Home / CEO / Jatuh di Pelukan CEO Dingin / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Jatuh di Pelukan CEO Dingin: Chapter 41 - Chapter 50

112 Chapters

Ketahuan Hamil

Eve sangat terkejut mendengar pertanyaan Damian sampai secara impulsif memegangi perut. Dari mana pria itu tahu soal kehamilannya, apalagi perutnya belum besar. Eve terlihat gugup dan panik. Entah kenapa dia merasa takut, apa mungkin karena Damian adalah sepupu Kaivan? Atau Eve takut aibnya dibongkar Damian?“Apa yang kamu katakan?” tanya Eve mencoba mengelak. Dia berusaha tenang meski jantungnya berdegup cepat karena takut.Damian tersenyum melihat reaksi Eve. Dia jelas tahu kalau Eve saat ini sedang panik.“Saat bertanya keberadaanmu, karyawan di sini mengatakan kamu ke dokter kandungan. Jika kamu tidak hamil, lalu untuk apa ke sana? Tidak perlu menutupinya, Eve. Aku juga bukan musuhmu,” ujar Damian menjawab pertanyaan Eve. Dia meyakinkan agar Eve mau jujur kepadanya.Eve gelagapan sampai terlihat gemetar meski sudah berusaha tenang. Eve bertanya-tanya, bagaimana bisa Damian meyakinkan karyawan sampai jujur akan kondisinya sekarang.Damian memperhatikan gelagat Eve, hal itu membuat
Read more

Hanya Merasa Bersalah

Eve benar-benar bingung dengan keinginan Damian. Kenapa pria itu kukuh ingin di sampingnya? Namun, Eve tidak mau peduli, dia tidak mau berurusan dengan Damian lagi.“Terserah apa yang mau kamu lakukan, aku tetap tidak akan pernah menganggap keberadaanmu dan jangan pernah berharap aku akan menerimamu lagi!” Eve membuat keputusan tegas agar tidak dianggap memberi harapan ke Damian.Setelah mengatakan itu, Eve pun memilih meninggalkan Damian. Dia pergi ke ruangannya.Damian mengeluarkan ponsel begitu Eve pergi, lalu tampak mengetik pesan dan dikirimkan ke seseorang.[Aku ingin kamu mencari tahu sesuatu.]Setelah mengirim pesan itu. Damian menoleh ke arah Eve pergi, lalu kembali memandang ponselnya.**Eve pulang ke rumah lebih awal seperti biasa. Dia baru saja selesai mandi ketika melihat ponselnya berdering.“Hai, Brian.” Eve menjawab panggilan dari Brian.“Maaf, Eve. Seharian ini aku sangat sibuk,” ucap Brian dari seberang panggilan.Eve hanya tersenyum. Dia duduk di tepian ranjang sam
Read more

Membuat Kesal

Eve bersiap pergi ke kafe. Dia sudah mulai memakai pakaian yang agak longgar agar perutnya tidak terlalu tertekan dan lebih nyaman. Eve pergi menggunakan taksi menuju kafe seperti biasa. Saat baru saja sampai di kafe, Eve sangat terkejut ketika melihat Damian ada di depan kafe.“Apa yang dia lakukan sekarang?” Eve bertanya-tanya agak kesal.Damian langsung tersenyum ketika melihat Eve datang. Dia menunggu Eve berjalan ke arah kafe.“Apa yang kamu lakukan di sini?” tanya Eve memasang wajah datar.“Aku membawakanmu sarapan,” jawab Damian sambil menunjukkan paper bag yang dibawa.“Tidak perlu, aku sudah makan,” tolak Eve tidak mau menerima apa pun dari Damian.Dia tidak akan memberikan celah untuk Damian masuk ke kehidupannya lagi, sekeras apa pun Damian berusaha.“Ayolah, Eve. Ini bisa kamu hangatkan dan makan untuk siang. Lauknya terpisah, seperti yang kamu sukai,&rdquo
Read more

Memaksa Mengantar

Damian tersenyum mendengar pertanyaan Eve. Dia menatap begitu dalam ke Eve yang bertanya sambil menatap curiga kepadanya.Eve tetap waspada. Dia benar-benar harus berhati-hati terhadap Damian.“Aku benar-benar tidak ada maksud lain, Eve. Aku ke sini karena ingin minta maaf. Aku hanya ingin menebus kesalahanku dengan menjagamu,” ucap Damian mencoba meyakinkan Eve.Eve tetap tidak akan percaya, meski Damian berkata jujur. Dia hanya ingin memastikan, apa pun yang dikatakan oleh Damian, baginya hanya omong kosong semata.“Aku tidak bisa kamu bodohi lagi seperti dulu. Lebih baik kamu pergi sekarang, aku bisa pulang sendiri.” Eve tetap menolak tawaran Damian yang ingin mengantarnya.Eve ingin pergi, tapi Damian langsung menahan tangannya.Eve menatap ke tangan yang dipegang Damian. Dia tidak suka dengan hal itu.Damian langsung melepas tangan Eve ketika melihat tatapan tak senang dari mantan kekasihnya itu.“Aku antar, Eve. Aku benar-benar hanya ingin mengantar dan memastikanmu selamat samp
Read more

Maria Mengamuk

Maria mengambil paper bag berisi jas dari tangan Grisel, tapi dia tidak mengajak Grisel masuk dan langsung menutup pintu.Grisel sangat terkejut, kenapa Maria tidak menawarinya masuk bahkan berbasa-basi saja tidak. Grisel benar-benar tak menyukai itu tapi dia tak bisa berbuat apa-apa.“Kai! Kaivan!” Maria berteriak keras sampai membuat pelayan di rumahnya terkejut.Maria mencari Kaivan di kamar, lalu mendapati putranya itu baru saja mandi.“Ada apa, Bu?” tanya Kaivan ketika melihat ibunya berteriak-teriak seperti itu.“Apa maksudnya ini? Apa maksudnya dia mengantar jasmu dan berkata kalau ini tertinggal?” tanya Maria penuh emosi sambil memperlihatkan jas yang baru saja dikeluarkannya dari dalam paper bag.Kaivan terkejut melihat jas itu di tangan Maria, dia malah kembali bertanya, “Siapa yang bawa?”Maria sangat geram karena Kaivan tidak peka. Dia melempar jas itu ke arah Kaivan, tentu saja yang dilakukan Maria membuat Kaivan sangat terkejut.“Apa maksudnya ini? Apa yang sudah kamu la
Read more

Diabaikan

Hari berikutnya. Kaivan pergi ke perusahaan seperti biasa. Saat baru saja sampai di lantai divisinya berada, Kaivan bertemu dengan Grisel.Grisel melihat Kaivan datang, sehingga dia segera menyapa dan menyambut Kaivan untuk menunjukkan perhatiannya.“Anda berangkat agak siang hari ini,” ucap Grisel.Namun, bukannya membalas ucapan Grisel, Kaivan menatap datar ke wanita itu dan memperingatkan.“Sebaiknya jangan pernah lagi datang ke rumah dan membuat salah paham,” ucap Kaivan menegur tindakan Grisel kemarin.Grisel sangat terkejut mendengar ucapan Kaivan. Kenapa Kaivan marah padahal dia tidak melakukan apa-apa.“Aku datang untuk mengantar jas saja,” kata Grisel membela diri.“Kamu bisa memberikannya hari berikutnya, tidak perlu langsung ke rumah,” sanggah Kaivan dengan nada penekanan.Saat Kaivan menegur Grisel, ternyata para staff memperhatikan hingga membuat Grisel sangat malu. Apalagi sikap Kaivan seperti sedang menegur bawahan bukan kekasih.Bola mata Grisel berkaca-kaca seolah Kai
Read more

Mendapat Informasi

Eve menjalani harinya dengan baik. Namun, dia juga mulai tidak nyaman karena keberadaan Damian di sekitarnya, apalagi Damian terus muncul membayangi harinya.Eve sudah berusaha mengusir, tapi Damian tetap saja datang dan datang lagi. Eve benar-benar pusing, kenapa Damian harus mengganggu hidupnya.Siang itu Damian kembali datang ke kafe, meski dia datang sebagai pelanggan, tapi tetap saja Eve terganggu dengan hal itu.Eve menghampiri Damian sambil membawakan pesanan pria itu. Dia meletakkan pesanan di meja sambil menatap tak senang.“Kenapa kamu yang antar? Duduklah dan kita makan bersama!” ajak Damian saat melihat Eve.Eve duduk di hadapan Damian, tapi bukan untuk makan bersama.“Aku mohon padamu. Aku sangat, sangat memohon padamu. Tolong pergi dari hidupku,” pinta Eve benar-benar lelah dengan keberadaan Damian di sana.Damian diam menatap Eve.“Jika kamu di sini karena ingin maaf dariku. Aku sudah memaafkanmu, jadi tolong berhenti ada di sekitarku, aku benar-benar ingin hidup tenang
Read more

Rumor

Grisel menunggu Dania di lantai divisi Dania berada. Dia menunggu Dania datang setelah jam makan siang usai.Grisel berdiri di dekat lift, hingga beberapa saat kemudian Dania keluar dari lift.Grisel langsung menghampiri dan mencekal lengan Dania.“Apa-apaan kamu?” tanya Dania keheranan.“Lebih baik kamu jauh-jauh dari Pak Kaivan, jangan pernah mendekatinya lagi!” hardik Grisel.Dania melongo.“Kamu pikir, kamu bisa lebih dariku? Ingat ya, meski kamu mau merayunya dengan cara apa pun. Pak Kaivan tetap akan memilihku,” ucap Grisel begitu percaya diri.Dahi Dania berkerut halus mendengar semua ucapan Grisel.Setelah memperingatkan Dania, Grisel memilih pergi meninggalkan tempat itu.“Ada apa lagi dengan wanita itu? Aneh sekali dia. Tidak sadar diri,” gerutu Dania lalu pergi ke mejanya karena tidak mau ambil pusing dengan sikap Grisel.**Grisel kembali ke divisinya, dia melihat para staff berkumpul bahkan terdengar seperti sedang membicarakan sesuatu. Dia yang awalnya ingin menyapa, jad
Read more

Tidak Ada Penyesalan

Eve pergi ke dokter untuk memeriksakan kandungannya. Selama beberapa bulan ini, dia menjalani kehamilan dengan sangat baik tanpa keluhan sama sekali.“Mari kita lihat, sudah bisa apa dia sekarang,” ucap dokter dengan nada candaan saat akan melakukan USG.Eve tersenyum lalu menganggukkan kepala.Dokter mulai menyentuhkan alat USG di perut Eve, lalu memperlihatkan detak jantung janin lebih dulu untuk memastikan kondisi kesehatannya.“Detak jantungnya bagus meski tidak terlalu kuat. Panjang ukurannya juga pas sesuai usianya, dan lihat jenis kelaminnya,” ucap dokter menjelaskan lalu menoleh Eve.Eve menunggu tidak sabar. Meski bayi itu tidak pernah diharapkan olehnya, tetapi sekarang Eve sangat bahagia bisa memilikinya meski ada rasa sedih karena bayinya tidak memiliki ayah saat lahir nanti. Ya, kelak Eve harus bisa menjadi ibu dan ayah yang baik untuk bayinya.Namun, Eve segera membuang pemikiran itu, dia tidak ingin larut dalam kesedihan atau menyesal karena keputusan yang diambilnya.Do
Read more

Tahu Hamil

Kaivan duduk dengan tegap, memandang ke arah seberang jalan untuk memastikan apakah dia salah lihat atau tidak.Kaivan mengerutkan alis, jadi selama ini Eve di kota ini? Bukankah kota ini tempat Eve bertemu dengan pria itu, pria yang menjemput Eve di perusahaan waktu itu? Kaivan kembali tidak senang, padahal sebelumnya begitu antusias ketika melihat sosok yang terlihat familiar untuknya.Kaivan mengamati Eve yang duduk di depan sebuah kedai es krim. Dia tiba-tiba tersenyum ketika melihat Eve makan es krim lalu tersenyum tampak begitu bahagia.Namun, sedetik kemudian senyum di wajah pria itu hilang ketika melihat bagian perut Eve. Kenapa perut wanita itu besar?Apa Eve berhenti bekerja karena hamil? Apa Eve menikah dengan pria waktu itu dan sekarang hamil anaknya?Kaivan kembali tak senang, ekspresi wajahnya berubah menjadi dingin lagi.Hendry bingung dengan yang dilakukan Kaivan. Atasannya itu tidak keluar dari mobil, tapi hanya meminta mereka berhenti. Apa sebenarnya yang sedang Kaiv
Read more
PREV
1
...
34567
...
12
DMCA.com Protection Status