Home / Romansa / Obsession In Love / Bab 6 Permintaan

Share

Bab 6 Permintaan

Author: Nuvola
last update Last Updated: 2024-10-01 23:27:15

"Apa cucuku memperlakukanmu dengan baik?" tanya kakek menatap Arin. "Katakan saja pada kakek, jangan takut wajahnya memang tercipta seperti itu," sambung kakek dengan lembut karena melihat Arin yang masih terdiam.

"Ba-baik kok Kek," jawab Arin dengan canggung.

"Kamu nampak masih muda, bagaimana kamu bisa mau dengan pria tua ini?" tanya kakek membuat Arin mengulum senyumnya. "Tapi tenang saja kakek yakin dia memperlakukanmu dengan baik, bisa terlihat jika dia begitu mencintaimu," sambungnya membuat Arin menelan ludahnya. Dia menatap Samuel sekilas yang terlihat wajah datar Samuel.

Kakek Indra berbicara banyak hal, dia terlihat lembut dan penuh perhatian membuat Arin merasa nyaman. Sesekali Kakek Indra membuat gurauan yang membuat Arin tertawa. Samuel masih disana dia hanya memperhatikan Arin dan Kakek.

"Apa kesibukanmu sekarang?"

"Arin masih mengurus skirpsi Kek, kebetulan Pak Samuel itu dospem Arin Kek," jawab Arin yang muali terbuka dengan Kakek Indra. "Dan Arin satu-satunya mahasiswi yang dia bimbing," sambung Arin.

"Jadi kalian jatuh cinta karena sering bertemu sebagai dosen dan mahasiswi?" tanya Kakek Indra. Arin tersenyum seakan dia tengah tersipu malu membuat Samuel mengangkat sebelah Alisnya.

Dering telepon Samuel membuat Samuel bangkit dari duduknya. "Aku permisi dulu, ada pekerjaan yang harus aku urus," pamit Samuel yang mendapatkan anggukan dari Kakek Indra.

Samuel mendekat ke arah Arin seakan dia mencium pipi Arin. "Apapun yang kamu rencanakan, jangan berharap untuk bisa melakukannya," ucap Samuel dengan penuh penekanan.

"Apa dia mengetahui rencananya?" batin Arin. Melihat rumah Kakek Indra yang tak banyak bodyguard membuat Arin berpikir untuk melarikan diri dari sana. Meskipun Kakek Indra sangat baik dan ramah tetapi dia tetap tidak mau menikah dengan Samuel.

"Kalian sangat serasi," ucap Kakek Indra setelah Samuel pergi karena berpikir jika Samuel mencium pipi Arin.

"Rumah Kakek sangat nyaman, udaranya juga masih sejuk," ucap Arin mengalihkan topik.

"Makanya Kakek lebih memilih tinggal disini daripada bersama Samuel di ibu kota."

Kakek Indra terbatuk-batuk membuat Arin mengusap punggungnya. "Kakek sebaiknya istirahat ini juga sudah malam," ucap Arin.

"Baiklah Kakek akan istirahat kita lanjutkan mengobrol nanti," balas Kakek Indra.

"Iya Kakek, biar Arin antar ke kamar ya," ucap Arin yang bangkit.

Kakek Indra pun bangkit dari duduknya dia berjalan menggunakan tongkat menuju ke kamarnya. Arin membantu Kakek Indra untuk duduk di tempat tidur. "Arin, duduk sini dulu," pintanya yang menepuk sisi tempat tidur.

"Iya Kek ada apa?" tanya Arin.

"Kakek sudah sangat tua, bolehkah Kakek minta sesuatu kepadamu?" tanya Indra dengan wajah yang sangat serius.

"Kakek mau apa? Arin akan berusaha memberikannya."

"Umur Kakek pasti tidak akan lama lagi."

"Kakek jangan berbicara seperti itu, kakek kan masih sehat," ucap Arin segera. Arin tidak suka dengan perkataan Kakek Indra karena dia tidak mau kehilangan orang yang dia sayangi lagi. Meskipun Arin baru mengenal Kakek Indra dan meskipun dia membenci cucu Kakek Indra tetapi Arin tersentuh dengan kasih sayang yang Kakek Indra berikan.

"Iya memang kakek masih sehat tapi Kakek sudah sangat tua, Arin," tutur kakek Indra. "Kakek hanya ingin melihat cucu Kakek hidup bahagia dengan keluarga kecilnya, Kakek ingin melihat dia memiliki anak," sambung Kakek Indra membuat Arin terdiam.

"Maaf jika Kakek membebanimu," imbuh Kakek Indra karena melihat Arin yang terdiam.

"Tidak Kek, Arin mengerti kok," balas Arin.

"Tolong jangan tinggalkan dia ya," pinta Kakek Indra. Arin butuh waktu untuk menjawabnya dan akhirnya dia pun menganggukkan kepalanya. Melihat Arin yang mengangguk membuat Kakek Indra tersenyum. "Kakek tahu kamu wanita baik, Samuel tidak mungkin salah memilih wanita," imbuhnya membuat Arin memaksakan senyumnya.

Setelah pembicaraan itu Arin pun keluar dari kamar Kakek Indra, ia membiarkan kakek beristirahat. Arin bingung dimana harus kemana hingga Paman Erwin pun menghampirinya.

"Nona mari saya antar ke kamar Anda," ucap Paman Erwin. Arin pun mengikuti langkah Paman Erwin menuju ke sebuah kamar yang ada di lantai dua.

"Ini adalah kamar Anda dan sebelah kanan itu adalah kamar Tuan Muda Samuel," jelas Erwin.

"Terimakasih Paman."

"Jika Anda membutuhkan sesuatu bisa memanggil saya," ucap Erwin membuat Arin menganggukan kepalanya.

Sekarang masih pukul delapan malam dan Arin belum mengantuk dia pun memilih kembali keluar dari kamar untuk melihat-lihat rumah Kakek Indra. Dia ingin mencari celah agar dirinya bisa lepas dari Samuel. Saat tengah berkeliling tiba-tiba suara Samuel mengagetkannya.

"Apa yang kamu rencanakan hm?"

"Ti-tidak ada Pak, saya hanya berkeliling karena belum mengantuk," jawab Arin terbata karena dia terkejut dengan kehadiran Samuel.

"Masuk kamar!" tirah Samuel.

"Baik Pak," jawab Arin yang kemudian mempercepat langkahnya menuju ke kamar.

Arin menutup rapat pintu kamar, jantungnya hampir saja copot karena Samuel. Wajah Samuel nampak dingin dengan tatapan tajam seakan bisa membunuh Arin kapan saja. Arin mengatur nafasnya agar detak jantungnya kembali normal.

Related chapters

  • Obsession In Love   Bab 7 Mencoba Bernegosiasi

    Bab 7 Saat membuka mata sudah ada beberapa paper bag di atas sofa. Arin pun bangkit dari tempat tidur menuju ke sofa untuk melihat isi paper bag itu. Di dalam paper bag itu berisi beberapa pakaian dan sepatu. Arin segera mandi lalu mengenakan dress berwarna coklat yang panjangnya diatas lutut. Rambutnya ia kepang dan Arin mengenakan kacamata karena dia malas jika harus memakai soflen. Terkadang matanya merasa tidak nyaman jika terus memakainya. Mungkin karena Arin terbiasa memakai kacamata jadi dia lebih nyaman dengan kacamata. Setelah melihat penampilannya dari pantulan cermin, Arin pun keluar dari kamar. Dia turun ke lantai satu Arin melihat Kakek Indra dan langsung menghampirinya. "Pagi Kek," sapa Arin. "Pagi Sayang, ayo kita sarapan," ajak Kakek Indra. "Oh ya Samuel dimana?" "Arin belum melihatnya Kek, mungkin masih di kamar. Apa perlu Arin panggilkan?" "Boleh, kamu panggilkan dia ya. Kakek tunggu di ruang makan," ucap Kakek Indra. "Baik Kek," jawab Arin yang kemudian be

    Last Updated : 2024-10-03
  • Obsession In Love   Bab 8 Persiapan

    Samuel dan Arin sudah berada di dalam mobil mereka akan kembali ke ibu kota karena Kakek sudah membuat janji agar Arin bertemu desainer. Dalam perjalanan Samuel fokus dengan layar macbook yang ada di tangannya. "Bukankah dia minggu terlalu cepat," ucap Arin tiba-tiba tetapi tidak membuat Samuel beralih dari macbooknya. "Pak." "Jangan lupa dengan perjanjian kita." "Tapi dalam perjanjian itu tidak menyebutkan kita akan segera menikah," timpal Arin. "Kamu lupa point perjanjian itu?" balas Samuel yang kini menatap Arin. Seolah-olah mengingatkan jika Arin harus mengikuti semua perkataan Samuel. Arin mendengus kesal karena bagaimanapun dia telah menandatangani surat perjanjian itu. "Bukankah perjanjian itu berlaku ketika kita sudah menikah?" ucap Arin yang masih mencari cara agar Samuel mengundurkan pernikahan mereka. "Jadi menurutku sebaiknya kita menikah setelah aku lulus," sambung Arin. "Ternyata benar ya kata orang," ucap Samuel menatap Arin membuat Arin pun menatap Samuel seol

    Last Updated : 2024-10-04
  • Obsession In Love   Bab 9 Wedding

    Jam sudah menunjukkan pukul satu dini hari tetapi Arin masih belum bisa memejamkan matanya. Dia tidak bisa tidur dadanya terasa sesak membayangkan pernikahannya bersama Samuel yang akan berlangsung besok pagi. Sebagai wanita tentu saja Arin bermimpi menikah dengan pria yang dia cintai. Tetapi besok Arin harus menikah dengan pria yang dia benci. Arin mengingat kedua orang tuanya, dia takut jika keputusannya sekarang membuat orang tuanya kecewa. Arin mengusap wajahnya dia terlihat gusar, helaan nafas terdengar beberapa kali. Rasa haus kini datang membuat Arin mengerucutkan bibirnya karena air minum di dalam kamarnya ternyata sudah habis. Arin pun segera keluar dari kamarnya. Saat Arin keluar kedua bodyguard itu terlihat waspada, "Saya hanya mau ke dapur," ucap Arin yang melewati mereka. Arin berjalan menuju ke dapur yang ada di pantai satu, dia membuka kulkas untuk mengambil air dingin. Arin mengisinya ke dalam gelas, setelah gelas itu penuh Arin pun menutup kulkasnya kembali.

    Last Updated : 2024-10-06
  • Obsession In Love   Bab 10 After Marriage

    Tak nampak kebahagiaan di wajah Arin, dia kini hanya fokus untuk sidang. Entah harus bahagia atau tidak Arin juga tidak mengerti padahal dulu dia sangat menggebu-gebu untuk wisuda. Tetapi sekarang ia tak nampak semangat, ia berjalan lesu menuju taman yang ada di kampusnya itu. Tadi setelah mandi Arin langsung pergi ke kampus, dia tahu jika Samuel tidak berada di rumah jadi karena tidak ada yang bisa dia lakukan di rumah membuat Arin berjalan menuju ke kampus. Arin tidak berniat untuk segera pulang, padahal jam telah menunjukkan pukul dua siang. Siang itu matahari sangat panas terasa membakar kulitnya, Arin pun memutuskan untuk mencari tempat yang lebih nyaman. Arin menuju ke perpustakaan, saat tengah berjalan ia berpapasan dengan Samuel. Layaknya mahasiswa lain kepada dosennya iya pun menyapanya. Walau sebenarnya dia enggan tetapi banyak mahasiswa lain disana. Arin memakai kacamata dengan rambut yang ia cepol, iya duduk di salah satu kursi yang ada di perpustakaan itu. Tak bern

    Last Updated : 2024-10-07
  • Obsession In Love   Bab 11 Jiwa Iblis

    "Tapi saya tidak bisa keluar dari pekerjaan saya begitu saja, Pak. Sisa gaji saya tidak akan diberikan jika saya keluar begitu saja," terang Arin. Samuel menatap lekat wajah Arin, matanya begitu tajam seakan ingin membunuh Arin. Arin melangkah mundur tetapi Samuel segera menarik pinggangnya hingga tubuh mereka merapat. Tanpa aba-aba Samuel melumat bibir itu membuat Arin terkejut, ia memukul dada Samuel agar Samuel melepaskannya. Dan saat Samuel melepaskannya ciuman itu, satu tamparan mendarat di pipi Samuel. Tatapan Samuel semakin tajam. "Saya ingin memberikan hukuman kecil untuk bibir ini yang sangat cerewet," bisik Samuel yang kembali melumat bibir Arin. Arin segera mendorong tubuh Samuel dia tidak suka Samuel melakukannya. Meskipun sudah menikah Arin tidak akan membiarkan Samuel menyentuhnya begitu saja. "Kamu berani melawan saya?" ucap Samuel dengan suara bariton. Arin tak sanggup membuka mulutnya, lidahnya seakan keluh. "Saya minta hak saya malam, Arinika," imbuh Samuel.

    Last Updated : 2024-10-08
  • Obsession In Love   Bab 12 Malam Pertama

    Arin menutup pintu dengan kencang lalu menyandarkan tubuhnya di balik pintu. Arin meraba lehernya yang tadi di cium oleh Samuel. Arin takut Samuel meminta haknya nanti malam, ia belum siap menyerahkannya kepada Samuel. Arin memikirkan cara agar Samuel tidak melakukannya, namun tak ada ide yang muncul. Kabur dari sana juga tidak mungkin, saat ini ia terlalu takut untuk melawan Samuel. Di dalam mobil Samuel menatap layar ponselnya ia mengamati Arin yang terlihat sedang memikirkan sesuatu. Ia tahu apa yang dipikirkan Arin. Samuel tidak peduli jika Arin membencinya, baginya yang terpenting Arin berada di sisinya. *** Tok tok tok Suara ketukan pintu membuat Arin menutup buku yang sedang ia baca. Ia lalu berjalan ke pintu untuk melihat siapa yang datang. "Maaf mengganggu waktunya, Nyonya," ucap Alfred. "Iya Paman tidak apa-apa, ada apa memangnya?" tanya Arin. "Saya kemari hanya ingin memperkenalkan maid pribadi Anda, ini maid Fani dan maid Sinta," jelas Alfred. "Maid pr

    Last Updated : 2024-10-09
  • Obsession In Love   Bab 13 Kembali ke Cafe

    Bab 13 Pulang dari kampus Arin justru ke cafe untuk bekerja, ia tidak mau mendengarkan perkataan Samuel yang melarangnya untuk kembali bekerja. "Loh kok? Gue dengar lu keluar, Rin," ujar Mila yang terkejut dengan kehadiran Arin. "Ngga, gue nggak mengundurkan diri cuman beberapa hari kemarin gue ambil cuti," jelas Arin yang meletakkan tasnya di loker karyawan. "Gue chat lo nggak bales sih, jadi gue pikir emang keluar," ucap Mila. "Sorry aku kemarin benar-benar sibuk karena skripsi." "Setelah lulus beneran resign dong?" "Iya, gue mau coba cari kerja dengan ijasah kuliah." "Semangat deh, pokoknya doa terbaik buat lo," ucap Mila yang diamini oleh Arin. Mereka pun mulai memakai apron berwarna coklat itu, keduanya memang sering satu sift membuat mereka cukup dekat. Malam ini cafe cukup rame hingga membuat Arin merasa lelah. Tapi itulah namanya kerja jadi dia tidak pernah mengeluh, justru bersyukur karena jika cafe selalu ramai maka ia akan mendapatkan bonus. Bagi Arin bonus sek

    Last Updated : 2024-10-10
  • Obsession In Love   Bab 14 Buket

    Bab 14 Jam telah menunjukkan pukul sepuluh malam, Arin masih di depan laptop untuk mempelajari materi karena besok ia akan sidang. Tiba-tiba Samuel duduk di depannya dia mengambil alih laptop Arin lalu memberikan Arin beberapa pertanyaan. Arin pun menjelaskannya dengan detail, hingga saat Arin tidak bisa menjawabnya maka Samuel memberikan penjelasan. Samuel membuat Arin semakin menguasai materinya, saat selesai Arin pun bernafas lega. Ia lalu meletakan kepalanya di atas meja, "Tidur, sudah malam," ucap Samuel yang kemudian bangkit dari duduknya. Arin pun membereskan mejanya lalu dia masuk ke dalam walk in closet untuk berganti pakaian. Saat mencari piyama tidak ada piyama yang berlengan, dan semuanya pendek. Arin menghela nafasnya ia tahu jika itu ulah Samuel. Karena tidak mau membuat keributan ia pun mengenakan piyama putih dengan celananya yang pendek. Saat keluar dari walk in closet ia bingung karena Samuel telah berada di atas tempat tidur dengan ponsel yang masih di tang

    Last Updated : 2024-10-11

Latest chapter

  • Obsession In Love   Bab 95

    "Seperti kita pulang saja," ucap Mila tiba-tiba. "Kenapa?""Aku datang pulang," jawab Mila dengan ragu. "Kita mampir indomaret dulu ya," tutur Rocky yang langsung berhenti di indomaret karena kebetulan tadi mereka berada dekat dengan indomaret. "Kamu tidak perlu turun, biar aku saja yang turun," sambung Rocky yang kemudian keluar dari mobil. Tapi sebelum masuk ke indomaret tiba-tiba Rocky kembali ke mobil dia mengetuk kaca Mila. Mila pun menurunkan kaca mobilnya. "Kamu biasanya pakai merk apa?""Hah? Maksudnya?""Pembalut, kamu biasanya merk apa?""Aku bisa beli sendiri," tutur Mila yang akan membuka pintu mobil tapi di tahan oleh Rocky. "Diam di dalam, katakan saja padaku.""Yang warna hijau daun sirih lalu yang malam warna biru.""Oke."Rocky kembali berjalan ke indomaret itu, Mila menatapnya bingung hingga tak lama terlihat Rocky yang keluar dari indomaret dengan membawa satu kantong plastik. Karena plastik itu warna putih jadi Mila bisa melihat apa yang Rocky bawa. Mila tidak

  • Obsession In Love   Bab 94

    Sampai di rumah Arin langsung memberi kabar Samuel jika dia sudah sampai rumah, suaminya itu langsung menelpon dirinya. "Halo Mas.""Sudah makan?""Sudah Mas, tadikan aku sudah bilang kalau aku makan di cafe.""Oh iya, yaudah kamu istirahat jangan kemana-mana lagi.""Iya suamiku yang bawel.""Nanti pulangnya kalau ingin dibelikan sesuatu bilang saja ya.""Oke Mas, yaudah sana Mas lanjut kerja aja.""Iya Sayang, I love you.""I love you more.""I love you more," ucap Samuel kembali yang setelah baru telepon pun dimatikan. Arin merebahkan dirinya di atas tempat tidur dia pun memilih untuk tidur karena cukup lelah. Tak lama kemudian mata Arin langsung terpejam, dia langsung masuk ke alam mimpinya. Sedangkan di tempat lain Clara baru saja kembali menggunakan taxi karena mobilnya di bengkel. Clara malas menunggunya hingga memilih pulang. "Dimana mobilnya?" tanya Bella karena dia tidak tahu jika mobil Clara lecet. "Di bengkel, hanya lecet sedikit. " Bagaimana bisa?""Itu tidak penting

  • Obsession In Love   Bab 93 Bersama Elang

    Jam menunjukkan pukul delapan pagi Clara kembali ke kamar setelah dia sarapan. Dia berniat menghubungi Elang, meskipun sekarang Clara berambisi mendapatkan Samuel tetapi dia juga ingin mendapatkan Elang. Dengan tidak sabar Clara menelpon nomor Elang, Elang tak langsung mengangkatnya. Hingga beberapa detik kemudian Elang pun mengangkat teleponnya membuat Clara berjingkrak. "Halo Elang ini aku Clara," ucap Clara. "Oh iya Ra, kenapa?""Mau tanya soal motornya, jadi berapa semuanya Lang?""Tidak usah Clara, kamu tidak perlu ganti rugi lagipula mobil kamu juga lecetkan," tutur lembut Elang membuat jantung Clara berdetak dengan kencang. "Aku tidak enak jika tidak ganti rugi Elang, kirimkan notanya saja.""Tidak usah, pokoknya tidak usah.""Hm baiklah baiklah kalau begitu aku traktir makan siang aja bagaimana?" tutur Clara yang berharap Elang mau menerima tawarannya. "Oke kalau itu boleh deh, tapi aku yang menentukan tempatnya ya.""Tentu saja, mau dimana?""Asteria cafe."Mendengar nam

  • Obsession In Love   Bab 92 Memuakan

    Irawan mempersilahkan Samuel untuk masuk mereka menuju ke ruang makan. Clara duduk di depan Samuel membuat Samuel bisa melihat dengan jelas belahan dada Clara. Samuel dalam hati terus mengumpat karena mengikuti permintaan istrinya dia berakhir sepe ini. Sangat memuakan bagi Samuel bagaimana Clara terus menerus mencoba menarik perhatiannya. "Apa Tuan Samuel baru saja pulang dari kantor?" tanya Irawan. "Tidak saya dari rumah, saya menemani istri saya makan baru kemari," jelas Samuel terus terang membuat Clara mengepalkan tangannya. Susah payah dia berdandan agar menarik perhatian Samuel bahkan dia menunggu lama Samuel hingga kelaparan tetapi Samuel dengan santainya mengatakan jika dia menemani istrinya makan. Clara sangat kesal mendengar kejujuran Samuel itu. "Kenapa tidak mengajak istrinya ke mari Tuan?" tanya Bella yang masih terlihat ramah. "Dia menemani saya seharian di kantor jadi lelah, apalagi masih hamil. Saya tidak ingin dia kelelahan karena terus menemani saya.""Saya bar

  • Obsession In Love   Bab 91 Mual

    Bella sibuk memilih baju untuk Clara, beberapa gaun yang ada di lemari sudah mereka coba tetapi belum menemukan yang menarik. "Kurang seksi, ganti-ganti," ucap Bella. "Berat badanmu sekarang berapa, perlu diet kamu.""Iya Ma aku tahu aku naik satu kilo.""Bisa-bisa kamu naik banyak! Jaga pola makan, Mama tidak mau kamu gemuk."Clara memutar bola matanya malas, berat badannya sekarang empat puluh satu kilo. Cukup berat bagi Clara untuk harus menjaga berat badan supaya stay di angka empat puluh kilo. Bella mengambil gaun berwarna hitam dengan tali tipis di punggung yang menampakkan punggungnya itu. Bella meminta Clara mencoba gaun itu, Clara tanpa membantah mencobanya. Saat gaun itu telah melekat di badan Clara maka Bella pun langsung tersenyum. Pasalnya punggung putih Clara membuat Clara semakin seksi. Apalagi gaun itu yang sebatas paha membuat paha Clara terpampang jelas. Dengan penampilan seperti itu Bella yakin jika Samuel akan tertarik oleh Clara. Gadis itu juga memiliki wajah y

  • Obsession In Love   Bab 90 Tuhan Berpihak Pada Clara?

    "Mau minum apa Baby?" tanya Samuel ketika mereka berada di ruangan Samuel. "Apa aja Mas," jawab Arin. "Banyak kerjaan ya, maaf ya aku kesini tanpa ngabarin.""It is okay baby girl." Samuel memberikan kecupan di pipi Arin. "Aku kangen," ucap Arin yang memeluk manja suaminya itu yang tentu saja di balas pelukan oleh Samuel. "Oh ya dia kenapa kemari?""Memberi itu," jawab Samuel menuju sebuah kue yang ada di atas meja. "Katanya anaknya yang buat.""Mungkin dia ingin Mas tertarik dengan Clara," ucap Arin yang melihat kue red velvet itu. Arin mengambil kue itu lalu dia langsung memasukkan ke dalam tong sampah. Melihat apa yang dilakukan istrinya itu membuat Samuel tersenyum. "Aku tak suka ada yang mengganggu hubungan kita lagi.""Apa kamu lupa bagaimana aku terobsesi denganmu dulu?""Tapi namanya laki-laki jika dikasih barang gratis pasti langsung mau.""Bukankah dari dulu aku tak suka gratisan, jangan lupa dulu hanya untuk memantaumu aku membangun Asteria Cafe. Bahkan dulu cafe itu tak

  • Obsession In Love   Bab 89 Kesenangan Sesaat

    Miko dengan setelan jasnya berjalan dengan angkuh masuk ke Venus company. Para karyawan menundukkan badan memberi hormat kepadanya. Miko dengan sangat sombong berjalan melewati mereka dia masuk ke dalam lift menuju ke lantai lima. Miko disambut oleh sekretaris yang bernama Laras. "Selamat pagi Pak Miko," sapa Laras dengan sopan yang menundukkan badannya. Sudut bibir Miko terangkat melihat wajah cantik Laras yang tersenyum. Sudah lama pria itu mengincar Laras, selain pintar Laras memang memiliki wajah yang cantik. Laras mengikuti Miko menuju ke ruangannya. Miko duduk di kursi kebesarannya itu, kursi yang selama ini dia nanti-nantikan. "Untuk hari ini jadwal Anda... ""Jangan bicara soal jadwal dulu," potong Miko membuat Laras diam. "Kamu kesini," panggil Miko. Laras masih diam di tempat dengan tatapan bingung. "Kesini sebentar," panggil Miko lagi membuat Laras akhirnya mendekat ke arah Miko. Dia berdiri tak jauh dari Miko duduk tapi lelaki itu tetap merasa jika jarak mereka terlal

  • Obsession In Love   Bab 88 Meminta Izin

    Ponsel Mila tiba-tiba berdering membuat Mila langsung meraih ponselnya. Mata Mila membulat ketika melihat nama yang tertera di sana. "Halo ibu apa kabar?" ucap Mila yang bangkit dari tempat tidur. "Ibu Baik nok, kamu gimana kabarnya? Sudah makan?""Mila baru saja selesai makan, bapak apa kabar? Dimana sekarang? Kalian sudah?""Bapakmu lagi di kamar mandi, kami juga baru selesai makan. Oh ya kamu kenapa ngirim banyak sekali buat ibu sama Bapak? Nanti kamu disana bagaimana?""Oh itu Mila tambahin soalnya Mila baru dapat bonus, Ibu tidak perlu khawatir. Mila disini berkecukupan kok," jelas Mila. Rocky memperhatikan Mila yang terlihat bahagia berbicara dengan orang tuanya lewat telepon. Awalnya Rocky hanya memperhatikan Mila hingga dia bangkit dari tempat tidur. Rocky berjalan ke arah Mila dia merapatkan tubuhnya kepada Mila membuat Mila menoleh ke arahnya. "Kenapa?" tanya Mila dengan suara lirih dan menjauhkan teleponnya. Tatapan Rocky tertuju ke ponsel Mila tetapi Mila tidak mengert

  • Obsession In Love   Bab 87 Memijat

    Jam menunjukkan pukul sembilan malam, Mila baru sampai apartemen Rocky. Di depan apartemen dia tampak bingung karena tidak memiliki kartu akses untuk masuk. Mila juga tidak tahu sandi apartemen itu, maka Mila segera mengeluarkan ponselnya untuk bertanya kepada Rocky. Mila menelpon Rocky dan tak lama pria itu mengangkat teleponnya. "Pak sandi apartemen apa?" tanya Mila to the point. "8989."Mila langsung mencobanya dan memang benar pintu langsung terbuka. "Oh iya makasih," ucap Mila."Aku sebentar lagi pulang.""Oke," balas Mila yang kemudian menutup teleponnya. Mila berjalan masuk menuju ke kamarnya saat melewati dapur terlihat semuanya telah rapih. Tak ada piring kotor disana bahkan lantai terlihat sudah bersih. Mila mengerutkan keningnya melihat apartemen Rocky yang bersih tak seperti waktu mereka tinggal. "Apa dia pulang untuk membersihkan semua ini?" gumam Mila hingga dia kini membuka pintu kamarnya. Kamar Mila juga terlihat bersih, Mila mengamati sekeliling kamarnya hingga k

DMCA.com Protection Status