Home / Romansa / Obsession In Love / Bab 3 Tawaran

Share

Bab 3 Tawaran

Author: Nuvola
last update Last Updated: 2024-09-24 10:40:16

"Kita akan menikah hari ini juga!" tegas Samuel yang melangkah menuju pintu.

"Saya bilang saya bisa membayarnya," balas Arin membuat Samuel kembali berbalik.

"Dengan apa? Menjual diri?"

Perkataan Samuel sungguh menggoreskan luka di hati Arin. Samuel berjalan mendekat ke arah Arin, "Kalau iya jual tubuhmu itu ke saya, kamu mau berapa? Satu milyar? Dua miliar? Atau tiga milyar? Saya bisa membayarnya," ujar Samuel.

Tangan kanan Arin melayang untuk memberikan tamparan di pipi Samuel. Namun Samuel segera menahanya, tatapan keduanya begitu tajam. "Kenapa marah? Bukankah itu yang kamu lakukan semalam?"

Cengkraman tangan Samuel di pergelangan tangan Arin semakin kencang membuat Arin meringis. "Apa saya semurah itu di mata Anda?" tanya Arin dengan kedua mata yang telah berair.

"Kamu sendiri yang membuat dirimu murah, bukan?" ujar Samuel yang melepaskan cengkraman tangannya.

"Aku lebih baik mati daripada harus menikah dengan iblis sepertimu!" seru Arin.

Samuel tersulut emosi dia pun langsung mencekik Arin dan mendorong Arin hingga ke balkon. "Kau bilang apa? Mati? Jika itu yang kamu mau aku turuti ucapanmu itu," ujar Samuel yang terus mendorong tubuh Arin.

Arin terlihat panik, cengkraman Samuel pun mencekik lehernya. Arin memukul tangan Samuel agar melepaskannya, tubuhnya sudah bergetar karena dia hampir jatuh. Air mata Arin telah mengalir dia benar-benar ketakutan dengan apa yang Samuel lakukan.

Melihat itu Samuel pun melepaskan Arin membuat Arin tersungkur di lantai. Arin menangis dia sangat tertekan dengan Samuel.

"Apa kamu masih berani melawanku?" tanya Samuel yang dijawab gelengan kepala Oleh Arin.

Samuel berbalik untuk pergi dari kamar itu, "Bersihkan itu!" titah Samuel kepada Alfred.

"Baik Tuan," jawab Alfred segera.

Alfred pun bangkit menghampiri Arin, "Nona apa Anda baik-baik saja?" tanya Alfred yang terlihat iba dengan Arin.

Alfred membantu Arin untuk bangkit dia membawa Arin untuk duduk di tepi tempat tidur. "Saya akan membawakan sarapan yang baru untuk Anda, sebaiknya Anda memakannya agar Tuan tidak lagi marah," tutur Alfred.

Arin hanya menganggukkan kepalanya, Alfred menyuruh maid membersihkan kamar Arin sedangkan dia kembali ke dapur untuk menyiapkan sarapan Arin. Arin duduk di tepi ranjang dengan tubuh yang masih bergetar.

Lehernya masih terasa tercekik membuat Arin mengusapnya. "Nona minum dulu," ucap Alfred yang kembali dengan nampan yang berisi makanan. Dia menyodorkan gelas kepada Arin, Arin pun menerima gelas itu tetapi tangannya masih bergetar.

Arin lalu meminum air itu agar dirinya lebih tenang, "Kalau begitu saya permisi dahulu Nona," ucap Alfred yang dijawab anggukan kepala oleh Arin. "Sebaiknya Anda segera makan agar tidak memicu amarah Tuan lagi," sambung Alfred sebelum dia pergi dari kamar itu.

Setelah cukup tenang Arin pun menuju ke sofa dia duduk disana untuk sarapan. Arin mengatur nafasnya agar lebih tenang dia lalu mulai menyendok makanan itu. Arin nampak kesusahan untuk menekan tetapi dia paksakan karena takut berhadapan dengan Samuel lagi.

Setelah makan Arin tampak lebih tenang dia tetap duduk di sofa karena tak tahu apa yang harus dia lakukan. Lagipula Samuel mengunci pintu kamarnya membuat Arin tidak bisa kemana pun.

Ceklek!

Suara pintu dibuka membuat Arin menoleh ke arah pintu, terlihat Samuel yang datang dan Arin pun langsung berdiri. Dia terlihat waspada dengan Samuel dan itu terlihat jelas di mata Samuel.

"Tanda tangani," ucap Samuel melempar sebuah kertas ke arah Arin.

"Apa ini?" tanya Arin tidak mengerti.

"Surat perjanjian pernikahan," jawab Samuel yang duduk di sofa dengan santainya.

Arin masih berdiri membaca surat itu, dia menaikan sebelah alisnya karena di salam aurat itu hanya Samuel yang diuntungkan.

"Tapi ini... "

"Apa ada masalah dengan isinya? Pernikahan ini juga sebagai cara kamu melunasi hutang bukan?"

Arin menghela nafasnya tidak mampu melawan Samuel.

Surat Perjanjian Pernikahan

1. Pihak perempuan harus mengikuti semua perkataan pihak laki-laki.

2. Pihak perempuan dilarang berhubungan dengan pria lain.

3. Hubungan hanya bisa diputus oleh pihak laki-laki.

Jika perjanjian ini dilanggar oleh pihak perempuan maka pihak laki-laki berhak memberikan hukuman.

"Tapi sampai kapan pernikahan ini?" tanya Arin karena disana tidak tertera kapan pernikahan mereka berakhir.

"Apa kamu buta?" cibir Samuel. "Baca point nomor tiga."

"Hubungan hanya bisa diputus pihak laki-laki."

"Bukankah itu jelas," ucap Samuel.

"Tapi ini sangat tidak adil."

"Kamu berharap apa?"

Pertanyaan itu membuat Arin terdiam dia pun akhirnya menandatangani surat perjanjian itu. Arin kemudian menyerahkan kertas itu ke tangan Samuel dan Samuel ikut menandatanganinya.

Samuel segera bangkit dari duduknya dia pergi dari kamar Arin tanpa mengatakan apapun lagi. Arin merasa lega setelah mendengar pintu kamar yang di tutup. Dia pun merebahkan dirinya di sofa, Arin terlihat tak bertenaga.

Pada akhirnya dia tidak bisa melawan Samuel pria itu begitu membuatnya takut. Terlihat jika Samuel akan melakukan cara apapun agar keinginannya terwujud. Arin hanya bisa meratapi nasibnya yang kurang beruntung itu.

***

Pukul sepuluh pagi Samuel masuk ke kamar Arin untuk memberikan salinan surat perjanjian pernikahan mereka. Tetapi terlihat Arin yang tengah tidur di atas sofa. Samuel pun meletakan kertas itu di atas nakas.

Dia menatap Arin yang terlelap lalu berjalan ke arah Arin. Dia menggendong tubuh Arin membawanya ke tempat tidur. Dengan hati-hati Samuel merebahkan tubuhnya Arin disana. Lalu dia menutup tubuh Arin dengan selimut.

Samuel kembali keluar dari kamar Arin dia menutup pintu dengan perlahan agar Arin tidak terganggu. Samuel pun kembali mengunci pintu itu.

"Tuan, mobilnya sudah siap," ucap seorang pria yang tak lain adalah asisten pribadi Samuel.

Samuel segera mengenakan jas yang Hendrik berikan dia kemudian berjalan keluar untuk segera berangkat ke kantor. Hendrik membukakan pintu mobil untuk Samuel dia lalu menyetir mobil itu dengan kecepatan sedang.

"Kosongkan jadwal saya besok siang karena saya harus ke kampus," titah Samuel.

"Baik Tuan," jawab Hendrik.

Related chapters

  • Obsession In Love   Bab 4 Bergetar

    Tok tok tok Suara ketukan pintu terdengar dan tak lama Alfred masuk ke dalam kamar Arin. "Nona saya kemari ingin memberikan ini dari Tuan Samuel," turut Alfred. Arin menerima skripsinya itu tetapi tidak di tanda tangani Samuel, Arin pun berdecak kesal. Lagi-lagi ada yang perlu dia revisi, Arin merasa jika Samuel mempersulit dirinya. "Apa Pak Samuel ada di rumah?" tanya Arin. "Tuan tadi pergi sebelum makan siang biasanya beliau akan pulang malam," jawab Alfred membuat Arin menghela nafasnya. "Boleh minta tolong Pak?" tanya Arin. "Iya Nona ada yang bisa saya bantu?" "Nanti ketika Pak Samuel pulang katakan padanya jika aku ingin bertemu dengannya, aku tidak bisa menghubunginya karena ponselku hilang," tutur Arin. "Baik Nona, nanti saya akan sampaikan pesan dari Nona," ucap Alfred. "Makan siang Anda sudah dingin apa mau saya ganti, Nona?" tanya Alfred kemudian. "Tidak perlu, saya bisa memakannya." Alfred pun lalu berpamitan untuk keluar dari kamar itu, Sekarang sudah pukul

    Last Updated : 2024-09-24
  • Obsession In Love   Bab 5

    Arin terbangun pukul dua siang dengan masih memakai pakaian tadi. Kepalanya sedikit pusing Arin mungkin karena dia menangis hingga ketiduran dan belum makan siang. Biasanya Alfred akan membawakannya makanan tetapi Arin tidak melihat makanan apapun di dalam kamar. Arin menghela nafasnya lalu dia pun berjalan masuk ke kamar mandi. Arin berdiri di depan wastafel terlihat lehernya yang terdapat tanda merah akibat ulah Samuel. Ketika mengingat itu rasanya Arin ingin kembali menangis. Arin berdiri di bawah shower membiarkan air dingin membasahi kulitnya. Tidak peduli dengan kepalanya yang sakit Arin tetap mandi dengan air dingin. Setelah selesai Arin berjalan ke arah lemari pakaian, disana sudah ada beberapa pakaian untuk dia kenakan. Arin mengambil dress putih dengan motif bunga yang panjangnya selutut. Dia yang melihat tasnya masih tergeletak di lantai pun mengambilnya. Arin melihat roti yang tadi padi diberikan Pak Ujang dia pun langsung memakan roti itu untuk mengganjal perutnya.

    Last Updated : 2024-09-24
  • Obsession In Love   Bab 6 Permintaan

    "Apa cucuku memperlakukanmu dengan baik?" tanya kakek menatap Arin. "Katakan saja pada kakek, jangan takut wajahnya memang tercipta seperti itu," sambung kakek dengan lembut karena melihat Arin yang masih terdiam. "Ba-baik kok Kek," jawab Arin dengan canggung. "Kamu nampak masih muda, bagaimana kamu bisa mau dengan pria tua ini?" tanya kakek membuat Arin mengulum senyumnya. "Tapi tenang saja kakek yakin dia memperlakukanmu dengan baik, bisa terlihat jika dia begitu mencintaimu," sambungnya membuat Arin menelan ludahnya. Dia menatap Samuel sekilas yang terlihat wajah datar Samuel. Kakek Indra berbicara banyak hal, dia terlihat lembut dan penuh perhatian membuat Arin merasa nyaman. Sesekali Kakek Indra membuat gurauan yang membuat Arin tertawa. Samuel masih disana dia hanya memperhatikan Arin dan Kakek. "Apa kesibukanmu sekarang?" "Arin masih mengurus skirpsi Kek, kebetulan Pak Samuel itu dospem Arin Kek," jawab Arin yang muali terbuka dengan Kakek Indra. "Dan Arin satu-satunya

    Last Updated : 2024-10-01
  • Obsession In Love   Bab 7 Mencoba Bernegosiasi

    Bab 7 Saat membuka mata sudah ada beberapa paper bag di atas sofa. Arin pun bangkit dari tempat tidur menuju ke sofa untuk melihat isi paper bag itu. Di dalam paper bag itu berisi beberapa pakaian dan sepatu. Arin segera mandi lalu mengenakan dress berwarna coklat yang panjangnya diatas lutut. Rambutnya ia kepang dan Arin mengenakan kacamata karena dia malas jika harus memakai soflen. Terkadang matanya merasa tidak nyaman jika terus memakainya. Mungkin karena Arin terbiasa memakai kacamata jadi dia lebih nyaman dengan kacamata. Setelah melihat penampilannya dari pantulan cermin, Arin pun keluar dari kamar. Dia turun ke lantai satu Arin melihat Kakek Indra dan langsung menghampirinya. "Pagi Kek," sapa Arin. "Pagi Sayang, ayo kita sarapan," ajak Kakek Indra. "Oh ya Samuel dimana?" "Arin belum melihatnya Kek, mungkin masih di kamar. Apa perlu Arin panggilkan?" "Boleh, kamu panggilkan dia ya. Kakek tunggu di ruang makan," ucap Kakek Indra. "Baik Kek," jawab Arin yang kemudian be

    Last Updated : 2024-10-03
  • Obsession In Love   Bab 8 Persiapan

    Samuel dan Arin sudah berada di dalam mobil mereka akan kembali ke ibu kota karena Kakek sudah membuat janji agar Arin bertemu desainer. Dalam perjalanan Samuel fokus dengan layar macbook yang ada di tangannya. "Bukankah dia minggu terlalu cepat," ucap Arin tiba-tiba tetapi tidak membuat Samuel beralih dari macbooknya. "Pak." "Jangan lupa dengan perjanjian kita." "Tapi dalam perjanjian itu tidak menyebutkan kita akan segera menikah," timpal Arin. "Kamu lupa point perjanjian itu?" balas Samuel yang kini menatap Arin. Seolah-olah mengingatkan jika Arin harus mengikuti semua perkataan Samuel. Arin mendengus kesal karena bagaimanapun dia telah menandatangani surat perjanjian itu. "Bukankah perjanjian itu berlaku ketika kita sudah menikah?" ucap Arin yang masih mencari cara agar Samuel mengundurkan pernikahan mereka. "Jadi menurutku sebaiknya kita menikah setelah aku lulus," sambung Arin. "Ternyata benar ya kata orang," ucap Samuel menatap Arin membuat Arin pun menatap Samuel seol

    Last Updated : 2024-10-04
  • Obsession In Love   Bab 9 Wedding

    Jam sudah menunjukkan pukul satu dini hari tetapi Arin masih belum bisa memejamkan matanya. Dia tidak bisa tidur dadanya terasa sesak membayangkan pernikahannya bersama Samuel yang akan berlangsung besok pagi. Sebagai wanita tentu saja Arin bermimpi menikah dengan pria yang dia cintai. Tetapi besok Arin harus menikah dengan pria yang dia benci. Arin mengingat kedua orang tuanya, dia takut jika keputusannya sekarang membuat orang tuanya kecewa. Arin mengusap wajahnya dia terlihat gusar, helaan nafas terdengar beberapa kali. Rasa haus kini datang membuat Arin mengerucutkan bibirnya karena air minum di dalam kamarnya ternyata sudah habis. Arin pun segera keluar dari kamarnya. Saat Arin keluar kedua bodyguard itu terlihat waspada, "Saya hanya mau ke dapur," ucap Arin yang melewati mereka. Arin berjalan menuju ke dapur yang ada di pantai satu, dia membuka kulkas untuk mengambil air dingin. Arin mengisinya ke dalam gelas, setelah gelas itu penuh Arin pun menutup kulkasnya kembali.

    Last Updated : 2024-10-06
  • Obsession In Love   Bab 10 After Marriage

    Tak nampak kebahagiaan di wajah Arin, dia kini hanya fokus untuk sidang. Entah harus bahagia atau tidak Arin juga tidak mengerti padahal dulu dia sangat menggebu-gebu untuk wisuda. Tetapi sekarang ia tak nampak semangat, ia berjalan lesu menuju taman yang ada di kampusnya itu. Tadi setelah mandi Arin langsung pergi ke kampus, dia tahu jika Samuel tidak berada di rumah jadi karena tidak ada yang bisa dia lakukan di rumah membuat Arin berjalan menuju ke kampus. Arin tidak berniat untuk segera pulang, padahal jam telah menunjukkan pukul dua siang. Siang itu matahari sangat panas terasa membakar kulitnya, Arin pun memutuskan untuk mencari tempat yang lebih nyaman. Arin menuju ke perpustakaan, saat tengah berjalan ia berpapasan dengan Samuel. Layaknya mahasiswa lain kepada dosennya iya pun menyapanya. Walau sebenarnya dia enggan tetapi banyak mahasiswa lain disana. Arin memakai kacamata dengan rambut yang ia cepol, iya duduk di salah satu kursi yang ada di perpustakaan itu. Tak bern

    Last Updated : 2024-10-07
  • Obsession In Love   Bab 11 Jiwa Iblis

    "Tapi saya tidak bisa keluar dari pekerjaan saya begitu saja, Pak. Sisa gaji saya tidak akan diberikan jika saya keluar begitu saja," terang Arin. Samuel menatap lekat wajah Arin, matanya begitu tajam seakan ingin membunuh Arin. Arin melangkah mundur tetapi Samuel segera menarik pinggangnya hingga tubuh mereka merapat. Tanpa aba-aba Samuel melumat bibir itu membuat Arin terkejut, ia memukul dada Samuel agar Samuel melepaskannya. Dan saat Samuel melepaskannya ciuman itu, satu tamparan mendarat di pipi Samuel. Tatapan Samuel semakin tajam. "Saya ingin memberikan hukuman kecil untuk bibir ini yang sangat cerewet," bisik Samuel yang kembali melumat bibir Arin. Arin segera mendorong tubuh Samuel dia tidak suka Samuel melakukannya. Meskipun sudah menikah Arin tidak akan membiarkan Samuel menyentuhnya begitu saja. "Kamu berani melawan saya?" ucap Samuel dengan suara bariton. Arin tak sanggup membuka mulutnya, lidahnya seakan keluh. "Saya minta hak saya malam, Arinika," imbuh Samuel.

    Last Updated : 2024-10-08

Latest chapter

  • Obsession In Love   Bab 119 End

    Langit pagi itu mendung, seolah menyelimuti bumi dengan kesedihan yang tenang. Angin bertiup lembut, menyapu dedaunan yang jatuh di sepanjang jalan menuju pemakaman. Arin berdiri diam di depan dua nisan yang tertata rapi, dengan nama kedua orang tuanya terpahat di atas batu marmer putih. Matanya berkaca-kaca, tapi bibirnya menyunggingkan senyuman kecil yang penuh makna. Di sampingnya, Samuel berdiri memegang Noah yang tertidur dalam pelukannya. Bayi mungil itu tampak tenang, seolah memahami bahwa hari ini adalah momen penting bagi mamanya. Sementara itu, Fani berdiri beberapa langkah di belakang mereka, menjaga jarak, tapi tetap waspada seperti biasanya. Arin menghela napas panjang, mencoba menenangkan hatinya yang bergejolak. “Akhirnya, aku kembali ke sini, Ayah, Ibu,” katanya pelan, nyaris seperti bisikan. Suaranya bergetar, tapi ia mencoba untuk tetap tegar. “Aku tahu... sudah terlalu lama aku tidak datang. Tapi sekarang, aku punya banyak hal yang ingin aku ceritakan.” Samuel

  • Obsession In Love   Bab 118

    Mila masuk ke apartemen bersama dengan Rocky, Rocky langsung berlutut untuk melepaskan heels yang Mila kenakan. “Aku bisa sendiri, Mas.”“Tapi selama ada aku, kamu tidak boleh melakukannya sendiri,” ucap Rocky yang menarik hidung Mila. “Bagaimana apa kamu lelah? Atau mual?“Tidak Mas, aku baik-baik saja. Gerah sekali, aku mau mandi dulu ya.”“Jangan mandi malam-malam,” larang Rocky.Dari dulu Rocky memang perhatian tapi setelah mengetahui jika Mila hamil dia semakin perhatian.“Gerah Mas.”“Nanti sakit Sayang, sudah ayo ganti baju lalu tidur,” tutur Rocky yang langsung menggendong Mila. Mila dengan refleks mengalungkan tangannya di leher Rocky. Mila akhirnya patuh dengan perkataan Rocky yang melarangnya untuk mandi. Dia hanya mengganti pakaiannya dengan baju tidur. “Loh Mas kok mandi?” protes Mila. “Gerah.”“Curang!”Rocky mencium pipi Mila dengan gemas, “Aku khawatir kamu sakit, Sayang. Kita tidur ya.”Rocky menuntun Mila naik ke atas tempat tidur, dengan lengan Rocky sebagai bant

  • Obsession In Love   Bab 117 Kelahiran dan Kematian

    Malam itu begitu tenang. Samuel duduk di samping Arin yang terbaring di ranjang rumah sakit. Wajahnya pucat, tetapi senyum kecil tak pernah lepas dari bibirnya. Di pelukannya, seorang bayi mungil yang baru saja lahir beberapa jam lalu. "Noah," bisik Samuel, matanya menatap lembut ke wajah anak itu. "Aku ingin menamainya Noah. Untuk menghormati Ayahmu, Arin. Dia pasti bangga." Arin tersenyum meski lelah. Air mata hangat mengalir dari sudut matanya. "Noah... Nama yang indah.”Samuel membelai rambut Arin dengan penuh kasih. Di dalam hatinya, ia berjanji untuk menjaga dua orang yang paling ia cintai ini dengan segenap jiwa raganya. "Kamu tahu, aku tidak pernah seberharap ini sebelumnya," ujar Samuel, suaranya pelan tapi penuh emosi. "Melihat kamu dan Noah… rasanya seperti semua perjuangan selama ini terbayar." Arin mengangguk kecil. Tubuhnya masih lemah setelah proses persalinan yang cukup panjang. Tapi melihat bayi mereka yang sehat dan Samuel yang selalu ada di sisinya, ia meras

  • Obsession In Love   Bab 116

    Mentari pagi menyelinap dari celah-celah tirai jendela kamar tidur mewah milik Samuel dan Arin. Suara burung yang berkicau terdengar lembut, seolah menyambut hari baru yang penuh kebahagiaan. Arin membuka matanya perlahan. Dia menoleh, menemukan Samuel yang sudah duduk di tepi ranjang, mengenakan kemeja putih yang digulung di bagian lengannya. Tatapan pria itu hangat, penuh cinta. “Pagi, istriku,” sapa Samuel sambil tersenyum. Arin tersenyum kecil, matanya masih setengah mengantuk. “Pagi, suamiku. Kenapa bangun pagi-pagi sekali? Biasanya kamu kan malas-malasan dulu.” Samuel tertawa kecil, lalu membelai rambut Arin dengan lembut. “Aku cuma ingin memastikan kamu istirahat dengan cukup. Lagipula, ada sesuatu yang spesial hari ini.” Arin mengerutkan kening, bingung. “Spesial? Apa? Hari ini bukan ulang tahun kita, kan?” Samuel mengangguk pelan, wajahnya penuh rahasia. “Nanti juga kamu tahu. Yang penting sekarang, kamu siap-siap, ya. Aku mau kita habiskan hari ini dengan santai, cu

  • Obsession In Love   Bab 115

    Pagi itu, Arin berdiri di depan gedung utama Venus Corporation. Bangunan megah itu terlihat kokoh, tapi di matanya, gedung itu seperti menyimpan luka lama. Perusahaan yang dulu milik kedua orang tuanya telah mengalami begitu banyak perubahan buruk di tangan Irawan. Namun sekarang, semuanya ada di tangannya. Arin menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan hatinya. Ini adalah langkah besar, dan dia tidak boleh gagal.Di sampingnya, Samuel berdiri dengan tenang. Wajahnya seperti biasa, penuh ketegasan, tapi ada senyum kecil yang membuat Arin merasa lebih percaya diri.“Kamu yakin bisa handle semuanya?” tanya Samuel, memecah keheningan.Arin menoleh, tersenyum tipis. “Aku harus bis. Ini perusahaan orang tuaku, Mas. Aku tidak bisa biarin apa yang mereka bangun terbuang sia-sia.”Samuel mengangguk. “Kalau kamu butuh bantuan, Mas selalu ada. Mas tahu ini berat, tapi kamu tidak sendirian.”Mendengar itu, Arin merasa lebih lega. Ada kekuatan dalam kata-kata Samuel yang membuatnya yakin la

  • Obsession In Love   Bab 114

    Clara berdiri di depan cermin besar di kamar pribadinya. Gaun merah yang membalut tubuhnya terlihat sempurna, namun wajahnya menyimpan kelelahan yang sulit disembunyikan. Senyum tipis menghiasi bibirnya, meskipun hatinya penuh amarah. Samuel. Nama itu terus berputar di kepalanya. Dia ingat betul bagaimana pria itu menatapnya dingin beberapa hari yang lalu, menolak kehadirannya tanpa sedikit pun ragu.“Dia tidak bisa terus seperti ini,” gumam Clara pada dirinya sendiri, suaranya hampir seperti bisikan. Matanya menatap pantulan dirinya dengan tajam, seolah mencoba meyakinkan diri bahwa dia masih punya kendali. ---Di ruang tamu, Irawan berdiri dengan wajah merah padam. Di depannya, Bella berdiri dengan koper besar di tangannya. Wanita itu mengenakan pakaian sederhana, tidak seperti biasanya. Wajahnya yang biasanya penuh senyum kini terlihat dingin dan penuh kebencian. “Kamu mau ke mana?” suara Irawan terdengar keras, hampir seperti teriakan. Bella menatapnya dengan tenang, tapi sorot

  • Obsession In Love   Bab 113 Kedatangan Samuel

    Pagi itu, suasana kantor pusat Venus terasa berbeda. Setelah konfrontasi besar yang terjadi kemarin, berita tentang keberanian Arin menyebar seperti api. Namun, meski kemenangan awal itu membuat hatinya sedikit lega, ia tahu ancaman belum berakhir. Irawan dan Clara tidak akan tinggal diam. Arin duduk di ruangannya, memandangi secangkir teh yang sudah dingin. Matanya menatap kosong ke luar jendela besar, pikirannya melayang pada langkah selanjutnya yang harus ia ambil. Fani mengetuk pintu perlahan sebelum masuk dengan membawa beberapa dokumen.“Nyonya Arin, ini proposal yang harus Nyonya tandatangani untuk rapat siang nanti,” ujar Fani sambil meletakkan map di meja. “Dan tadi ada kabar dari Tuan Samuel. Katanya beliau sudah di jalan ke sini.”Arin tertegun, menoleh cepat ke arah Fani. “Mas Samuel... akan datang ke sini?”“Iya, Nyonya. Katanya mau mendukung Ibu langsung di hadapan para pemegang saham,” jawab Fani dengan senyum kecil. “Sepertinya beliau tidak mau cuma diam melihat Nyony

  • Obsession In Love   Bab 112 Konfrontasi di Venus

    Langit pagi itu cerah, tapi hati Arin penuh badai. Di balik ketenangan wajahnya, ada amarah yang telah lama ia simpan. Hari ini, ia akan menyelesaikan semuanya, mengembalikan apa yang seharusnya menjadi miliknya—Venus, perusahaan yang dibangun oleh kedua orang tuanya dengan penuh cinta dan kerja keras. Terakhir dia memang berhasil membuat Irawan dan Clara diusir tapi dengan licik mereka memanipulasi semua lagi. Para pemegang saham lebih percaya dengan omongan mereka daripada ArinArin berdiri di depan cermin besar di kamar utama. Gaun formal berwarna hitam yang ia kenakan memancarkan aura kekuatan. Rambutnya disanggul rapi, memberi kesan elegan namun tegas. Di belakangnya, Fani berdiri dengan tangan di pinggang, seperti biasa dengan ekspresi serius.“Bu Arin, semua dokumen sudah siap. Rekaman suara dan bukti saham yang Ibu minta sudah saya simpan di tas kerja. Kalau ada yang coba macam-macam, saya juga sudah siap.” Fani.Arin tersenyum tipis. “Terima kasih, Fani.”Ruang rapat di lant

  • Obsession In Love   Bab 111

    Pernikahan Mila dan Rocky berjalan dengan sangat lancar. Arin yang ikut menyaksikan pernikahan mereka pun ikut merasa senang. Pernikahan yang penuh kebahagiaan dan rasa haru itu mampu membuat Arin sedikit iri. Iri karena kedua orang tua Mila yang hadir, kasih sayang orang tua Mila membuat Arin merindukan kedua orang tuanya. Samuel yang menggandeng tangan Arin merasakan tangan itu semakin dingin. "Apa kamu baik-baik saja, Baby?" tanah Samuel yang nampak cemas. Arin menganggukan kepalanya dengan tersenyum kecil. Samuel tak bisa ia bohong dia mengerti jika Arin sedang tidak baik-baik saja. Tapi Samuel tak mau bertanya lebih karena mereka belum kembali ke rumah. Keduanya berjalan keluar dari gedung pernikahan itu, Alec membukakan pintu mobil untuk mereka. Arin dan Samuel pun segera masuk ke dalam mobil. Samuel membawa Arin agar bersandar di dadanya. Pria itu mencium puncak kepala Arin membuat Arin merasa nyaman. Diusapnya perut Arin yang sudah membesar itu. "Baik-baik ya Sayang di dal

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status