Home / CEO / Jatuh di Pelukan CEO Dingin / Marah atau Panik?

Share

Marah atau Panik?

Author: Aldra_12
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Keesokan harinya. Eve sudah bangun dan sibuk di dapur menyiapkan sarapan untuk Kai dan Dania.

“Senangnya ada yang menyiapkan sarapan, biasanya aku hanya makan roti atau beli di jalan,” celoteh Dania saat melihat Eve sibuk di dapur.

Eve menoleh Dania sambil tersenyum.

“Ya, mau bagaimana lagi. Masa aku tidak melakukan yang berguna untukmu di sini, padahal sudah diberi tumpangan,” seloroh Eve.

“ish … kenapa bicaranya seperti itu? Aku tidak butuh balasan, kamu mau tinggal di sini saja aku sudah sangat senang ada temannya,” balas Dania.

Eve hanya tersenyum.

“Oh ya, kapan kamu akan memperkenalkan Kai pada kakakmu?” tanya Dania. Dia mengambil potongan wortel di mangkuk lalu memasukkan ke mulut sambil menunggu jawaban Eve.

“Mungkin besok atau lusa. Kemarin kondisi Kak Bram sudah sangat baik, semoga Kak Bram siap mendengar fakta soal Kai,” ucap Eve penuh harap meski ada rasa sedih karena takut Bram kecewa padanya.

“Kenapa? Kamu takut kakakmu marah kalau tahu kamu punya anak di luar nikah?” tan
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Gojo Squad
kapan lanjutannya...
goodnovel comment avatar
Adeena
apa Kaivan udah tau kebenaran'y... atau malah udah tau kalo Kai anak'y...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Jatuh di Pelukan CEO Dingin   Memang Benar

    Kai berada di mobil bersama Kaivan. Dia duduk sambil memperhatikan jalanan yang dilewati mereka. Kai menoleh Kaivan, melihat pria itu sedang mengecek tablet pintar.“Kita mau ke mana?” tanya Kai penasaran.Kaivan menoleh pada Kai. Dia meletakkan tablet pintar di pangkuan, lalu menjawab, “Bertemu temanku sebentar, lalu setelahnya menuruti semua keinginan Kai.”Kai mengerutkan alis penasaran.“Kai mau minta apa?” tanya Kaivan, “akan aku turuti semua permintaan Kai.”Kai berpikir. Ekspresi wajah bocah itu sangat lucu saat ini.“Kai mau ketemu Papi,” jawab Kai sambil menatap Kaivan seraya mengedipkan mata lucu.Kaivan terdiam.Akan tetapi sedetik kemudian Kai tertawa.“Paman pasti nggak tahu di mana papinya Kai. Kai hanya bercanda,” ucap bocah laki-laki itu, “belikan Kai cokelat saja, tapi jangan yang ada kacangnya.”Kaivan mengangguk.Setelah beberapa saat. Mereka akhirnya sampai di sebuah apartemen. Kaivan mengajak Kai menemui temannya yang ternyata seorang dokter.“Aku terkejut kamu ma

  • Jatuh di Pelukan CEO Dingin   Tidak Ada Hubungan

    Eve sudah di rumah sakit. Dia melihat Bram yang baru saja diperiksa dokter.“Kondisi Pak Bram sudah membaik, kalau bisa bertahan seperti ini, besok atau lusa sudah boleh pulang,” ucap dokter setelah memeriksa.Eve merasa sangat lega, begitu juga dengan Alana.“Terima kasih, Dok.” Eve bicara dengan senyum di wajah.Setelah dokter dan perawat pergi. Eve duduk di kursi samping ranjang Bram.“Eve, setelah aku pulang, tinggallah di apartemen bersama kami,” pinta Bram sambil menatap sendu pada Eve.“Iya, Eve. Kita bisa memulai semuanya dari awal lagi,” timpal Alana yang memang sudah sangat menyesal pernah menyakiti Eve.Eve bingung karena memikirkan Kai, dia mau bicara tapi belum siap karena Bram baru saja membaik.“Kak, sebenarnya ada yang mau aku sampaikan, tapi mungkin besok saja,” kata Eve agak ragu.“Besok? Kenapa tidak sekarang? Apa itu hal penting?” tanya Bram penasaran.“Besok saja,” jawab Eve sambil tersenyum agar Bram tidak cemas.Bram menatap Alana yang mengangguk mengisyaratkan

  • Jatuh di Pelukan CEO Dingin   Ketahuan

    “Kai ingat, kan? Jangan beritahu Mami kalau pergi denganku,” kata Kaivan saat mereka berada di mobil menuju perusahaan.“Kenapa tidak boleh bilang? Paman cama Bibi Cantik ngajarin Kai bohong, ya?” Kai menatap Kaivan curiga.Kaivan cukup terkejut mendengar ucapan Kai, tapi juga kagum karena Kai memang cerdas.“Bukan berbohong, tapi hanya takut Mami marah saja. Nanti aku pasti bilang kalau mengajak Kai, tapi tidak sekarang. Kai anak cerdas, pasti paham maksudku,” ucap Kaivan menjelaskan.Kai diam sesaat, lalu kemudian mengangguk-angguk pelan.Mereka turun dari mobil yang berhenti di depan lobi. Kai sangat senang mendapat buku gambar dan crayon baru. Dia berjalan menggandeng Kaivan sambil memegang lolipop, sedangkan barangnya dibawa Kaivan.“Nanti di ruanganku dulu, Bibi Cantik akan menyusul Kai saat jam makan siang,” kata Kaivan saat mereka berjalan menuju lift.“Iya.” Kai mengangguk.Saat pintu lift terbuka, Kaivan melihat Grisel yang baru saja akan keluar. Kaivan menatap dingin pada wa

  • Jatuh di Pelukan CEO Dingin   Pengumuman

    Buku ini akan terus update setiap hari sampai tamat, terima kasih yang sudah membaca kisah ini dan terima kasih atas dukungannya 🙏

  • Jatuh di Pelukan CEO Dingin   Jujur Pada Dania

    Dania sedang sibuk dengan pekerjaannya, di saat ponselnya berdering. Dia melihat nama Eve, membuatnya langsung menjawab. Namun, alangkah terkejutnya Dania saat mendengar suara Eve.“Kai kamu titipkan di mana?” tanya Eve lagi.Dania gelagapan panik karena Eve terdengar marah.“Itu, Kai di perusahaan karena dia tidak mau dititipkan di sana,” jawab Dania jujur.“Kalau bisa, ajak dia segera pulang, aku tunggu di apartemen,” kata Eve dari seberang panggilan.“Kamu tidak mampir ke sini?” tanya Dania memastikan, siapa tahu Eve ingin bernostalgia di perusahaan itu.Hening, tidak ada balasan dari Eve, lalu beberapa saat kemudian Dania mendengar Eve bicara.“Tidak.”Dania mendengar Eve menjawab, tapi setelahnya panggilan itu diakhiri. Dania berpikir Eve pasti sangat marah, sehingga membuat Dania merasa tidak enak hati dan merasa bersalah karena sudah tak jujur.Dania juga berpikir, kenapa Eve tidak mau mampir ke perusahaan padahal hanya berjarak beberapa meter. Bahkan jawaban Eve terdengar sang

  • Jatuh di Pelukan CEO Dingin   Fakta Soal Kai

    [Hasilnya sudah keluar. Kamu mau datang ke sini langsung?]Kaivan membaca pesan dari Martin. Dia segera berdiri dari tempatnya untuk pergi ke rumah sakit.“Anda mau pergi sekarang?” tanya Hendry saat melihat Kaivan keluar dari ruang kerja.“Ya,” jawab Kaivan lalu pergi dengan agak terburu-buru.Kaivan pergi ke rumah sakit. Sesampainya di sana langsung ke ruang kerja Martin.“Cepat sekali, kupikir kamu akan datang nanti-nanti,” ucap Martin saat melihat Kaivan datang.“Bagaimana hasilnya?” tanya Kaivan.“Duduklah dulu,” kata Martin. Dia mengambil salah satu amplop yang ada di tumpukan mejanya, lalu mengambil kertas dari dalam amplop putih berlogo laboratorium rumah sakit.Kaivan duduk di kursi berhadapan dengan Martin. Dia menatap Martin yang sedang membaca hasil laboratorium.“Di sini tertulis kalau DNA-mu dan anak kecil itu, sembilan puluh sembilan persen sama. Jadi bisa dianggap, kalau anak kecil itu memang anakmu.”Kaivan tidak menyangka. Bahkan dia merasa napasnya berhenti sesaat, j

  • Jatuh di Pelukan CEO Dingin   Jujur Pada Bram

    Setelah tidak berhasil menemui Eve. Kaivan memilih pulang karena Maria sudah keluar dari rumah sakit.“Di mana Ibu?” tanya Kaivan pada salah satu pelayan.“Di kamar, Pak.” Kaivan berjalan menuju kamar Maria, dia mengetuk pintu sebelum masuk. Kaivan melihat Maria duduk di atas ranjang sambil menatapnya datar.“Bagaimana kondisi Ibu?” tanya Kaivan.“Kamu terlalu sibuk sampai tidak bisa menjemput ibumu sendiri pulang,” balas Maria tampak kesal. Dia berpikir Kaivan sibuk dengan Grisel.“Ada hal penting yang tadi aku urus. Aku minta maaf tidak bisa menjemput,” ucap Kaivan mengalah.Maria menatap Kaivan, rasanya aneh ketika mendengar Kaivan bicara tak memancing perdebatan.“Saat ibu pulang, kenapa ada pelayan baru?” tanya Maria mengalihkan pembicaraan.Kaivan menjelaskan siapa wanita itu dan kenapa bisa di sana. Dia juga memberitahu, kalau bukan karena wanita itu, Kaivan tidak akan pernah tahu kebusukan Grisel.Maria sangat terkejut mendengar cerita Kaivan. Akhirnya dia tahu kalau Grisel ti

  • Jatuh di Pelukan CEO Dingin   Merasa Bersalah

    “Eve, jangan bercanda!” Bram benar-benar tidak percaya dengan pengakuan adiknya.Eve menelan ludah. Tampak jelas ketakutan di wajahnya.“Aku tidak bercanda, Kak. Kai adalah anakku,” ucap Eve meyakinkan sambil menggenggam erat tangan mungil Kai.Bram sangat syok, dia sampai meremas dada yang terasa nyeri.Eve sangat panik dan takut. Dia melihat Alana yang langsung mendekat dan mencoba menenangkan Bram.“Katakan dia bercanda,” ucap Bram dengan napas berat saat Alana ada di sampingnya.“Sayang, tenang. Tarik napas dan embuskan perlahan. Jangan emosi, dengarkan penjelasan Eve dulu,” kata Alana mencoba menenangkan Bram.Bram begitu tertekan sampai tak bisa berkata-kata. Alana memberinya minum agar bisa sedikit tenang.“Eve pasti punya alasan, dia adikmu dan kamu harus percaya padanya,” ucap Alana meyakinkan.Eve benar-benar ketakutan jika sampai terjadi sesuatu pada Bram karena pengakuannya. Dia masih menggenggam erat tangan Kai, takut mendekat karena tak ingin Bram semakin emosi.Kai send

Latest chapter

  • Jatuh di Pelukan CEO Dingin   Ulah Grisel

    Semua staff di sana sangat terkejut. Itu benar-benar berita yang sangat menghebohkan.Grisel syok, tapi tentunya tidak percaya begitu saja. “Kamu pasti hanya mengaku-ngaku. Kaivan tidak punya saudara,” bantah Grisel.Dania tersenyum miring, lalu membalas, “Siapa yang bilang saudara kandung? Aku bilang sepupu. Kamu bahkan tidak tahu Damian punya adik, kan?”Grisel gelagapan panik.Dania mendekat pada Grisel, lalu mencondongkan wajah di dekat telinga Grisel dan berbisik, “Aku tahu kamu tidur dengan kakakku untuk merebutnya dari Eve. Dan aku tahu, kamu mengaku sebagai Eve agar bisa mendapatkan Kaivan. Lalu kamu masih mengelak? Sadar diri, Kaivan tidak akan pernah mau dengan wanita berbisa sepertimu.”Grisel membeku mendengar ucapan Dania. Tidak ada yang tahu soal dirinya tidur dengan Damian selain Eve, tapi siapa sangka Dania benar-benar tahu.Dania tersenyum miring, lalu berjalan menjauh dari Grisel. Dia memandang ketiga staff yang tadi terkena marah, lalu dengan enteng berkata, “Kalau

  • Jatuh di Pelukan CEO Dingin   Jadi Bahan Gosip

    “Apa kalian sudah dengar? Katanya Bu Grisel tidak jadi menikah dengan Pak Kaivan.”“Aku dengar, katanya Bu Grisel selama ini membohongi Pak Kaivan.”“Bohongi apa?”Beberapa staff yang sedang menunggu lift terbuka, asyik bergosip soal Grisel dan Kaivan.Berita Grisel akan menikah dengan Kaivan cukup menghebohkan perusahaan waktu itu, lalu lambat-laun berita itu meredup dan banyak yang mempertanyakan apakah Kaivan benar akan menikah dengan Grisel atau tidak karena tidak ada tanda-tanda pernikahan itu akan terjadi.Sekarang terbukti, tiba-tiba saja berembus berita jika hubungan Kaivan dan Grisel berakhir.Saat para staff itu asyik bergosip, sampai tidak sadar kalau Grisel ada di belakang mereka.“Apa kalian digaji hanya untuk bergosip, hah?!” Grisel membentak ketiga staff yang berani bergunjing.Ketiga staff itu sangat terkejut. Mereka panik saat melihat Grisel ada di sana, seketika ketiganya langsung menunduk panik.“Apa pekerjaan kalian sudah benar sampai sibuk menggosipkan atasan kali

  • Jatuh di Pelukan CEO Dingin   Agak Curiga

    “Saya bisa mengurus semuanya sendiri. Anda tidak seharusnya ikut campur dalam hidup saja,” ucap Eve yang terpaksa pergi bersama Kaivan agar Alana dan Bram tidak curiga.Kai ditinggal bersama Alana karena Eve ikut Kaivan untuk bertemu pekerja yang akan merenovasi tempat yang disewa Eve.Kaivan tiba-tiba menepikan mobil, membuat Eve terkejut lalu menoleh pada Kaivan.“Kenapa Anda berhenti?” tanya Eve. Dia juga mengecek pintu yang dikunci otomatis.“Sepertinya aku harus mengingatkanmu berulang kali kalau Kai anakku dan aku berhak atas dirinya. Jika kamu tidak suka aku datang ke tempatmu atau membantumu demi masa depan Kai, maka biarkan Kai bersamaku, karena aku yakin masa depannya lebih terjamin daripada denganmu.”Eve terkejut mendengar ucapan Kaivan.“Apa Anda pikir bisa melakukan segalanya karena Anda kaya? Perlu Anda catat, selama ini kehidupan kami baik-baik saja. Kai sehat dan semua kebutuhannya tercukupi, jadi Anda tidak usah bersikap seolah Anda bisa segalanya dan meremehkanku se

  • Jatuh di Pelukan CEO Dingin   Tamu di Pagi Hari

    Keesokan harinya. Eve baru saja bangun setelah semalam begadang membuat anggaran belanja untuk merenovasi tempat yang akan disewanya, serta membuat perincian barang juga bahan untuk modal usaha.Eve sudah tidak melihat Kai di ranjang, itu artinya Kai sudah bangun dan mungkin ada di ruang tamu sedang bermain.Eve menguap, lalu turun dari ranjang dan keluar kamar masih memakai piyama dengan celana pendek.“Pagi Mami.” Kai langsung menyapa meski tak menatap sang mami.“Pagi,” balas Eve, “Bibi lagi masak, ya?” tanya Eve.“Iya, soalnya Mami bangun kesiangan,” jawab Kai.Eve berjalan ke dapur untuk membantu Alana memasak. Dia tidak enak hati karena bangun kesiangan dan membiarkan Alana yang menyiapkan sarapan sendirian.“Pagi, Kak. Maaf aku kesiangan,” ucap Eve sambil mengikat rambutnya.Alana menoleh, lalu tersenyum. Tentu saja sikap Alana yang sekarang, sangat berbeda dengan dulu ketika masih membenci Eve.“Tidak apa-apa. Aku juga masuk siang, kemungkinan pulang malam. Sore nanti jangan l

  • Jatuh di Pelukan CEO Dingin   Membahas Hubungan

    “Aku? Kamu? Apa kamu tidak punya sopan santun sampai bicara non formal pada atasanmu?” Kaivan bicara sambil menatap dingin pada Grisel.Hendry langsung melipat bibir, menahan tawa karena Kaivan benar-benar mengabaikan dan bersikap dingin pada Grisel.Grisel sangat terkejut, tapi dia berusaha untuk tenang.“Maaf, apa saya bisa bicara dengan Anda?” tanya Grisel mengubah cara bicaranya.Grisel mengumpat dalam hati. Dia sudah terbiasa bicara non formal, tapi begitu Kaivan mengakhiri hubungan mereka, pria itu langsung menegurnya.“Jika mau ada yang dikatakan, katakan di sini!” Kaivan bicara tegas. Dia tidak mau jika sampai ada kesalahpahaman kalau bicara berdua dengan Grisel.Grisel terkejut. Dia kesal karena Kaivan semakin susah diajak bicara.“Saya ingin membahas hubungan kita, apa baik jika dibicarakan di depan orang lain?” tanya Grisel sambil melirik pada Hendry.Kaivan tahu ke mana arah lirikan Grisel, dia membalas, “Kenapa tidak? Hendry orang kepercayaanku, apa pun yang menjadi masal

  • Jatuh di Pelukan CEO Dingin   Eve Bingung

    Eve menghela napas kasar. Dia menatap Kaivan yang sedang mengeluarkan barang dari bagasi, terlihat Kai yang begitu antusias menunggu Kaivan.“Kalau Kai menginginkan yang lain lagi, katakan padaku. Oke.” Kaivan memberikan kantong berisi mainan dan pakaian yang dibelinya untuk Kai.“Oke.” Kai terlihat sangat senang.Eve masih diam melihat putranya kesusahan membawa barang-barang itu.“Mami, ini berat,” kata Kai susah payah membawa kantong yang diberikan Kaivan.Eve dengan terpaksa menerima. Dia lalu memandang Kaivan yang mendekat sambil membawa kantong lain.“Ini suplemen untuk kakakmu. Ibuku juga meminum ini untuk menjaga kondisi tubuhnya,” ujar Kaivan sambil mengulurkan kantong yang dibawanya ke Eve.Eve menerima, lalu membalas, “Sebaiknya Anda tidak perlu membelikan apa pun lagi untuk kami.”Kaivan tersenyum tipis, lalu membalas, “Aku ayahnya, aku berhak melakukannya.”Kaivan bicara dengan lirih agar Kai tidak mendengar. Dia yakin Eve belum mau jujur pada Kai, kalau Kaivan adalah aya

  • Jatuh di Pelukan CEO Dingin   Akhirnya Bisa Menjelaskan

    Kaivan menemani Eve menemui pemilik tempat yang akan disewa. Dia duduk diam sambil mendengarkan perbincangan Eve dan pria itu.“Jika sewa sekaligus beberapa tahun, apa bisa dapat potongan?” tanya Eve setelah mendengar harga sewanya.Eve berpikir. Jika hanya sewa satu atau dua tahun, maka dia akan rugi renovasi dan lain-lainnya, sedangkan jika ingin mengambil jangka lama, Eve takut dananya tidak cukup untuk yang lainnya dan akan habis untuk sewa tempat saja.Pemilik toko melirik Kaivan, melihat pria itu menyesap kopi sambil mengedipkan mata.Eve menyadari ke mana arah tatapan pria itu. Dia menoleh Kaivan dan melihat mantan atasannya itu sedang minum.“Jika memang kamu mau ambil lima atau di atas lima tahun, akan aku beri potongan harga,” kata pemilik toko itu.Eve senang lalu sepakat mengambil tempat itu. Setelah deal dan akan disiapkan surat kontraknya, pemilik toko itu pamit undur diri.Kaivan masih santai minum kopinya saat Eve menatap curiga padanya.“Kenapa saya merasa kalau pria

  • Jatuh di Pelukan CEO Dingin   Mencurigai Sikap Kaivan

    “Kamu ingin mencari tempat yang seperti apa?” tanya Kaivan sambil mengemudikan mobil.Eve tidak menjawab, dia mengamati jalanan yang ada dilewati. Dia terlalu malas dan tidak punya energi untuk bicara dengan pria di sampingnya saat ini.Kai mengamati sang mami yang tidak mau menjawab pertanyaan Kaivan. Dia sampai menatap bergantian dua orang dewasa yang duduk di depannya itu.“Mami, Paman Kaivan tanya, Mami haruc jawab. Mami bilang, kalau ada yang tanya haruc copan jawab,” celoteh Kai mengingat nasihat sang mami.Eve terkejut sampai menoleh Kai. Dia melihat Kai menatap heran padanya. Eve melirik pada Kaivan yang sedang menyetir, akhirnya mau tidak mau dia harus merespon perkataan Kaivan.“Yang jelas lingkungannya ramai, jika perlu yang memiliki halaman parkir luas agar pelanggan nyaman saat makan di kafe karena ada tempat parkir yang tidak mengganggu pengguna jalan,” ujar Eve menjelaskan.Kaivan mengangguk-angguk.Eve tidak paham arti anggukan kepala itu. Dia memilih diam mengamati ja

  • Jatuh di Pelukan CEO Dingin   Pendekatan Lagi

    Eve sangat terkejut melihat siapa yang sekarang berdiri di hadapannya. Kenapa pria ini harus mendatanginya lagi.“Kalian mau ke mana?” tanya Kaivan.Kaivan sengaja datang pagi-pagi untuk bisa menemui Eve. Dia akan memanfaatkan setiap waktu yang ada agar bisa mendekati Eve.“Bukan urusanmu,” balas Eve lirih karena tidak ingin Kai mendengarnya bicara ketus.Kaivan lalu melirik Kai. Jika Eve tak mau menjawab, Kai pasti akan jujur.“Kai mau ke mana?” tanya Kaivan.Eve melotot mendengar Kaivan bertanya pada Kai.“Mami bilang mau jalan-jalan cambil nyari tempat buat buka kafe ceperti milik Paman Brian,” jawab Kai dengan nada suaranya yang khas dan lucu.Eve menghela napas panjang. Dia memalingkan muka ketika Kaivan memandangnya.Kaivan tersenyum. Benar kata Hendry, dia harus menggunakan Kai untuk meluluhkan Eve.“Bagaimana kalau paman antar, pakai mobil?” tanya Kaivan pada Kai sambil mengulurkan tangan pada Kai.Kai sudah bersemangat ingin meraih tangan Kaivan, tapi dia menoleh sang mami unt

DMCA.com Protection Status