Home / CEO / Jatuh di Pelukan CEO Dingin / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Jatuh di Pelukan CEO Dingin: Chapter 71 - Chapter 80

123 Chapters

Kembali Tak Senang

Kaivan dan Hendry berada di lift, mereka menuju ruang kerja Kaivan.Hendry masih menahan tawa, dia melihat Kaivan yang memasang wajah masam.“Anak kecil itu lucu sekali. Dia sangat cerdas dan mandiri, tapi anehnya langsung takut dan mengatakan kalau Anda galak. Mungkin karena suara Anda yang tegas,” ucap Hendry akhirnya bicara ketika mereka keluar dari lift.Kaivan menghentikan langkah mendengar ucapan Kaivan, dia tiba-tiba tak senang.Hendry terkejut melihat tatapan Kaivan. Dia langsung melipat bibir dan diam. Dia tahu kalau tatapan Kaivan menunjukkan rasa tak senang, mungkin karena Kaivan baru saja dibilang galak?“Oh ya, Pak. Anak itu memanggil Dania dengan sebutan bibi, apa anak itu keponakan Dania? Kalau iya, bukankah berarti dia keponakan Anda juga?” tanya Hendry mencoba mengalihkan pembicaraan.Bukannya perasaannya membaik, Kaivan semakin terlihat tidak senang.“Anak itu adalah anak Eve,” ucap Kaivan dengan tatapan dingin.Hendry terkejut. Dia langsung diam karena merasa bersal
Read more

Tidak Jujur

Saat sore hari. Kaivan bersiap pulang dan kini sudah berada di lift. Ketika pintu lift terbuka di salah satu lantai, tampak Grisel yang sudah siap masuk.Grisel langsung tersenyum ketika melihat Kaivan. Dia pun masuk lift sambil terus memulas senyum.Kaivan melihat Grisel, tapi kali ini tatapan Kaivan berubah dan sangat berbeda pada Grisel, tidak seperti sebelumnya.“Apa malam ini kamu ada acara?” tanya Grisel saat berada di lift bersama Kaivan.“Tidak,” jawab Kaivan datar.“Mau makan malam denganku?” tanya Grisel lagi.“Tidak,” tolak Kaivan tegas.Grisel terlihat kecewa mendengar penolakan Kaivan. Pria itu memang seperti menjaga jarak darinya.Saat pintu lift terbuka di lobi, Kaivan mengabaikan Grisel dan keluar tanpa mengajak wanita itu. Namun, Kaivan tiba-tiba menghentikan langkah lalu menoleh pada Grisel.“Ibu sedang dirawat di rumah sakit, apa besok malam kamu mau makan malam di rumahku?” tanya Kaivan dengan tatapan tak biasa.Grisel terkejut. Dia langsung mengembangkan senyum.“
Read more

Tidak Mau Di Penitipan

Keesokan harinya. Eve pergi ke rumah sakit setelah menitipkan Kai pada Dania.Saat berjalan di koridor rumah sakit menuju ruangan Bram, Eve melihat seorang wanita sedang kesusahan mendorong tiang infus.Eve mendekat, lalu dengan senyum menawari. “Biar saya bantu, Bi.”Saat wanita itu menoleh, Eve terkejut melihat wanita yang hendak dibantunya ternyata Maria.“Eve?” Maria terkejut tapi juga senang melihat wanita itu di sana.Eve tampak gugup, tapi Maria langsung memeluknya hingga membuat Eve tak berkutik.“Senangnya bertemu kamu lagi,” ucap Maria.Eve hanya diam. Dia juga tidak mungkin bersikap kasar dengan melepas pelukan Maria.Setelahnya, Eve mengantar Maria ke ruang inap karena kesusahan berjalan membawa tiang infus.Saat sampai di ruang inap. Maria tidak mengizinkan Eve langsung pergi sampai-sampai menggenggam erat telapak tangan Eve.“Bagaimana kabarmu, hm? Ke mana saja kamu selama ini, setelah Kaivan berkata kalau kamu berhenti bekerja, sejak itu bibi tidak pernah bertemu dengan
Read more

Anak Hilang

Kaivan duduk di mobil yang dikemudikan sopirnya. Saat mobil itu akan memasuki gerbang perusahaan, tiba-tiba saja mobil itu berhenti secara mendadak hingga membuat Kaivan terkejut.“Ada apa?” tanya Kaivan.“Itu, Pak. Ada anak kecil yang berjalan menghalangi jalan,” kata sopir agak panik karena hampir menabrak.Kaivan menengok ke luar jendela, lalu melihat Kai terduduk di jalan sambil mengusap pantat.“Sedang apa dia di sana?” Kaivan keheranan, kenapa Kai dibiarkan berkeliaran di jalanan sendirian. Dia merasa kalau Eve sangat tidak bertanggung jawab sama sekali sebagai ibu.Kaivan akhirnya turun dari mobil lalu menghampiri Kai yang baru saja berdiri. Dia memperhatikan bocah laki-laki yang menggendong tas punggung kecil.“Apa yang kamu lakukan di sini? Kenapa kamu berkeliaran di jalan?” tanya Kaivan sambil menatap datar pada Kai.Kai terkejut lalu memandang Kaivan yang berdiri di dekatnya. Dia pun menjawab, “Kai nggak mau omong cama Paman Galak!”Kai memalingkan muka sambil melipat kedua
Read more

Bukan Papinya Kai

Dania ada di meja kerjanya sedang mengecek berkas saat ponselnya berdering.“Halo.” Dania menjawab tanpa melihat siapa yang menghubungi.“Halo, Bu. Maaf, Kai hilang. Dia tidak ada di sini.”Dania melotot mendengar ucapan pengurus penitipan.“Bagaimana bisa hilang?” tanya Dania begitu syok. Bisa-bisa Eve marah padanya jika terjadi sesuatu dengan Kai.“Kai keluar dari gerbang saat kami sedang mengawasi anak lain. Dia pergi sendirian,” jawab pengurus dari seberang panggilan, “kami sedang berusaha mencarinya.”Dania kebingungan dan panik. Dia mengakhiri panggilan karena ingin ikut mencari, tapi sebelum itu Dania mendapat panggilan dari Hendry.“Halo.” Suara Dania terdengar cemas.“Kamu diminta ke ruangan Pak Kaivan,” kata Hendry dari seberang panggilan.“Harus sekarang? Apa bisa nanti saja? Aku ada urusan penting sekarang,” balas Dania mencoba nego.“Harus sekarang. Ada Kai di ruangan Pak Kaivan,” ujar Hendry.Dania terdiam. Kai di ruangan Kaivan? Bagaimana bisa?”“Kenapa Kai bersama Pak K
Read more

Kebiasaan Sama

Kaivan masih fokus dengan pekerjaan di meja. Dia melirik Kai yang anteng di sofa. Kaivan kagum, anak sekecil itu seharusnya aktif dan banyak tingkah, tapi tidak dengan Kai. Kaivan hanya sekali meminta Kai menggambar atau melakukan sesuatu dengan tenang dan anak kecil itu melakukannya.Kaivan menengok ke arloji yang melingkar di pergelangan tangan. Dia melihat sudah waktunya jam makan siang.Kaivan menghampiri Kai, lalu bertanya, “Kamu mau makan apa? Akan kupesankan.”“Apa aja boleh,” jawab Kai lalu mengalihkan fokus pandangannya pada pria tinggi berahang tegas yang berdiri di dekatnya itu.“Kata Mami, Kai nggak boleh pilih-pilih makanan, tapi jangan yang ada kacangnya juga,” ujar Kai menjelaskan.Kaivan mengerutkan alis.“Kenapa tidak boleh makan kacang?” tanya Kaivan penasaran.Kai bicara sambil mewarnai. “Kai alergi cama kacang, campe macuk rumah cakit, itu ga enak. Badan Kai, gatel. Teyus maca Kai dicuruh muntah-muntah.”Kaivan terkejut, kenapa bisa sama dengannya?Kaivan tidak ban
Read more

Rencana Kaivan

Kaivan merasa ada sesuatu yang mengganjal. Setelah makan siang dan melakukan pembicaraan dengan Kai, Kaivan terus memikirkan siapa Kai sebenarnya. Rasanya aneh, meski Kaivan berusaha tidak peduli, kenapa dia penasaran? Apa karena Kai anak Eve, entah kenapa segala tentang Eve selalu menarik baginya?Kaivan menatap Kai yang kekenyangan dan sekarang sedang tidur. Dia membuka laci di meja kerjanya, lalu mengambil bros yang masih disimpannya selama tiga tahun ini. Kaivan kembali melihat 4 angka di belakang bros, dia masih penasaran arti 4 angka itu, meski Grisel sudah menjawabnya.Kaivan menekan tombol di pesawat telepon, meminta agar Hendry masuk ruang kerjanya.“Ya, Pak.” Hendry langsung menghadap pada Kaivan.“Aku ingin kamu menyelidiki sesuatu,” perintah Kaivan sambil menggenggam bros yang ada di tangan.“Siap, Pak.”**Tak terasa waktu berjalan begitu cepat. Hari sudah sore dan Dania pun datang ke ruangan Kaivan untuk menjemput Kai.“Bibi Cantik. Bentar, Kai ciap-ciap.” Kai terlihat s
Read more

Perlahan Terbongkar

Kaivan memperhatikan ekspresi wajah Grisel yang gelagapan panik. Dia terus menatap dan meyakini jika kecurigaannya benar.Kaivan mengingat kejadian beberapa hari lalu, saat dia mengantar Grisel pulang ke apartemen. Dia merasa aneh dengan sikap Grisel saat ada wanita yang menemui Grisel waktu itu, apalagi Grisel menarik kasar, sampai membuat Kaivan bertanya-tanya meski dia tidak mau peduli.Kaivan tidak langsung pulang. Dia menunggu, hingga melihat wanita tua yang menemui Grisel berjalan sambil menangis. Berniat menghentikan wanita itu, Kaivan malah hampir menabraknya.“Anda baik-baik saja?” tanya Kaivan ketika turun dari mobil.Wanita itu malah menangis sejadi-jadinya.Kaivan semakin penasaran, siapa wanita itu dan kenapa menangis seperti ini.“Kenapa Anda tidak menabrak saya saja, biarkan saja mati saja!” Ibu Grisel menangis sejadi-jadinya.Kaivan melihat beberapa orang memperhatikannya, lalu dia berkata, “Jika Bibi ada masalah, bisa ceritakan kepadaku. Bagaimana kalau masuk mobil du
Read more

Terbongkar Semua

Kaivan merasakan ketegangan di wajah Grisel. Dia bersikap tenang meski Grisel memperlihatkan sikap gelisah.“Aku ke kamar mandi sebentar,” ucap Kaivan lalu mengusap mulut dengan serbet.Kaivan berdiri, lalu meninggalkan meja makan.Grisel tersenyum membalas ucapan Kaivan, tapi setelahnya senyum itu menguar dan tatapan matanya tertuju pada sang ibu yang berdiri di dekat kursi Kaivan.Grisel berdiri, lantas dengan cepat menghampiri wanita tua itu.“Kenapa Ibu bisa di sini?” tanya Grisel sambil menekan suaranya yang ingin sekali meledak. Sorot matanya tajam, memperlihatkan rasa tak senang.Ibu Grisel diam. Memilih mengabaikan putrinya yang emosi.“Jawab, Bu!” geram Grisel sambil mencengkram kedua lengan sang ibu.Wanita tua itu akhirnya menatap pada Grisel.“Ibu jangan macam-macam! Jangan menghancurkan masa depanku!” Grisel bicara dengan penekanan. Dia tak berpikir jika sikapnya sekarang ini benar-benar sudah menyakiti hati ibunya.“Ibu di sini hanya kerja, kenapa kamu harus semarah itu
Read more

Merasa Bersalah Pada Kai

Eve baru saja keluar dari kamar Bram saat malam hari. Dia tidak bisa buru-buru pulang karena takut Bram curiga, apalagi Eve juga menolak tinggal di apartemen sang kakak.Eve berjalan di koridor dengan perasaan lega karena kondisi Bram sudah berangsur membaik. Setidaknya setelah ini Bram pasti sudah siap mendengarkan fakta yang akan Eve ungkap.Saat baru saja sampai di lobi, Eve terkejut melihat siapa yang berjalan dari luar menghampiri dirinya.“Akhirnya aku menemukanmu,” kata Damian, “kenapa kamu tidak menjawab panggilanku atau membalas pesanku?” tanya Damian saat sudah berdiri di depan Eve.“Aku sibuk mengurus kakakku yang sakit,” jawab Eve datar.“Apa yang kamu lakukan di sini?” tanya Eve berusaha bersikap biasa.“Apa lagi? Tentu saja mencarimu karena aku mencemaskanmu,” jawab Damian sambil memperlihatkan perhatiannya pada Eve.“Dari mana kamu tahu aku di sini?” tanya Eve menatap curiga.“Aku mencarimu ke apartemen kakakmu karena tidak ada kabar darimu, di sana aku dapat informasi k
Read more
PREV
1
...
678910
...
13
DMCA.com Protection Status