Beranda / Romansa / Obsession In Love / Bab 13 Kembali ke Cafe

Share

Bab 13 Kembali ke Cafe

Penulis: Nuvola
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-10 02:22:47
Bab 13

Pulang dari kampus Arin justru ke cafe untuk bekerja, ia tidak mau mendengarkan perkataan Samuel yang melarangnya untuk kembali bekerja. "Loh kok? Gue dengar lu keluar, Rin," ujar Mila yang terkejut dengan kehadiran Arin.

"Ngga, gue nggak mengundurkan diri cuman beberapa hari kemarin gue ambil cuti," jelas Arin yang meletakkan tasnya di loker karyawan.

"Gue chat lo nggak bales sih, jadi gue pikir emang keluar," ucap Mila.

"Sorry aku kemarin benar-benar sibuk karena skripsi."

"Setelah lulus beneran resign dong?"

"Iya, gue mau coba cari kerja dengan ijasah kuliah."

"Semangat deh, pokoknya doa terbaik buat lo," ucap Mila yang diamini oleh Arin.

Mereka pun mulai memakai apron berwarna coklat itu, keduanya memang sering satu sift membuat mereka cukup dekat. Malam ini cafe cukup rame hingga membuat Arin merasa lelah. Tapi itulah namanya kerja jadi dia tidak pernah mengeluh, justru bersyukur karena jika cafe selalu ramai maka ia akan mendapatkan bonus.

Bagi Arin bonus sek
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Obsession In Love   Bab 14 Buket

    Bab 14 Jam telah menunjukkan pukul sepuluh malam, Arin masih di depan laptop untuk mempelajari materi karena besok ia akan sidang. Tiba-tiba Samuel duduk di depannya dia mengambil alih laptop Arin lalu memberikan Arin beberapa pertanyaan. Arin pun menjelaskannya dengan detail, hingga saat Arin tidak bisa menjawabnya maka Samuel memberikan penjelasan. Samuel membuat Arin semakin menguasai materinya, saat selesai Arin pun bernafas lega. Ia lalu meletakan kepalanya di atas meja, "Tidur, sudah malam," ucap Samuel yang kemudian bangkit dari duduknya. Arin pun membereskan mejanya lalu dia masuk ke dalam walk in closet untuk berganti pakaian. Saat mencari piyama tidak ada piyama yang berlengan, dan semuanya pendek. Arin menghela nafasnya ia tahu jika itu ulah Samuel. Karena tidak mau membuat keributan ia pun mengenakan piyama putih dengan celananya yang pendek. Saat keluar dari walk in closet ia bingung karena Samuel telah berada di atas tempat tidur dengan ponsel yang masih di tang

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-11
  • Obsession In Love   Bab 15 Wisuda

    Hari ini Arin wisuda ia telah mengenakan kebaya dari desainer terkenal yang sengaja Samuel pesan untuk dirinya. Kebaya berwarna merah itu nampak sangat cantik di tubuh Arin. Apalagi rok dengan belahan hingga diatas lutut membuat dirinya tampak lebih menawan. Selama bersama Samuel ia selama mendapat perawatan yang tentu saja harganya fantastis. Kulitnya terlihat lebih sehat, rambutnya juga tampak berkilau. Karena sejak malam itu Arin tak lagi memberontak membuat sikap Samuel pun lembut kepadanya. "Kamu sangat cantik, baby," ucap Samuel yang kini berdiri di belakang Arin dengan memeluk pinggang Arin. "Ayo kita berangkat bersama," ajak Samuel. "Tidak bisa," jawab Arin segera. Wajah Samuel langsung berubah tidak bersahabat. "Akan nampak aneh jika dosen datang bersama mahasiswinya," jelas Arin. "Baiklah, kalau begitu kamu harus diantar supir. Jangan protes!" ujar Samuel segera sebelum Arin membuka mulutnya lagi. "Cium aku dahulu," sambung Samuel menunjuk bibirnya. Tanpa bisa menolak m

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-12
  • Obsession In Love   Bab 16 Nyonya Xalvandor

    Di rumah Arin terus tersenyum menatap gelang yang Kakek Indra berikan. Samuel pun nampak heran dengan istrinya itu yang terus memandangi sebuah gelang. "Apa sesenang itu mendapat gelang?" tanya Samuel tiba-tiba membuat Arin menoleh. "Tentu saja, bukankah ini sangat indah? Kakek sangat perhatian bahkan ia mau datang ke wisuda," gumam Arin dengan penuh senyuman. Dengan tiba-tiba Samuel meletakan sebuah kotak di depan Arin membuat Arin memandangnya. "Untuk saya?" tanya Arin yang dijawab anggukan kepala oleh Samuel. Samuel lalu merebahkan dirinya di samping Arin yang tengah duduk membuka kotak itu. "Sungguh ini untuk saya, Pak?" tanya Arin merasa tidak percaya bahwa Samuel memberikan satu set perhiasan. Mata Arin berbinar menatap perhiasan yang dihiasi berlian itu. "Tapi gelang ini lebih cantik," gumam Arin membuat Samuel langsung menatapnya tajam. "Anda sangat sensitif," sambung Arin yang terkekeh. "Apa kamu tidak mau menciumku untuk berterima kasih?" tanya Samuel. Arin langsung me

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-13
  • Obsession In Love   Bab 17 Merindukanmu

    Arin dengan semangat turun dari. mobil, ia berlari masuk ke rumah Kakek Indra. "Kakek," teriak Arin yang mencari sang Kakek. "Paman Erwin, Kakek dimana?" tanya Arin saat Erwin keluar. "Tuan besar ada di dalam kamar, Nyonya," jawab Erwin. Mendengar itu Arin langsung berlari ke kamar sang Kakek, ia mengetuk pintu terlebih dahulu. "Masuk," ucap Kakek Indra membuat Arin membuka pintu itu. "Hallo kakekku tercinta," sapa Arin membuat Kakek Indra terkejut pasalnya ia memang tidak memberitahu kedatangannya. "Kok tidak bilang mau kemari?" ujar Kakek Indra yang menyambut cucunya dengan pelukan. "Tapi kakek sangat senang kamu disini, menginap kan? Harus menginap tidak boleh menolak," sambung Kakek Indra membuat Arin tertawa. "Siap Kakek, lagipula cucu Kakek yang galak itu tidak di rumah," ujar Arin yang kini di sambut gelak tawa oleh Kakek Indra. "Kamu pasti lelah, lebih baik istirahat dulu di kamar," tutur Kakek Indra. "Baiklah Kek, Arin ke kamar dulu ya sekalian mau bongkar koper," ujar

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-15
  • Obsession In Love   Bab 18 Pulang

    Arin duduk di ayunan dia sudah satu jam berada di sana hanyut dengan buku novel yang ia baca. Rasanya begitu nyaman tinggal bersama Kakek Indra. Tidak ada yang menekannya, Arin bebas melakukan apa saja. Dia yang terlalu fokus hingga tidak mendengar suara langkah kaki yang kian mendekat. "Baby," panggil Samuel membuat Arin langsung mendongakkan kepalanya. Ia sungguh terkejut karena Samuel tiba-tiba pulang, ia pikir Samuel masih lama di luar negri. "Pak Sam, sudah pulang? Kenapa tidak memberi kabar?" tanya Arin yang bangkit dari duduknya dan menutup buku novel itu. Samuel merentangkan tangannya dan tanpa penolakan Arin langsung memeluk suaminya itu. "Apa aku tidak boleh tiba-tiba pulang?" tanya Samuel tiba-tiba membuat Arin menegang. "Maaf tidak seperti itu maksud saya," tutur Arin. "Jangan melampaui batasmu, baby," bisik Samuel membuat Arin menganggukan kepala. "Anda sudah makan malam?" tanya Arin ketika Samuel melepaskan pelukannya. "Aku hanya ingin memakanmu malam

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-16
  • Obsession In Love   Ban 19 Datang Bulan

    Arin merasakan nyeri di perutnya, ini adalah hari pertama ia datang bulan. Tentu saja ia merasa tidak nyaman hingga memilih berbaring di atas tempat tidur. Suara ketukan pintu membuat Arin menoleh. "Nyonya, ini saya Fani," ujar Fani. "Masuk aja Fan," jawab Arin. Fani membuka pintu kamar itu ia berjalan mendekat ke arah Arin. "Nyonya sudah melewatkan jam makan siang, apa makanannya mau saya bawa kemari?" tanya Fani. "Aku tidak nafsu.""Tapi Nyonya, Tuan akan marah jika tahu bahwa Anda melewatkan makan siang," tutur Fani membuat Arin berdecak kesal. "Apa Nyonya baik-baik saja?" tanya Fani yang melihat raut wajahnya Arin yang terlihat tidak nyaman. "Ini hari pertamaku menstruasi," gumam Arin. "Apa Anda perlu obat nyeri? Saya akan ambilkan." Arin langsung menjawabnya dengan anggukan kepala. "Saya juga akan membawa makan siang Anda ke kamar," sambung Fani. Setelah mengatakan itu Fani pun pamit untuk keluar dari kamar Arin. Arin kembali merebahkan dirinya ia menutup matanya, tak lama

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-17
  • Obsession In Love   Bab 20 Mas

    Samuel masuk ke dalam kamar diikuti oleh Arin. "Pak, Pak Sam," panggil Arin yang tidak di gubris Samuel. "Saya mohon jangan potong gaji mereka, mereka tidak salah saya yang salah," sambung Arin yang masih membujuk Samuel. "Jangan melampaui batas, Baby," tegur Samuel. Arin melangkah ke arah Samuel ia lalu membantu Samuel melepaskan dasi dan kemejanya. "Kenapa harus mereka yang nanggung?" tanya Arin yang menatap Samuel. "Mulai saat ini jika kamu membuat masalah maka mereka yang akan menanggungnya," jelas Samuel. "Tapi Pak, itu tidak adil," protes Arin. Samuel tetap tidak mau mendengarnya, membuat bibir Arin cemberut. "Mas," panggil Arin tiba-tiba. Samuel memicingkan matanya, "Mas Sam, ayolah kali ini saja maafkan aku," tutur Arin. Ia sudah membuang jauh harga dirinya karena dia tidak mau merugikan orang lain. "Jadi seperti ini cara kamu bernegosiasi denganku?" tanya Samuel yang melingkar tangannya di pinggang Arin. "Please, jangan potong gaji mereka," ucap Arin lagi. "Mas... " Sa

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-18
  • Obsession In Love   Bab 21 Kembali

    Arin duduk di ruang keluarga dia menonton televisi yang saat itu sebuah berita muncul. "Felicia Rania Safira model terkenal yang kecelakaan lima tahun yang lalu kini muncul kembali." Arin mendengarkan berita itu dengan seksama karena dia dulu mengidolakan model itu. "Wow pacarnya setia banget, beruntung banget dia," gumam Arin yang mendengar berita itu. "Apa kalian tahu, saya dari dulu mengidolakan dia. Dia sangat cantik andai saya secantik dia," gumam Arin kepada Fani dan Sinta. "Anda jauh lebih cantik, Nyonya," balas Sinta. "Terimakasih sudah menghibur saya," ucap Arin dengan terkekeh. "Jadi wanita karir pasti menyenangkan," sambung Arin yang terlihat iri dengan Felicia. Dia membandingkan hidupnya dengan Feli, Feli uang terlihat bebas untuk pergi dan memiliki kekasih yang setia berbanding terbalik dengan Arin. Hati-hati Arin hanya dihabiskan di dalam rumah yang tentu saja ia sangat bosan. Meskipun rumah itu besar yang tersedia kolam renang dan taman tetap saja ia merasa bosan.

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-19

Bab terbaru

  • Obsession In Love   Bab 119 End

    Langit pagi itu mendung, seolah menyelimuti bumi dengan kesedihan yang tenang. Angin bertiup lembut, menyapu dedaunan yang jatuh di sepanjang jalan menuju pemakaman. Arin berdiri diam di depan dua nisan yang tertata rapi, dengan nama kedua orang tuanya terpahat di atas batu marmer putih. Matanya berkaca-kaca, tapi bibirnya menyunggingkan senyuman kecil yang penuh makna. Di sampingnya, Samuel berdiri memegang Noah yang tertidur dalam pelukannya. Bayi mungil itu tampak tenang, seolah memahami bahwa hari ini adalah momen penting bagi mamanya. Sementara itu, Fani berdiri beberapa langkah di belakang mereka, menjaga jarak, tapi tetap waspada seperti biasanya. Arin menghela napas panjang, mencoba menenangkan hatinya yang bergejolak. “Akhirnya, aku kembali ke sini, Ayah, Ibu,” katanya pelan, nyaris seperti bisikan. Suaranya bergetar, tapi ia mencoba untuk tetap tegar. “Aku tahu... sudah terlalu lama aku tidak datang. Tapi sekarang, aku punya banyak hal yang ingin aku ceritakan.” Samuel

  • Obsession In Love   Bab 118

    Mila masuk ke apartemen bersama dengan Rocky, Rocky langsung berlutut untuk melepaskan heels yang Mila kenakan. “Aku bisa sendiri, Mas.”“Tapi selama ada aku, kamu tidak boleh melakukannya sendiri,” ucap Rocky yang menarik hidung Mila. “Bagaimana apa kamu lelah? Atau mual?“Tidak Mas, aku baik-baik saja. Gerah sekali, aku mau mandi dulu ya.”“Jangan mandi malam-malam,” larang Rocky.Dari dulu Rocky memang perhatian tapi setelah mengetahui jika Mila hamil dia semakin perhatian.“Gerah Mas.”“Nanti sakit Sayang, sudah ayo ganti baju lalu tidur,” tutur Rocky yang langsung menggendong Mila. Mila dengan refleks mengalungkan tangannya di leher Rocky. Mila akhirnya patuh dengan perkataan Rocky yang melarangnya untuk mandi. Dia hanya mengganti pakaiannya dengan baju tidur. “Loh Mas kok mandi?” protes Mila. “Gerah.”“Curang!”Rocky mencium pipi Mila dengan gemas, “Aku khawatir kamu sakit, Sayang. Kita tidur ya.”Rocky menuntun Mila naik ke atas tempat tidur, dengan lengan Rocky sebagai bant

  • Obsession In Love   Bab 117 Kelahiran dan Kematian

    Malam itu begitu tenang. Samuel duduk di samping Arin yang terbaring di ranjang rumah sakit. Wajahnya pucat, tetapi senyum kecil tak pernah lepas dari bibirnya. Di pelukannya, seorang bayi mungil yang baru saja lahir beberapa jam lalu. "Noah," bisik Samuel, matanya menatap lembut ke wajah anak itu. "Aku ingin menamainya Noah. Untuk menghormati Ayahmu, Arin. Dia pasti bangga." Arin tersenyum meski lelah. Air mata hangat mengalir dari sudut matanya. "Noah... Nama yang indah.”Samuel membelai rambut Arin dengan penuh kasih. Di dalam hatinya, ia berjanji untuk menjaga dua orang yang paling ia cintai ini dengan segenap jiwa raganya. "Kamu tahu, aku tidak pernah seberharap ini sebelumnya," ujar Samuel, suaranya pelan tapi penuh emosi. "Melihat kamu dan Noah… rasanya seperti semua perjuangan selama ini terbayar." Arin mengangguk kecil. Tubuhnya masih lemah setelah proses persalinan yang cukup panjang. Tapi melihat bayi mereka yang sehat dan Samuel yang selalu ada di sisinya, ia meras

  • Obsession In Love   Bab 116

    Mentari pagi menyelinap dari celah-celah tirai jendela kamar tidur mewah milik Samuel dan Arin. Suara burung yang berkicau terdengar lembut, seolah menyambut hari baru yang penuh kebahagiaan. Arin membuka matanya perlahan. Dia menoleh, menemukan Samuel yang sudah duduk di tepi ranjang, mengenakan kemeja putih yang digulung di bagian lengannya. Tatapan pria itu hangat, penuh cinta. “Pagi, istriku,” sapa Samuel sambil tersenyum. Arin tersenyum kecil, matanya masih setengah mengantuk. “Pagi, suamiku. Kenapa bangun pagi-pagi sekali? Biasanya kamu kan malas-malasan dulu.” Samuel tertawa kecil, lalu membelai rambut Arin dengan lembut. “Aku cuma ingin memastikan kamu istirahat dengan cukup. Lagipula, ada sesuatu yang spesial hari ini.” Arin mengerutkan kening, bingung. “Spesial? Apa? Hari ini bukan ulang tahun kita, kan?” Samuel mengangguk pelan, wajahnya penuh rahasia. “Nanti juga kamu tahu. Yang penting sekarang, kamu siap-siap, ya. Aku mau kita habiskan hari ini dengan santai, cu

  • Obsession In Love   Bab 115

    Pagi itu, Arin berdiri di depan gedung utama Venus Corporation. Bangunan megah itu terlihat kokoh, tapi di matanya, gedung itu seperti menyimpan luka lama. Perusahaan yang dulu milik kedua orang tuanya telah mengalami begitu banyak perubahan buruk di tangan Irawan. Namun sekarang, semuanya ada di tangannya. Arin menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan hatinya. Ini adalah langkah besar, dan dia tidak boleh gagal.Di sampingnya, Samuel berdiri dengan tenang. Wajahnya seperti biasa, penuh ketegasan, tapi ada senyum kecil yang membuat Arin merasa lebih percaya diri.“Kamu yakin bisa handle semuanya?” tanya Samuel, memecah keheningan.Arin menoleh, tersenyum tipis. “Aku harus bis. Ini perusahaan orang tuaku, Mas. Aku tidak bisa biarin apa yang mereka bangun terbuang sia-sia.”Samuel mengangguk. “Kalau kamu butuh bantuan, Mas selalu ada. Mas tahu ini berat, tapi kamu tidak sendirian.”Mendengar itu, Arin merasa lebih lega. Ada kekuatan dalam kata-kata Samuel yang membuatnya yakin la

  • Obsession In Love   Bab 114

    Clara berdiri di depan cermin besar di kamar pribadinya. Gaun merah yang membalut tubuhnya terlihat sempurna, namun wajahnya menyimpan kelelahan yang sulit disembunyikan. Senyum tipis menghiasi bibirnya, meskipun hatinya penuh amarah. Samuel. Nama itu terus berputar di kepalanya. Dia ingat betul bagaimana pria itu menatapnya dingin beberapa hari yang lalu, menolak kehadirannya tanpa sedikit pun ragu.“Dia tidak bisa terus seperti ini,” gumam Clara pada dirinya sendiri, suaranya hampir seperti bisikan. Matanya menatap pantulan dirinya dengan tajam, seolah mencoba meyakinkan diri bahwa dia masih punya kendali. ---Di ruang tamu, Irawan berdiri dengan wajah merah padam. Di depannya, Bella berdiri dengan koper besar di tangannya. Wanita itu mengenakan pakaian sederhana, tidak seperti biasanya. Wajahnya yang biasanya penuh senyum kini terlihat dingin dan penuh kebencian. “Kamu mau ke mana?” suara Irawan terdengar keras, hampir seperti teriakan. Bella menatapnya dengan tenang, tapi sorot

  • Obsession In Love   Bab 113 Kedatangan Samuel

    Pagi itu, suasana kantor pusat Venus terasa berbeda. Setelah konfrontasi besar yang terjadi kemarin, berita tentang keberanian Arin menyebar seperti api. Namun, meski kemenangan awal itu membuat hatinya sedikit lega, ia tahu ancaman belum berakhir. Irawan dan Clara tidak akan tinggal diam. Arin duduk di ruangannya, memandangi secangkir teh yang sudah dingin. Matanya menatap kosong ke luar jendela besar, pikirannya melayang pada langkah selanjutnya yang harus ia ambil. Fani mengetuk pintu perlahan sebelum masuk dengan membawa beberapa dokumen.“Nyonya Arin, ini proposal yang harus Nyonya tandatangani untuk rapat siang nanti,” ujar Fani sambil meletakkan map di meja. “Dan tadi ada kabar dari Tuan Samuel. Katanya beliau sudah di jalan ke sini.”Arin tertegun, menoleh cepat ke arah Fani. “Mas Samuel... akan datang ke sini?”“Iya, Nyonya. Katanya mau mendukung Ibu langsung di hadapan para pemegang saham,” jawab Fani dengan senyum kecil. “Sepertinya beliau tidak mau cuma diam melihat Nyony

  • Obsession In Love   Bab 112 Konfrontasi di Venus

    Langit pagi itu cerah, tapi hati Arin penuh badai. Di balik ketenangan wajahnya, ada amarah yang telah lama ia simpan. Hari ini, ia akan menyelesaikan semuanya, mengembalikan apa yang seharusnya menjadi miliknya—Venus, perusahaan yang dibangun oleh kedua orang tuanya dengan penuh cinta dan kerja keras. Terakhir dia memang berhasil membuat Irawan dan Clara diusir tapi dengan licik mereka memanipulasi semua lagi. Para pemegang saham lebih percaya dengan omongan mereka daripada ArinArin berdiri di depan cermin besar di kamar utama. Gaun formal berwarna hitam yang ia kenakan memancarkan aura kekuatan. Rambutnya disanggul rapi, memberi kesan elegan namun tegas. Di belakangnya, Fani berdiri dengan tangan di pinggang, seperti biasa dengan ekspresi serius.“Bu Arin, semua dokumen sudah siap. Rekaman suara dan bukti saham yang Ibu minta sudah saya simpan di tas kerja. Kalau ada yang coba macam-macam, saya juga sudah siap.” Fani.Arin tersenyum tipis. “Terima kasih, Fani.”Ruang rapat di lant

  • Obsession In Love   Bab 111

    Pernikahan Mila dan Rocky berjalan dengan sangat lancar. Arin yang ikut menyaksikan pernikahan mereka pun ikut merasa senang. Pernikahan yang penuh kebahagiaan dan rasa haru itu mampu membuat Arin sedikit iri. Iri karena kedua orang tua Mila yang hadir, kasih sayang orang tua Mila membuat Arin merindukan kedua orang tuanya. Samuel yang menggandeng tangan Arin merasakan tangan itu semakin dingin. "Apa kamu baik-baik saja, Baby?" tanah Samuel yang nampak cemas. Arin menganggukan kepalanya dengan tersenyum kecil. Samuel tak bisa ia bohong dia mengerti jika Arin sedang tidak baik-baik saja. Tapi Samuel tak mau bertanya lebih karena mereka belum kembali ke rumah. Keduanya berjalan keluar dari gedung pernikahan itu, Alec membukakan pintu mobil untuk mereka. Arin dan Samuel pun segera masuk ke dalam mobil. Samuel membawa Arin agar bersandar di dadanya. Pria itu mencium puncak kepala Arin membuat Arin merasa nyaman. Diusapnya perut Arin yang sudah membesar itu. "Baik-baik ya Sayang di dal

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status