Share

Bab 5 Bergetar

Arin terus menangis dan memohon tetapi mereka tetap mengancam Arin membuat Arin tak berdaya melawan mereka. Mereka mendudukkan Arin di depan meja rias lalu Jessica merapihkan riasan Arin.

“Jangan menangis atau video itu akan tersebar!” ancam Jessica membuat Arin mengusap air matanya.

Ia meremas dress yang ia kenakan untuk menahan diri agar tidak kembali menangis. Beberapa saat kemudian dirinya telah selesai di make up, Mami Iren pun tersenyum puas. “Hari ini ada tamu spesial jangan sampai membuat kesalahan! Ikuti saja perkataan Jessica,” titah Mami Iren yang tidak dijawab oleh Arin.

Arin dengan sangat terpaksa mengikuti Jessica keluar dari ruangan itu. “Jangan memasang wajah seperti itu!” bisik Jessica dengan tatapan mengancam.

Suara musik terdengar keras di telinga Arin, banyak wanita menari dengan menggoda. Pakaian mereka begitu seksi seperti yang Arin kenakan sekarang. Banyak mata laki-laki yang menatap Arin membuat Arin semakin takut. Seorang laki-laki menghentikan mereka ingin mendekati Arin, Jessica menghalanginya dengan meraba dadanya.

“Maaf ya Tuan, untuk tidak bisa malam ini,” ucap Jessica.

“Wanita baru bukan? Mungkin besok kita akan bermain, cantik,” ucap laki-laki itu yang mengusap lengan Arin membuat Arin melangkah ke belakang.

Jessica masih tersenyum manis hingga laki-laki itu pergi, setelah itu mereka menuju ke sebuah ruangan. “Lakukan yang terbaik, jangan sampai membuat masalah atau kau akan terima akibatnya!” ancam Jessica.

Dada Arin bergemuruh tubuhnya bergetar, kedua telapak tangannya terasa dingin. Ia begitu takut memasuki ruangan itu, Arin tak membayangkan dirinya akan berakhir disini. Sungguh dia merutuki dirinya yang begitu mudah percaya dengan orang lain.

Jessica membuka pintu VIP itu lalu ia pun masuk diikuti oleh Arin. Arin masuk dengan menundukkan kepalanya, ia tak berani mengangkat kepalanya. Tangannya juga berusaha menutupi belahan dada meskipun Jessica selalu menarik tangannya beberapa kali.

“Duduklah di samping salah satu mereka dan goda mereka pastikan mereka puas dengan pelayananmu,” bisik Jessica membuat Arin semakin gemetaran. “Namun satu hal yang harus kamu ingat jangan berusaha mendekati pria dengan kemeja hitam itu!” imbuh Jessica membuat Arin sedikit mengangkat wajahnya untuk melihat laki-laki yang Jessica maksud.

Arin mematung saat pandangan matanya bertemu dengan laki-laki yang Jessica maksud. ‘Pak Sam' batin Arin ketika tatapan laki-laki itu menatapnya tajam.

Samuel lalu mengalihkan pandangannya seolah tidak perduli dengan Arin. Jessica mendorong tubuh Arin agar berjalan, sungguh ia begitu takut karena pandangan mereka begitu menakutkan seakan-akan akan menelan dirinya.

“Sepertinya wanita baru,” ucap salah satu laki-laki. “Kemarilah cantik,” panggilnya membuat Arin justru melangkah mundur.

Jessica berbisik untuk mengancamnya lagi membuat Arin semakin bergetar. Ia pun akhirnya melangkah maju dan langsung duduk di samping Samuel. Jessica yang melihat itu begitu terkejut, tak hanya Jessica tetapi yang lain pun demikian. Samuel memang suka berada disana, tetapi tak pernah sekalipun ia mau di sentuh oleh wanita.

Jika ada yang berani menyentuhnya maka tidak segan-segan Samuel mematahkan tangannya. Arin menggenggam lengan Samuel dengan sangat memohon. “Pak Tolong,” ucapnya dengan suara bergetar.

Jessica langsung menghampirinya untuk menyingkirkan Arin dari sisi Samuel. “Maaf Tuan dia anak baru,” ucap Jessica segera.

“Pak, saya mohon tolong saya,” pinta Arin dengan memohon.

Pintu ruangan itu terbuka terlihatlah Mami Iren yang masuk ke ruangan itu. “Tuan Samuel,” panggil Mami Iren yang terlihat tergesa-gesa. “Maafkan kami, saya pastikan ia mendapat pelajaran,” sambung Mami Iren yang menarik tangan Arin.

Namun Samuel segera menahannya, ia menutup tubuh Arin menggunakan jas miliknya. Detik kemudian tubuh Arin telah melayang, ia berada dalam gendongan Samuel. Arin langsung menenggelamkan wajahnya di dada Samuel, tanpa mengatakan apapun Samuel membawa Arin keluar dari sana.

Mami Iren hendak menghentikan mereka namun seorang laki-laki yang tak lain adalah asisten pribadi Samuel menghentikannya. “Tuan Samuel tidak bisa membawanya begitu saja, harus ada harga untuk itu,” ucap Mami Iren.

“Harus ada harga juga karena telah menjebak Nyonya Xalvandor, berdoa saja agar bisnismu ini tidak hancur,” balas Hendrik membuat semua orang yang berada disana tercengang.

Mereka terkejut jika wanita yang Jessica bawa adalah kekasih Samuel. Wajah Mami Iren dan Jessica langsung memucat keduanya mematung atas kepergian Samuel dan Arin.

Arin terus menenggelamkan wajahnya di dada Samuel saat Samuel membawanya keluar dari bar itu. Samuel lalu menurunkan Arin di samping mobilnya, ia membuka pintu agar Arin masuk. Tak ada alasan untuk Arin tidak mengikuti Samuel apalagi Samuel telah membantunya keluar dari sana.

Arin melihat sekilas ke arah Samuel sebelum ia masuk ke dalam mobil, wajah Samuel nampak memerah. Samuel pun menutup pintu mobil dengan sangat keras membuat Arin terkejut.

Samuel masuk ke dalam mobil ia langsung mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi membuat Arin nampak takut. Samuel tak mau mendengarkan teriakan Arin yang memintanya mengurangi kecepatan, terlihat laki-laki itu tengah di selimuti oleh amarah. Arin yang begitu takutnya hingga tak sadar air matanya menetes, hingga mobil pun berhenti tepat di depan pintu masuk rumah Samuel.

Arin pun bernafas lega, namun baru saja dia mengatur nafas tiba-tiba Samuel menarik tanganya untuk turun dari mobil. Ia menggenggam erat tangan Arin hingga membuatnya meringis. Eluhan Arin sama sekali tidak Samuel dengar hingga mereka masuk ke dalam kamar Arin.

Samuel melepaskan genggaman tangannya dan langsung mendorong Arin ke atas tempat tidur. Arin begitu terkejut hingga belum sempat ia terbangun, Samuel telah berada di atas tubuhnya.

“Pak, apa yang Anda lakukan?” tanya Arin dengan paniknya.

Samuel tidak menjawab ia langsung melumat bibir Arin membuat Arin memberontak. Meskipun Arin memberontak namun tenaganya tak mampu membuat Samuel berhenti. Samuel justru kini berada di leher Arin meninggalkan beberapa tanda merah disana.

“Pak, saya mohon hentikan,” pinta Arin dengan air mata yang terus menetes.

“Bukankah kamu disana untuk menjual tubuhmu ini, lalu kenapa sekarang menangis?” tanya Samuel menatap tajam manik mata Arin. “Kamu menolakku dan justru memilih menjual tubuhmu itu?” sambungnya lagi.

Arin hanya bisa menggelengkan kepalanya, apa yang Samuel katakan benar-benar menyakiti hatinya. Tak ada niatan sedikit pun Arin melakukan itu dia hanya di tipu oleh mereka. Namun, Samuel yang penuh amarah tak mau mendengarkan penjelasan Arin.

Arin pun sesenggukan dia tidak lagi memberontak dan hanya suara tangis yang terdengar. Hal itu mampu menyadarkan Samuel hingga Samuel langsung bangkit. Ia melempar barang yang ada di atas nakas untuk meluapkan emosinya.

“Jangan pernah berpikir bisa keluar dari rumah ini!” seru Samuel yang kemudian keluar dari kamar itu.

Suara nyaring terdengar saat Samuel menutup pintu dengan membantingnya. Kini Arin seorang diri di kamar itu dengan memeluk tubuhnya sendiri.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status