Setibanya di depan asrama, Grisel mematikan mesin mobil dan menoleh kepada Eve dengan senyum tipis yang tampak seperti seringai terselubung. “Eve, kau benar-benar masih tinggal di sini, ya?” Grisel melirik ke arah bangunan asrama dengan tatapan yang mencerminkan penilaian terselubung. “Padahal kalau tinggal bersama kakakmu, hidupmu pasti lebih nyaman. Apa kau tidak merasa … kesepian?”Eve menghela napas pelan, menahan desakan untuk membalas komentar Grisel yang seakan mencampuri pilihannya. Baginya, asrama ini adalah tempat di mana ia merasa lebih bebas, jauh dari pandangan tajam dan kontrol keluarga. Di sini, ia bisa hidup tanpa dihakimi, meski sederhana. “Aku lebih nyaman di sini,” jawabnya singkat, tanpa menunjukkan emosi yang berlebihan.Grisel menatapnya, seolah mencari celah di balik jawaban singkat itu. “Yah, setiap orang punya pilihan hidup, kurasa,” katanya sambil tersenyum sok mengerti. “Tapi, kau tahu kan, kalau kau butuh teman untuk berbicara atau ... ya, semacamnya, aku se
Read more