, ia tahu hal mustahil mendapatkan pekerjaan dengan gaji besar dalam waktu satu minggu, Namun dirinya tidak mau menyerah begitu saja. “Hy,” panggil seseorang membuat Arin menoleh. “Kamu sepertinya sedang mencari pekerjaan,” ucap wanita dengan kulit putih itu. “Iya Kak, saya membutuhkan uang untuk melunasi hutang,” tutur Arin terus terang berharap wanita di depannya itu bisa membantunya. “Mau gaji besar?” tanya wanita itu yang langsung dijawab anggukan kepala oleh Arin. “Ya sudah ikut saya yuk, bekerja bersama saya nanti saya kenalkan bos saya,” ajak wanita itu membuat mata Arin langsung berbinar. “Benar kak?” tanyanya yang diyakini oleh
Baca selengkapnya

Bab 5 Bergetar

Arin terus menangis dan memohon tetapi mereka tetap mengancam Arin membuat Arin tak berdaya melawan mereka. Mereka mendudukkan Arin di depan meja rias lalu Jessica merapihkan riasan Arin. “Jangan menangis atau video itu akan tersebar!” ancam Jessica membuat Arin mengusap air matanya. Ia meremas dress yang ia kenakan untuk menahan diri agar tidak kembali menangis. Beberapa saat kemudian dirinya telah selesai di make up, Mami Iren pun tersenyum puas. “Hari ini ada tamu spesial jangan sampai membuat kesalahan! Ikuti saja perkataan Jessica,” titah Mami Iren yang tidak dijawab oleh Arin. Arin dengan sangat terpaksa mengikuti Jessica keluar dari ruangan itu. “Jangan memasang wajah seperti itu!” bisik Jessica dengan tatapan mengancam. Suara musik terdengar keras di telinga Arin, banyak wanita menari dengan menggoda. Pakaian mereka begitu seksi seperti yang Arin kenakan sekarang. Banyak mata laki-laki yang menatap Arin membuat Arin semakin takut. Seorang laki-laki menghentikan mere
Baca selengkapnya

Bab 6 Membeku

Saat Arin membuka matanya terlihat jam telah menunjukkan pukul enam pagi, kamar yang begitu besar itu terasa dingin. Suara rintik hujan terdengar di telinga Arin, begitu bising karena dia tidak menyukai hujan. Arin masih mengenakan gaun yang semalam karena ia semalam ketiduran. Arin memilih berjalan ke arah kamar mandi, wajahnya tampak tidak memiliki semangat hidup. Dia berhenti menatap dirinya dari pantulan cermin di depan wastafel. Wajahnya tampak berantakan dan terdapat tanda merah di lehernya. Sekelebat kejadian semalam terlintas di benak Arin membuat Arin langsung mengusap wajahnya dengan air. Arin menghela nafasnya dengan kasar untuk mengatur perasaan hatinya, dia lalu memilih mandi agar pikirannya lebih fresh. Setelah mandi Arin keluar dengan mengenakan bathrobe, saat keluar dari kamar mandi ia baru tersadar jika ia tidak memiliki pakaian. Memakai gaun yang semalam tentu saja tidak mungkin, saat tengah berpikir tiba-tiba pintu kamar dibuka. Ia langsung berbalik ke arah pin
Baca selengkapnya

Bab 7 Diam dan Tetap Berada di Sisi Saya

"Pak Sam," gumam Arin ketika mata hazel itu menatap ke arahnya. Tubuhnya seakan membeku tidak bisa ia gerakan. Laki-laki yang memakai kemeja putih itu berjalan ke arahnya, membuat tubuh Arin terduduk lemas. "Saya mohon lepaskan saya," pinta Arin dengan mata yang berkaca-kaca. "Tidak bisakah kamu diam dan tetap berada di sisi saya?" Beberapa detik kemudian tubuhnya telah berada dalam gendongan Samuel. Arin memberontak dan terus berteriak meminta tolong. Beberapa anak kos keluar karena teriakan Arin dan ingin menghampiri mereka. "Terimakasih atas bantuannya ya, Bu," ucap Samuel kepada pemilik kos-kosan. "Sama-sama," balas ibu itu. "Neng geulis, marah sama suaminya jangan lama-lama," sambung ibu itu sebelum Arin dan Samuel masuk ke dalam mobil. Sopir segera melajukan mobilnya, Arin masih dalam dekapan Samuel. "Lepas!" seru Arin yang merasa tidak nyaman dengan posisi itu. Samuel membiarkan Arin turun dari pangkuannya, Arin duduk di samping Samuel ia merapikan pakaiannya. Ia tidak t
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status