Home / CEO / Jatuh di Pelukan CEO Dingin / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Jatuh di Pelukan CEO Dingin: Chapter 81 - Chapter 90

112 Chapters

Marah atau Panik?

Keesokan harinya. Eve sudah bangun dan sibuk di dapur menyiapkan sarapan untuk Kai dan Dania.“Senangnya ada yang menyiapkan sarapan, biasanya aku hanya makan roti atau beli di jalan,” celoteh Dania saat melihat Eve sibuk di dapur.Eve menoleh Dania sambil tersenyum.“Ya, mau bagaimana lagi. Masa aku tidak melakukan yang berguna untukmu di sini, padahal sudah diberi tumpangan,” seloroh Eve.“ish … kenapa bicaranya seperti itu? Aku tidak butuh balasan, kamu mau tinggal di sini saja aku sudah sangat senang ada temannya,” balas Dania.Eve hanya tersenyum.“Oh ya, kapan kamu akan memperkenalkan Kai pada kakakmu?” tanya Dania. Dia mengambil potongan wortel di mangkuk lalu memasukkan ke mulut sambil menunggu jawaban Eve.“Mungkin besok atau lusa. Kemarin kondisi Kak Bram sudah sangat baik, semoga Kak Bram siap mendengar fakta soal Kai,” ucap Eve penuh harap meski ada rasa sedih karena takut Bram kecewa padanya.“Kenapa? Kamu takut kakakmu marah kalau tahu kamu punya anak di luar nikah?” tan
Read more

Memang Benar

Kai berada di mobil bersama Kaivan. Dia duduk sambil memperhatikan jalanan yang dilewati mereka. Kai menoleh Kaivan, melihat pria itu sedang mengecek tablet pintar.“Kita mau ke mana?” tanya Kai penasaran.Kaivan menoleh pada Kai. Dia meletakkan tablet pintar di pangkuan, lalu menjawab, “Bertemu temanku sebentar, lalu setelahnya menuruti semua keinginan Kai.”Kai mengerutkan alis penasaran.“Kai mau minta apa?” tanya Kaivan, “akan aku turuti semua permintaan Kai.”Kai berpikir. Ekspresi wajah bocah itu sangat lucu saat ini.“Kai mau ketemu Papi,” jawab Kai sambil menatap Kaivan seraya mengedipkan mata lucu.Kaivan terdiam.Akan tetapi sedetik kemudian Kai tertawa.“Paman pasti nggak tahu di mana papinya Kai. Kai hanya bercanda,” ucap bocah laki-laki itu, “belikan Kai cokelat saja, tapi jangan yang ada kacangnya.”Kaivan mengangguk.Setelah beberapa saat. Mereka akhirnya sampai di sebuah apartemen. Kaivan mengajak Kai menemui temannya yang ternyata seorang dokter.“Aku terkejut kamu ma
Read more

Tidak Ada Hubungan

Eve sudah di rumah sakit. Dia melihat Bram yang baru saja diperiksa dokter.“Kondisi Pak Bram sudah membaik, kalau bisa bertahan seperti ini, besok atau lusa sudah boleh pulang,” ucap dokter setelah memeriksa.Eve merasa sangat lega, begitu juga dengan Alana.“Terima kasih, Dok.” Eve bicara dengan senyum di wajah.Setelah dokter dan perawat pergi. Eve duduk di kursi samping ranjang Bram.“Eve, setelah aku pulang, tinggallah di apartemen bersama kami,” pinta Bram sambil menatap sendu pada Eve.“Iya, Eve. Kita bisa memulai semuanya dari awal lagi,” timpal Alana yang memang sudah sangat menyesal pernah menyakiti Eve.Eve bingung karena memikirkan Kai, dia mau bicara tapi belum siap karena Bram baru saja membaik.“Kak, sebenarnya ada yang mau aku sampaikan, tapi mungkin besok saja,” kata Eve agak ragu.“Besok? Kenapa tidak sekarang? Apa itu hal penting?” tanya Bram penasaran.“Besok saja,” jawab Eve sambil tersenyum agar Bram tidak cemas.Bram menatap Alana yang mengangguk mengisyaratkan
Read more

Ketahuan

“Kai ingat, kan? Jangan beritahu Mami kalau pergi denganku,” kata Kaivan saat mereka berada di mobil menuju perusahaan.“Kenapa tidak boleh bilang? Paman cama Bibi Cantik ngajarin Kai bohong, ya?” Kai menatap Kaivan curiga.Kaivan cukup terkejut mendengar ucapan Kai, tapi juga kagum karena Kai memang cerdas.“Bukan berbohong, tapi hanya takut Mami marah saja. Nanti aku pasti bilang kalau mengajak Kai, tapi tidak sekarang. Kai anak cerdas, pasti paham maksudku,” ucap Kaivan menjelaskan.Kai diam sesaat, lalu kemudian mengangguk-angguk pelan.Mereka turun dari mobil yang berhenti di depan lobi. Kai sangat senang mendapat buku gambar dan crayon baru. Dia berjalan menggandeng Kaivan sambil memegang lolipop, sedangkan barangnya dibawa Kaivan.“Nanti di ruanganku dulu, Bibi Cantik akan menyusul Kai saat jam makan siang,” kata Kaivan saat mereka berjalan menuju lift.“Iya.” Kai mengangguk.Saat pintu lift terbuka, Kaivan melihat Grisel yang baru saja akan keluar. Kaivan menatap dingin pada wa
Read more

Pengumuman

Buku ini akan terus update setiap hari sampai tamat, terima kasih yang sudah membaca kisah ini dan terima kasih atas dukungannya 🙏
Read more

Jujur Pada Dania

Dania sedang sibuk dengan pekerjaannya, di saat ponselnya berdering. Dia melihat nama Eve, membuatnya langsung menjawab. Namun, alangkah terkejutnya Dania saat mendengar suara Eve.“Kai kamu titipkan di mana?” tanya Eve lagi.Dania gelagapan panik karena Eve terdengar marah.“Itu, Kai di perusahaan karena dia tidak mau dititipkan di sana,” jawab Dania jujur.“Kalau bisa, ajak dia segera pulang, aku tunggu di apartemen,” kata Eve dari seberang panggilan.“Kamu tidak mampir ke sini?” tanya Dania memastikan, siapa tahu Eve ingin bernostalgia di perusahaan itu.Hening, tidak ada balasan dari Eve, lalu beberapa saat kemudian Dania mendengar Eve bicara.“Tidak.”Dania mendengar Eve menjawab, tapi setelahnya panggilan itu diakhiri. Dania berpikir Eve pasti sangat marah, sehingga membuat Dania merasa tidak enak hati dan merasa bersalah karena sudah tak jujur.Dania juga berpikir, kenapa Eve tidak mau mampir ke perusahaan padahal hanya berjarak beberapa meter. Bahkan jawaban Eve terdengar sang
Read more

Fakta Soal Kai

[Hasilnya sudah keluar. Kamu mau datang ke sini langsung?]Kaivan membaca pesan dari Martin. Dia segera berdiri dari tempatnya untuk pergi ke rumah sakit.“Anda mau pergi sekarang?” tanya Hendry saat melihat Kaivan keluar dari ruang kerja.“Ya,” jawab Kaivan lalu pergi dengan agak terburu-buru.Kaivan pergi ke rumah sakit. Sesampainya di sana langsung ke ruang kerja Martin.“Cepat sekali, kupikir kamu akan datang nanti-nanti,” ucap Martin saat melihat Kaivan datang.“Bagaimana hasilnya?” tanya Kaivan.“Duduklah dulu,” kata Martin. Dia mengambil salah satu amplop yang ada di tumpukan mejanya, lalu mengambil kertas dari dalam amplop putih berlogo laboratorium rumah sakit.Kaivan duduk di kursi berhadapan dengan Martin. Dia menatap Martin yang sedang membaca hasil laboratorium.“Di sini tertulis kalau DNA-mu dan anak kecil itu, sembilan puluh sembilan persen sama. Jadi bisa dianggap, kalau anak kecil itu memang anakmu.”Kaivan tidak menyangka. Bahkan dia merasa napasnya berhenti sesaat, j
Read more

Jujur Pada Bram

Setelah tidak berhasil menemui Eve. Kaivan memilih pulang karena Maria sudah keluar dari rumah sakit.“Di mana Ibu?” tanya Kaivan pada salah satu pelayan.“Di kamar, Pak.” Kaivan berjalan menuju kamar Maria, dia mengetuk pintu sebelum masuk. Kaivan melihat Maria duduk di atas ranjang sambil menatapnya datar.“Bagaimana kondisi Ibu?” tanya Kaivan.“Kamu terlalu sibuk sampai tidak bisa menjemput ibumu sendiri pulang,” balas Maria tampak kesal. Dia berpikir Kaivan sibuk dengan Grisel.“Ada hal penting yang tadi aku urus. Aku minta maaf tidak bisa menjemput,” ucap Kaivan mengalah.Maria menatap Kaivan, rasanya aneh ketika mendengar Kaivan bicara tak memancing perdebatan.“Saat ibu pulang, kenapa ada pelayan baru?” tanya Maria mengalihkan pembicaraan.Kaivan menjelaskan siapa wanita itu dan kenapa bisa di sana. Dia juga memberitahu, kalau bukan karena wanita itu, Kaivan tidak akan pernah tahu kebusukan Grisel.Maria sangat terkejut mendengar cerita Kaivan. Akhirnya dia tahu kalau Grisel ti
Read more

Merasa Bersalah

“Eve, jangan bercanda!” Bram benar-benar tidak percaya dengan pengakuan adiknya.Eve menelan ludah. Tampak jelas ketakutan di wajahnya.“Aku tidak bercanda, Kak. Kai adalah anakku,” ucap Eve meyakinkan sambil menggenggam erat tangan mungil Kai.Bram sangat syok, dia sampai meremas dada yang terasa nyeri.Eve sangat panik dan takut. Dia melihat Alana yang langsung mendekat dan mencoba menenangkan Bram.“Katakan dia bercanda,” ucap Bram dengan napas berat saat Alana ada di sampingnya.“Sayang, tenang. Tarik napas dan embuskan perlahan. Jangan emosi, dengarkan penjelasan Eve dulu,” kata Alana mencoba menenangkan Bram.Bram begitu tertekan sampai tak bisa berkata-kata. Alana memberinya minum agar bisa sedikit tenang.“Eve pasti punya alasan, dia adikmu dan kamu harus percaya padanya,” ucap Alana meyakinkan.Eve benar-benar ketakutan jika sampai terjadi sesuatu pada Bram karena pengakuannya. Dia masih menggenggam erat tangan Kai, takut mendekat karena tak ingin Bram semakin emosi.Kai send
Read more

Mencari Kai

“Bibi, apa Paman Bram akan cuka cama Kai?” tanya Kai sambil menggandeng tangan Alana. “Coalnya tadi kok Paman Bram kaget lihat Kai,” imbuh Kai.“Tentu saja suka,” balas Alana, “Paman Bram kaget karena baru tahu kalau punya keponakan tampan seperti Kai,” imbuh Alana lalu mencubit pelan hidung Kai.Kai tertawa. Dia kembali menjilat es krim yang dipegangnya. Mereka sedang berjalan menuju ruang inap Bram lagi.“Kai cuka Paman Bram,” ucap Kai dengan suara khasnya yang lucu dan cedal.“Paman Bram juga pasti sayang Kai. Bibi juga,” balas Alana sambil menatap Kai yang menggemaskan dan cerdas.Di kamar Bram. Eve baru saja selesai menangis. Dia menyeka air mata yang tersisa di pipi, mata dan hidungnya merah.Eve begitu lega karena Bram tidak kambuh, bahkan sekarang sedang tersenyum padanya.“Yang berlalu, biarkan saja berlalu. Sudah, tidak usah memikirkan masa lalu lagi. Aku tidak pernah malu meski kamu hamil di luar nikah, yang terpenting sekarang kamu di sini bersama kami,” ucap Bram.Eve men
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status