Buku ini akan terus update setiap hari sampai tamat, terima kasih yang sudah membaca kisah ini dan terima kasih atas dukungannya š
Dania sedang sibuk dengan pekerjaannya, di saat ponselnya berdering. Dia melihat nama Eve, membuatnya langsung menjawab. Namun, alangkah terkejutnya Dania saat mendengar suara Eve.āKai kamu titipkan di mana?ā tanya Eve lagi.Dania gelagapan panik karena Eve terdengar marah.āItu, Kai di perusahaan karena dia tidak mau dititipkan di sana,ā jawab Dania jujur.āKalau bisa, ajak dia segera pulang, aku tunggu di apartemen,ā kata Eve dari seberang panggilan.āKamu tidak mampir ke sini?ā tanya Dania memastikan, siapa tahu Eve ingin bernostalgia di perusahaan itu.Hening, tidak ada balasan dari Eve, lalu beberapa saat kemudian Dania mendengar Eve bicara.āTidak.āDania mendengar Eve menjawab, tapi setelahnya panggilan itu diakhiri. Dania berpikir Eve pasti sangat marah, sehingga membuat Dania merasa tidak enak hati dan merasa bersalah karena sudah tak jujur.Dania juga berpikir, kenapa Eve tidak mau mampir ke perusahaan padahal hanya berjarak beberapa meter. Bahkan jawaban Eve terdengar sang
[Hasilnya sudah keluar. Kamu mau datang ke sini langsung?]Kaivan membaca pesan dari Martin. Dia segera berdiri dari tempatnya untuk pergi ke rumah sakit.āAnda mau pergi sekarang?ā tanya Hendry saat melihat Kaivan keluar dari ruang kerja.āYa,ā jawab Kaivan lalu pergi dengan agak terburu-buru.Kaivan pergi ke rumah sakit. Sesampainya di sana langsung ke ruang kerja Martin.āCepat sekali, kupikir kamu akan datang nanti-nanti,ā ucap Martin saat melihat Kaivan datang.āBagaimana hasilnya?ā tanya Kaivan.āDuduklah dulu,ā kata Martin. Dia mengambil salah satu amplop yang ada di tumpukan mejanya, lalu mengambil kertas dari dalam amplop putih berlogo laboratorium rumah sakit.Kaivan duduk di kursi berhadapan dengan Martin. Dia menatap Martin yang sedang membaca hasil laboratorium.āDi sini tertulis kalau DNA-mu dan anak kecil itu, sembilan puluh sembilan persen sama. Jadi bisa dianggap, kalau anak kecil itu memang anakmu.āKaivan tidak menyangka. Bahkan dia merasa napasnya berhenti sesaat, j
Setelah tidak berhasil menemui Eve. Kaivan memilih pulang karena Maria sudah keluar dari rumah sakit.āDi mana Ibu?ā tanya Kaivan pada salah satu pelayan.āDi kamar, Pak.ā Kaivan berjalan menuju kamar Maria, dia mengetuk pintu sebelum masuk. Kaivan melihat Maria duduk di atas ranjang sambil menatapnya datar.āBagaimana kondisi Ibu?ā tanya Kaivan.āKamu terlalu sibuk sampai tidak bisa menjemput ibumu sendiri pulang,ā balas Maria tampak kesal. Dia berpikir Kaivan sibuk dengan Grisel.āAda hal penting yang tadi aku urus. Aku minta maaf tidak bisa menjemput,ā ucap Kaivan mengalah.Maria menatap Kaivan, rasanya aneh ketika mendengar Kaivan bicara tak memancing perdebatan.āSaat ibu pulang, kenapa ada pelayan baru?ā tanya Maria mengalihkan pembicaraan.Kaivan menjelaskan siapa wanita itu dan kenapa bisa di sana. Dia juga memberitahu, kalau bukan karena wanita itu, Kaivan tidak akan pernah tahu kebusukan Grisel.Maria sangat terkejut mendengar cerita Kaivan. Akhirnya dia tahu kalau Grisel ti
āEve, jangan bercanda!ā Bram benar-benar tidak percaya dengan pengakuan adiknya.Eve menelan ludah. Tampak jelas ketakutan di wajahnya.āAku tidak bercanda, Kak. Kai adalah anakku,ā ucap Eve meyakinkan sambil menggenggam erat tangan mungil Kai.Bram sangat syok, dia sampai meremas dada yang terasa nyeri.Eve sangat panik dan takut. Dia melihat Alana yang langsung mendekat dan mencoba menenangkan Bram.āKatakan dia bercanda,ā ucap Bram dengan napas berat saat Alana ada di sampingnya.āSayang, tenang. Tarik napas dan embuskan perlahan. Jangan emosi, dengarkan penjelasan Eve dulu,ā kata Alana mencoba menenangkan Bram.Bram begitu tertekan sampai tak bisa berkata-kata. Alana memberinya minum agar bisa sedikit tenang.āEve pasti punya alasan, dia adikmu dan kamu harus percaya padanya,ā ucap Alana meyakinkan.Eve benar-benar ketakutan jika sampai terjadi sesuatu pada Bram karena pengakuannya. Dia masih menggenggam erat tangan Kai, takut mendekat karena tak ingin Bram semakin emosi.Kai send
āBibi, apa Paman Bram akan cuka cama Kai?ā tanya Kai sambil menggandeng tangan Alana. āCoalnya tadi kok Paman Bram kaget lihat Kai,ā imbuh Kai.āTentu saja suka,ā balas Alana, āPaman Bram kaget karena baru tahu kalau punya keponakan tampan seperti Kai,ā imbuh Alana lalu mencubit pelan hidung Kai.Kai tertawa. Dia kembali menjilat es krim yang dipegangnya. Mereka sedang berjalan menuju ruang inap Bram lagi.āKai cuka Paman Bram,ā ucap Kai dengan suara khasnya yang lucu dan cedal.āPaman Bram juga pasti sayang Kai. Bibi juga,ā balas Alana sambil menatap Kai yang menggemaskan dan cerdas.Di kamar Bram. Eve baru saja selesai menangis. Dia menyeka air mata yang tersisa di pipi, mata dan hidungnya merah.Eve begitu lega karena Bram tidak kambuh, bahkan sekarang sedang tersenyum padanya.āYang berlalu, biarkan saja berlalu. Sudah, tidak usah memikirkan masa lalu lagi. Aku tidak pernah malu meski kamu hamil di luar nikah, yang terpenting sekarang kamu di sini bersama kami,ā ucap Bram.Eve men
Kaivan akhirnya mengajak Dania ke rooftop karena tidak mau satu divisi tahu jika dirinya sedang membahas Eve. Apalagi Dania terus bersuara keras ketika membalas ucapannya.āKenapa kamu harus marah-marah? Aku hanya bertanya, di mana Kai?ā Kaivan bicara sambil menatap Dania yang memasang wajah masam padanya.āKamu memang brengsek! Aku baru sadar, kupikir kamu berbeda dengan kakakku,ā amuk Dania, āapa kamu mau mengambil Kai dari Eve?!ā Kaivan menatap datar saat mendengar Dania mengamuk dirinya.āJadi kamu sudah tahu kalau Kai anakku?ā tanya Kaivan menebak berdasarkan apa yang Dania ucapkan.Dania terkejut. Dia langsung melipat bibir ketika baru sadar kalau sudah keceplosan bicara. Dania tidak bisa mengelak, sehingga akhirnya dia mengaku saja.āIya, aku tahu. Eve sudah memberitahuku,ā jawab Dania sambil melipat kedua tangan di depan dada.āApa saja yang Eve katakan?ā tanya Kaivan berusaha mengorek informasi dari Dania. Lagian dia tahu, jika Dania tidak bisa berbohong, itu akan terlihat da
āAku keluar dulu beli makanan,ā kata Eve sambil beranjak dari duduknya.āTidak pesan saja?ā tanya Alana.āAda kafe di samping rumah sakit, Kak. Aku juga sekalian mau beli sesuatu,ā jawab Eve.āOh, ya sudah.ā Alana mengizinkan.Eve menitipkan Kai pada Alana dan Bram. Dia mengambil tas lalu berjalan menuju pintu.Eve keluar dari ruang inap Bram. Dia sekarang sangat lega karena sudah jujur pada Bram sehingga beban yang ditanggungnya terasa berkurang.Eve ingin membeli makan siang. Dia berjalan di koridor sambil mengecek ponsel, hingga langkahnya terhenti saat melihat siapa yang ada di hadapannya.Eve tampak malas, tapi sadar tidak bisa menghindar. Dia melihat tatapan tak senang Grisel yang kini sedang menghalangi langkahnya, Eve mencoba mengabaikan dengan kembali melangkah untuk melewati Grisel.Namun, siapa sangka Grisel kembali menghalangi langkah Eve, membuat Eve terpaksa berhenti dan menatap Grisel lagi.āKenapa kamu kembali?ā tanya Grisel.āBukan urusanmu juga, kan?ā Eve malas berhu
Grisel sangat geram setelah bicara dengan Eve yang kini berani melawannya dan sangat berbeda dari dulu. Posisinya semakin terancam karena kemunculan Eve setelah Kaivan tahu kalau bukan dia yang tidur dengan pria itu empat tahun lalu. Ini sungguh membuat Grisel pusing. Dia tidak mungkin membiarkan semua orang menertawakannya, kan?Grisel berjalan menuju pintu keluar rumah sakit, tapi siapa sangka dia bertemu dengan Damian yang baru saja memasuki lobi rumah sakit.Grisel terkejut dan ingin menghindar, tapi pria itu ternyata sudah melihatnya lebih dulu.Damian memperlambat gerakan kaki ketika berpapasan dengan Grisel. Dia akhirnya berhenti tepat di depan wanita itu.āApa yang kamu lakukan di sini?ā tanya Damian dengan tatapan menyelidik, curiga.āBukan urusanmu,ā ketus Grisel sambil memalingkan muka.Ekspresi wajah Damian berubah mendengar balasan Grisel. Melihat kondisi wanita itu baik-baik saja dan tidak terlihat seperti sakit, Damian menebak.āApa kamu ke sini untuk menemui Eve?ā tanya
Pernikahan Kaivan dan Eve berjalan dengan sangat lancar. Mereka sudah sah menjadi suami istri, kini tradisi melempar bunga pun akan dilakukan.Beberapa karyawan lajang yang diundang ke pesta itu sudah bersiap di depan altar, begitu juga dengan Dania yang ikut bergabung untuk mendapatkan buket bunga milik Eve. Siapa tahu selanjutnya dia yang akan menikah.Eve tersenyum penuh kebahagiaan melihat orang-orang antusias ingin merebut buket bunganya. Dia melihat Dania yang memberi kode agar dilempar ke arah Dania, membuat Eve semakin menahan senyum.Eve memunggungi para wanita yang siap menerima buket miliknya. Master Ceremony mulai berhitung, lalu di hitungan ketiga, Eve melempar buket bunga miliknya.Buket itu terlempar cukup kuat. Dania begitu antusias ingin menangkap, tapi banyaknya wanita di sana, membuat buket itu terpental beberapa kali hingga akhirnya jatuh ke tangan seseorang.Semua wanita kini menatap pada orang yang memegang buket itu.āBrian.ā Eve terkejut tapi juga merasa lucu k
Eve berada di salah satu kamar yang terdapat di hotel tempat pesta pernikahan diadakan. Dia datang lebih awal karena harus dirias oleh MUA yang sudah ditunjuk oleh Kaivan.Alana menemani Eve di kamar. Dia terus memperhatikan Eve yang sedang dirias sampai akhirnya siap.āKamu sangat cantik,ā puji Alana seraya menghampiri Eve yang baru saja selesai dirias.Eve menatap Alana dari pantulan cermin. Dia tersenyum malu karena mendapat pujian dari kakak iparnya itu.Alana menatap cukup lama pada Eve, lalu mengeluarkan sesuatu dari tas kecil yang dibawanya.Eve memperhatikan. Tidak tahu apa yang akan diberikan oleh kakak iparnya itu.āKakakmu dan aku sepakat memberikan ini sebagai hadiah pernikahanmu, memang tidak mewah dan mahal, tapi kami berharap ini cukup berkesan untukmu,ā ujar Alana memberikan kalung dengan liontin berinisial E.Eve sangat terkejut. Dia sampai menggeleng kepala pelan karena tak bisa menerima hadiah itu. Dia tahu kondisi ekonomi kakak dan kakak iparnya sedang susah, tapi
Hari pernikahan Eve dan Kaivan tiba. Malam sebelum acara pernikahan, Eve berada di kamar sedang istirahat setelah makan malam.āEve, boleh aku masuk?ā tanya Alana setelah sebelumnya mengetuk pintu.āMasuklah, Kak.āAlana membuka pintu kamar Eve. Dia melihat adik iparnya itu sedang duduk memegang ponsel.āAda apa, Kak?ā tanya Eve sambil menggeser posisi duduknya di ranjang untuk memberi tempat agar Alana bisa duduk.Alana duduk di dekat Eve. Dia menatap pada adik iparnya itu.āBesok kamu akan menikah. Aku dan kakakmu selama ini menyadari, belum pernah memberikan yang terbaik, terutama aku yang sering sekali bersikap tak baik karena rasa iri padamu. Tapi, semua sudah berlalu. Aku tidak bisa memberi apa pun selain mendoakan yang terbaik untuk kebahagiaanmu,ā ucap Alana sambil menggenggam erat telapak tangan Eve.Bola mata Eve berkaca-kaca. Dia mengulum bibir untuk menahan tangisnya.āTidak memberi apa-apa bagaimana, Kak? Aku bisa kuliah dan tumbuh juga karena usaha kalian. Ya, meski Kak
Siang itu Eve pergi ke perusahaan Kaivan. Dia mengantar makanan karena Kaivan berkata jika sangat sibuk.āKamu masih sibuk?ā tanya Eve saat masuk ruangan Kaivan.Kaivan menatap pada Eve. Melihat calon istrinya itu datang, Kaivan langsung menutup tirai dinding kaca agar para staff tak melihat apa yang dilakukannya.āKenapa tirainya ditutup?ā tanya Eve keheranan.Kaivan mendekat pada Eve, lalu mengecup pipi wanita itu.āBiar mereka tidak melihat ini,ā jawab Kaivan.Eve terkejut sampai memukul lengan Kaivan karena gemas.Eve mengajak Kaivan duduk. Dia membuka pembungkus makanan agar Kaivan bisa segera menyantap makan siang.āAku sebenarnya masih harus memilah berkas, sepertinya tidak bisa makan siang dulu,ā kata Kaivan.Eve menatap pada Kaivan, lalu membalas, āKamu tetap harus makan meski sedang sibuk. Kamu memilah berkas, biar aku yang menyuapi.āSenyum mengembang di wajah Kaivan saat mendengar ide Eve. Dia mengajak Eve ke meja kerja, memosisikan kursi lain di samping kursi kerjanya agar
Eve dan Kaivan masih duduk berdua di samping rumah setelah semua orang pulang. Kaivan menggenggam erat telapak tangan Eve seperti tak berniat melepas.āKamu dan Damian benar-benar sudah berbaikan?ā tanya Eve memastikan.āYa, anggap saja begitu. Tapi aku akan tetap memantaunya, meski bisa dibilang kalau dia sudah berumur, tapi Damian itu masih labil.āEve terkekeh pelan mendengar ucapan Kaivan.āKenapa malah tertawa?ā tanya Kaivan dengan dahi berkerut halus.āYa, labil sepertimu tampaknya,ā balas Eve sambil melirik Kaivan.āSiapa bilang aku labil?ā Kaivan tidak terima Eve mengatainya seperti itu.Eve menahan tawa. Dia menggeser posisi hingga menatap pada Kaivan lalu menjelaskan, āJika kamu tidak labil, kamu pasti akan segera menikahi Grisel waktu itu.āKaivan terkesiap, lalu mengelak, āItu bukan labil, tapi hanya belum yakin.āāAku memang berjanji akan menikahi, tapi itu untuk wanita yang aku tiduri. Dan saat Grisel mengakuinya, entah kenapa ada yang janggal, karena itu aku tidak seger
Malam itu. Kaivan dan yang lain makan malam bersama di rumah Maria. Ada Bram dan Alana juga yang diundang ke rumah.āKalian jangan sungkan, ya. Makan saja apa yang kalian suka, kalau mau memilih menu lain yang tidak ada di meja, bilang saja. Tidak usah malu-malu, anggap rumah sendiri,ā ucap Maria pada Bram dan Alana.Bram dan Alana mengangguk. Mereka benar-benar canggung diajak makan malam di rumah Maria.Saat mereka sedang makan malam, pelayan datang menemui Maria.āItu, Bu. Pak Damian dan Mbak Dania datang,ā kata pelayan.āOh, suruh masuk saja. Aku yang mengundang mereka untuk makan malam bersama,ā balas Maria.Pelayan itu mengangguk lalu segera pergi ke depan untuk mempersilakan Damian dan Dania masuk.Eve menoleh pada Kaivan. Dia melihat pria itu memasang wajah datar dan tak senang. Eve memilih diam dan tak berkomentar sama sekali.Damian dan Dania masuk. Dania langsung menyapa Maria dan yang lain, sedangkan Damian menatap pada Kaivan yang tak memandang ke arahnya sama sekali.āAy
Bram buru-buru turun dari mobil saat sampai di rumah Kaivan. Dia dijemput sopir Kaivan karena sangat mencemaskan Eve ketika tadi menghubungi.āBagaimana keadaanmu? Kenapa kamu tidak segera menghubungiku?ā tanya Bram langsung mengecek apakah Eve terluka atau tidak.āAku baik-baik saja, Kak. Kak Bram tidak perlu mencemaskanku seperti ini,ā ucap Eve mencoba menenangkan.Bram menatap sendu, lalu menghela napas pelan.Eve mengajak Bram duduk lebih dulu, kemudian menceritakan yang terjadi dan kondisi Grisel saat ini.Bram menghela napas kasar, baru kemudian berkomentar.āDia punya pilihan agar hidupnya lebih baik, tapi dia malah memilih cara yang salah dan memaksakan sesuatu yang seharusnya tak dia miliki,ā ujar Bram, āya sudahlah, terpenting kamu baik-baik saja.āBram menatap Eve penuh kelegaan.Eve mengangguk-angguk sambil memulas senyum agar Bram lega.**Setelah Eve merasa lebih baik, dia dan Kaivan pergi mengunjungi Grisel ke rumah sakit untuk melihat perkembangan dan laporan medis dar
Eve mengajak Kaivan menemui ibu Grisel. Bagaimanapun mereka harus memberitahu kondisi Grisel pada wanita itu. Eve sendiri juga tidak bisa merasa tenang begitu saja karena secara langsung atau tidak, Eve juga memperburuk depresi Grisel.āPak.ā Wanita tua itu langsung sedikit membungkuk saat melihat Kaivan di belakang dan menemuinya.Eve langsung merangkul pundak wanita tua itu, kemudian berkata, āBibi ada yang mau aku bicarakan.āWanita itu terkejut, bahkan terlihat takut.āApa saya membuat kesalahan?ā tanya wanita tua itu.āTidak, Bi. Bibi tidak berbuat salah, hanya saja ada yang memang harus kami bicarakan dengan Bibi,ā ucap Eve mencoba tenang meski takut dengan reaksi ibu Grisel.āDuduklah, Bi.ā Kaivan bicara dengan tegas agar wanita itu tidak kebingungan.Eve mengajak ibu Grisel duduk, begitu juga dengan Eve dan Kaivan yang duduk berhadapan dengan wanita itu.Wanita itu terlihat gemetar, bahkan jemarinya saling meremas sambil menatap pada Eve dan Kaivan secara bergantian.Eve ingin
Kaivan pergi ke rumah sakit setelah Eve agak tenang. Dia juga sudah berpesan pada Maria untuk menjaga Eve.Sesampainya di rumah sakit, Kaivan menemui Hendry yang ada di depan ruang inap bersama pengacara yang ditunjuk untuk menangani kasus itu, hanya berjaga-jaga jika Grisel tiba-tiba menuntut Eve.āBagaimana?ā tanya Kaivan begitu sudah berada di hadapan Hendry dan pengacara.Hendry dan pengacara itu menatap aneh pada Kaivan, membuat Kaivan mengerutkan alis.āAda apa? Grisel ingin menuntut Eve, atau dia membuat onar lagi?ā tanya Kaivan menaruh curiga.āBukan,ā jawab Hendry sambil menggeleng.āLalu?ā tanya Kaivan dengan satu sudut alis tertarik ke atas.āLebih baik Anda lihat sendiri, dokter juga ada di dalam,ā kata Hendry.Kaivan tentunya semakin penasaran, ada apa sebenarnya sampai Hendry tak menjelaskan langsung padanya. Dia akhirnya masuk ke ruang inap, lalu melihat sendiri apa yang terjadi pada Grisel.Dokter masih mengecek kondisi Grisel bersama dua perawat, bahkan kini Grisel ha