Home / CEO / Jatuh di Pelukan CEO Dingin / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Jatuh di Pelukan CEO Dingin: Chapter 61 - Chapter 70

123 Chapters

Alergi

Eve mengajak Kai ke kafe. Kai anak penurut dan tidak hiperaktif meski bisa dibilang cerdas karena memiliki rasa keingintahuan yang tinggi.“Kai duduk dulu sama Kakak Chila, mami mau ke dapur mengecek barang,” kata Eve sambil meminta Kai duduk di salah satu kursi dekat meja kasir.Chila langsung menghampiri dan mengambil alih Kai dari Eve.Eve meninggalkan Kai di depan bersama Chila dan yang lain.Kai duduk dengan anteng sambil mengayunkan kedua kaki yang menggantung.“Kai mau susu?” tanya Chila penuh perhatian.“Kai punya cucu, nih di cini.” Kai membuka tas kecil yang dibawanya, lalu mengeluarkan susu kemasan yang biasa diminumnya.“Lupa, Mami selalu siapin itu ya, buat Kai?” tanya Chila lalu mengusap lembut kepala Kai.Kai mengangguk lalu meminum susunya.Chila pergi ke belakang meja bartender untuk membersihkan gelas. Kai ditinggal sendiri karena sedang menikmati susu, lalu Kai melihat salah satu karyawan sedang makan coklat. Kai turun dan menghampiri.“Kai, mau coklat?” tanya karyaw
Read more

Digantung

Di perusahaan Kaivan. Pria itu kini disibukkan dengan banyaknya pekerjaan karena dia sudah sepenuhnya memegang jabatan CEO di perusahaan keluarganya itu.Kaivan sudah tidak satu divisi dengan Grisel karena wanita itu dinaikkan jabatan menjadi manager pemasaran, hanya agar Kaivan bisa sedikit menghindari Grisel meski setiap hari masih bertemu tapi tentunya tidak seintens kalau mereka satu divisi.Setidaknya Kaivan tidak perlu setiap waktu melihat wanita itu. Jika orang yang saling mencintai akan berusaha agar pasangannya berada dekat, tapi dalam kasus Kaivan tentunya berbeda. Kaivan hanya merasa ada sesuatu yang mengganjal tapi sampai saat ini belum menemukan jawaban atas kegelisahannya dan penolakannya akan Grisel. Berulang kali dia mencoba menerima, tapi dia secara tak sadar menolak Grisel.Di ruang kerja Grisel. Dia duduk menatap komputer sambil menggigit ujung pulpen karena sedang berpikir.“Ini sudah tiga, tapi mana janjinya?”Grisel meletakkan pulpen dengan kasar di meja.Kaivan
Read more

Takut Ketahuan

Kaivan melihat melihat wanita paruh baya dengan pakaian agak lusuh menghampiri Grisel. Bahkan dia melihat wanita itu menatap Grisel seperti ingin menangis. Dia bertanya-tanya, siapa wanita tua itu. Tidak mungkin ibunya Grisel, kan? Sedangkan Grisel berkata kalau ibunya sudah meninggal.Kaivan melihat Grisel yang terlihat tak senang, lalu tiba-tiba menarik pergi wanita itu. Kaivan diam sejenak, siapa wanita tua itu? Apa saudara Grisel? Atau mungkin ada masalah dengan keduanya?Grisel benar-benar panik sampai menarik wanita tua itu dengan cepat menjauh dari mobil Kaivan. Dia tidak menyangka ibunya muncul di sana.Grisel mengajak wanita itu masuk lobi, tapi berhenti di dekat koridor dekat lift lalu dia menoleh ke depan lobi dan melihat mobil Kaivan meninggalkan halaman apartemen, membuat Grisel merasa sangat lega.Jangan sampai Kaivan tahu soal wanita itu.“Akhirnya ibu nemuin kamu, Gris.” Wanita itu tersenyum bahagia saat menatap Grisel.Grisel langsung menatap tajam pada wanita itu.“I
Read more

Diminta Pulang

Setelah sehari dirawat di rumah sakit. Akhirnya Kai diperbolehkan pulang. Setelah tahu Kai alergi kacang, Eve harus benar-benar berhati-hati memilih makanan untuk Kai.“Ingat ya, Kai. Pokoknya mulai sekarang jangan pernah makan kacang, ya? Kalau Kai bandel makan kacang, Kai akan muntah-muntah dan masuk rumah sakit lagi,” ucap Eve mengingatkan.“Iya, Mami.” Kai mengangguk penuh semangat.Eve tersenyum lalu mengusap lembut rambut Kai. Dia menurunkan Kai agar bisa bermain di kamar, memandang putranya yang sangat aktif dan sudah sehat seperti sediakala.“Kai tidak kenapa-napa, kan?” tanya Bibi karena cemas dengan kondisi Kai yang sampai harus dirawat di rumah sakit.“Tidak kok, Bi. Selama dia tidak makan kacang, dia aman,” jawab Eve, “minta tolong jangan pernah masak kacang ya, Bi. Apalagi menyediakan kacang di rumah,” pinta Eve.Bibi mengangguk lega dan mengiyakan permintaan Eve, lalu pamit ke dapur untuk memasak.Saat Eve hendak ke kamar. Ponselnya berdering dan membuat Eve langsung mel
Read more

Akhirnya Kembali

Keesokan harinya. Eve mengecek koper untuk memastikan tidak ada barang yang tertinggal, terutama barang milik Kai.“Mami, kita mau ke mana?” tanya Kai yang duduk di ranjang sambil memperhatikan Eve yang sedang sibuk.Eve menoleh Kai. Dia menyelipkan rambutnya ke belakang telinga lalu menjawab, “Kita mau ketemu paman dan bibinya Kai.”Kai berpikir.“Memangnya punya? Kenapa harus bawa baju banyak? Kan Paman Brian dan Paman Damian yang datang, bukan kita yang pergi?” tanya Kai sambil menggerakkan kedua tangan di depan pundak sebagai tanda bingung.Eve tersenyum. Lalu duduk di dekat Kai dan mencium kedua tangan mungil putranya itu. Eve memang belum pernah memberitahu Kai soal Bram dan Alana karena belum siap mengenalkan Kai kepada kakaknya.“Mami punya kakak, dia itu pamannya Kai. Tapi, karena Paman sedang sakit, nanti Kai sama temen mami dulu, kalau Paman sudah sembuh. Kai baru ketemu dia, ya? Paman pasti sangat suka sama Kai,” ucap Eve menjelaskan. Dia kembali mencium punggung tangan Kai
Read more

Mirip Siapa?

“Halo, Bibi Cantik. Aku Kai.” Kai langsung menyapa ramah pada Dania.Dania sangat terkejut sampai menatap anak laki-laki itu dan Eve secara bergantian.“Dia siapa, Eve?” tanya Dania benar-benar bingung.Eve menghela napas pelan, lalu membalas, “Bisa kita pergi dulu? Nanti kujelaskan.”Dania mengangguk. Dia membantu Eve membawakan koper karena Eve menggandeng Kai.Dania mengajak Eve dan Kai ke apartemennya karena Eve bilang butuh tempat tinggal sementara. Mereka menempuh perjalanan tak terlalu lama menuju apartemen milik Dania.“Kai mau minum apa?” tanya Dania saat sampai di unit apartemennya.Kai malah menoleh Eve seolah meminta sang mami yang memutuskan.“Air putih saja dulu karena kita baru saja melakukan perjalanan panjang,” jawab Eve,Dania mengangguk lalu menyajikan air dingin untuk Kai dan Eve.“Jadi, Kai ini anak siapa?” tanya Dania yang sejak tadi memendam rasa penasaran.Sebelum menjawab, Kai bilang mau pipis. Eve meminta Kai segera ke kamar mandi sendiri.“Jadi ….” Dania men
Read more

Diminta Tinggal

Eve sampai di rumah sakit. Dia berjalan di koridor menuju ruang inap Bram. Saat sampai di depan pintu ruangan Bram, Eve tidak langsung masuk karena gugup.Sudah sangat lama sekali dia tidak pulang dan mengabaikan sang kakak, meski terkadang saling berhubungan, tapi bukankah itu tidak cukup.Eve menarik napas panjang, lalu mengembuskannya perlahan. Dia mengetuk pintu, lalu masuk perlahan saat mendengar suara sahutan dari dalam.Alana dan Bram ada di dalam, Alana sedang menyuapi Bram makan lalu keduanya menatap ke pintu saat mendengar suara ketukan. Alana dan Bram melihat Eve masuk.“Eve.” Bram langsung senang melihat adiknya pulang.Eve tersenyum pada Bram. Namun, siapa sangka kedatangannya mampu membuat Bram langsung menangis.“Akhirnya kamu pulang, kemarilah.” Bram mengulurkan tangan pada Eve.Alana menjauh dari ranjang, memberikan ruang untuk Eve bertemu dengan Bram.Eve mendekat dan memeluk sang kakak. Baru tiga tahun dia pergi, sudah banyak sekali perubahan yang terjadi pada kakakn
Read more

Sudah Lupa?

Eve bergeming melihat pria yang baru saja menatap ke arahnya. Dia ingin menghindar tapi sudah terlambat. Pria itu sudah melihatnya.Apa dia mengenali? Kenapa dia menatap? Semoga dia tidak ingat pada Eve. Apalagi penampilan Eve berbeda dari dulu, rambutnya yang dulu panjang dan sering diikat, kini menjadi pendek sebahu dan tergerai bebas.Eve memandang Kaivan yang baru saja dari loket administrasi. Dia mencoba bersikap biasa, lalu berjalan ke arah pria itu berjalan juga.Di saat keduanya saling berpapasan, Eve melihat Kaivan menatapnya tapi pria itu sama sekali tidak merespon atau menghentikan langkahnya. Eve melihat Kaivan yang berjalan begitu saja melewati dirinya.Eve langsung menghela napas lega. Dia sudah menahan napas karena panik, tapi sepertinya Kaivan lupa padanya atau tak mengenalinya, sehingga Eve benar-benar bersyukur. Itu bagus, tapi kenapa tiba-tiba Eve merasa sesak di dada. Ada apa dengannya?Eve mencoba mengabaikan rasa sakit yang tidak tahu apa penyebabnya itu. Dia pun
Read more

Anak Siapa?

Kaivan baru saja turun dari mobil bersama Hendry. Dia pergi dari rumah sakit karena ada rapat siang ini.“Pastikan karyawan kita tidak melakukan kesalahan saat presentasi nanti,” ucap Kaivan mengingatkan.“Baik, Pak.” Hendry berjalan di samping Kaivan sambil mengangguk.Saat mereka berjalan di lobi menuju lift, tiba-tiba ada yang menabrak kaki Kaivan, lalu membuat Kaivan dan Hendry berhenti melangkah. Mereka melihat anak laki-laki kecil terjatuh di lantai dan merintih kesakitan.Kaivan terkejut dan keheranan melihat anak kecil di perusahaannya. Dia sampai menengok ke kanan dan kiri, tapi tidak ada orang dewasa di sana yang menghampiri anak kecil itu.Kaivan menatap anak kecil itu yang sudah berdiri tapi melipat kedua kaki sambil memasang wajah siap menangis.“Siapa kamu dan sedang apa di sini?” tanya Kaivan dengan nada suara tegas karena memang begitulah dia.Bukannya menjawab pertanyaan Kaivan, Kai malah menangis karena takut dan menahan pipis. Dia merasa kalau pria di depannya itu s
Read more

Paman Galak

Hendry mengantar Kai buang air kecil, tapi dia tidak langsung meninggalkan karena cemas jika anak sekecil itu ditinggal sendirian di kamar mandi.“Kamu bisa sendiri?” tanya Hendry.“Bica,” jawab Kai mau masuk bilik. Dia berhenti lagi saat melihat Hendry mau ikut masuk.“Paman mau apa?” tanya Kai.“Bantuin kamu, memangnya kamu bisa lepas celana lalu kencing sendiri?” tanya Hendry.“Bicalah,” balas Kai, “Kai mau pipic cendiri. Kata Mami, kalau Kai pipic, tidak boleh ada yang lihat kecuali Mami.”Kai bicara sambil menggerakkan telunjuk sebagai isyarat tidak boleh.Hendry terkejut. Bisa-bisanya anak sekecil ini bisa bicara seperti orang dewasa dan sangat mandiri.Hendry akhirnya menunggu di luar. Dia memastikan Kai selesai dan kembali mengantar ke lobi sebelum ditinggal.“Kamu bisa menyiramnya?” tanya Hendry yang berdiri di depan bilik. “Bica, kan Mami ngajarin,” balas Kai dari dalam bilik.Hendry mengangguk-angguk kagum, orang tua Kai pasti mendidik sangat baik. Hendry mendengar suara a
Read more
PREV
1
...
56789
...
13
DMCA.com Protection Status