Share

Semua Bahagia

Penulis: Aldra_12
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-26 19:08:34

Pernikahan Kaivan dan Eve berjalan dengan sangat lancar. Mereka sudah sah menjadi suami istri, kini tradisi melempar bunga pun akan dilakukan.

Beberapa karyawan lajang yang diundang ke pesta itu sudah bersiap di depan altar, begitu juga dengan Dania yang ikut bergabung untuk mendapatkan buket bunga milik Eve. Siapa tahu selanjutnya dia yang akan menikah.

Eve tersenyum penuh kebahagiaan melihat orang-orang antusias ingin merebut buket bunganya. Dia melihat Dania yang memberi kode agar dilempar ke arah Dania, membuat Eve semakin menahan senyum.

Eve memunggungi para wanita yang siap menerima buket miliknya. Master Ceremony mulai berhitung, lalu di hitungan ketiga, Eve melempar buket bunga miliknya.

Buket itu terlempar cukup kuat. Dania begitu antusias ingin menangkap, tapi banyaknya wanita di sana, membuat buket itu terpental beberapa kali hingga akhirnya jatuh ke tangan seseorang.

Semua wanita kini menatap pada orang yang memegang buket itu.

“Brian.” Eve terkejut tapi juga merasa lucu k
Aldra_12

Terima kasih sudah membaca kisah ini sampai akhir. Saya akan memberikan ekstra part untuk kisah Eve dan Kaivan, jadi tunggu bonus chapternya.

| 6
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Adeena
selamat bahagia Eve dan Kaivan semoga menjadi kluarga samawa dan menuai bersama smp tua...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Jatuh di Pelukan CEO Dingin   Malam Tak Terduga

    “Ahhh …”Eve mengerang ketika merasakan deru napas seorang pria menggelitik area lehernya.‘Apa yang—?’ batin Eve seiring mengendalikan dirinya untuk sadar dan mencari tahu identitas sosok yang kini menindih tubuhnya. Namun, gelapnya kamar dan efek alkohol membuat pandangannya kabur.“Ngh … Ah!”Lenguhan keras terlontar dari bibir Eve, merasakan sesuatu yang keras mulai mendorong dan memaksa masuk dari bawah. “J-jangan …,” rintih Eve, tahu bahwa hal yang terjadi ini salah.Pria itu sempat menghentikan gerakannya sebentar. Namun, desakan gairah yang tak tertahankan menuntutnya untuk kembali bergerak.Eve mencoba mendorong bahu pria itu. Akan tetapi, karena perasaan tidak nyaman dari bawahnya, ia justru mencengkram, dan membuat pria yang ada di atas tubuhnya semakin memberikan sentuhan yang membuat Eve menggeliat, sensasi hangat dan geli mengalir ke seluruh tubuh Eve, pria itu mengunci kedua tangannya di atas kepala, membuatnya tak berdaya di bawahnya.“Aku tidak bisa menahannya lagi.”

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-03
  • Jatuh di Pelukan CEO Dingin   Hampir Ketahuan

    Eve tergagap, berusaha mencari alasan yang masuk akal. “Aku … hanya jalan-jalan cari udara segar,” jawabnya setenang mungkin, meskipun terlihat dari wajahnya yang sudah pucat.Grisel tampak tak terlalu yakin, namun mengabaikan. “Baiklah, tapi sebaiknya kamu cepat bersiap. Outbound akan mulai sebentar lagi.” katanya sebelum berlalu.Setelah Grisel pergi, Eve kembali ke kamarnya, duduk di tepi ranjang dengan pikiran kacau. Malam itu menjadi mimpi buruk untuknya, berada di antara kecemasan dan ketakutan, Eve hanya bisa meratap dalam hati, berharap bahwa kejadian semalam tak akan pernah terungkap.**Sementara itu, Kaivan terbangun dengan rasa pusing yang hebat. Ia melihat pakaiannya sudah berserakan di lantai, kening pria itu berkerut.“Apa yang terjadi?” Suara dalamnya terdengar bergumam.Beranjak dari tempat tidur dan berusaha mengenakan pakaiannya, Kaivan tiba-tiba saja menginjak sesuatu. “Bros … siapa ini?” ucap Kaivan usai memungut benda berkilau tersebut.Seketika, ingatan samar me

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-03
  • Jatuh di Pelukan CEO Dingin   Panik

    Grisel terkejut, karena baru pertama kalinya ia mendengar Kaivan sedikit membentak.“O-oh, ya … kamar 204, Pak—” Grisel sampai tergagap karena panik.Setelah itu Kaivan pergi meninggalkan Grisel dan menuju ke dalam Vila lagi.Kondisi Vila sangat sepi, karena para pegawai ikut acara outbound pagi ini. Hingga Kaivan melihat siluet seorang wanita yang tengah berjalan ke arah pantry.Eve menggigit bibir bawahnya, berusaha meredam ketegangan yang menjalar di seluruh tubuhnya. Ia hanya ingin menghilang. Kenangan akan tadi malam membuatnya merasa seolah dikelilingi oleh bayang-bayang kelam. Setiap kali ia memikirkan Kaivan, rasa hancur menggerogoti hatinya. “Bagaimana jika dia tahu?” pikirnya, wajahnya semakin pucat.Di saat bersamaan, Eve yang sedang sibuk dengan pikirannya sendiri pun menabrak tubuh seseorang.“M-maaf, aku—” Perkataannya terpotong ketika kepalanya menengadah ke atas, melihat siapa pria yang baru saja ia tabrak. “P-pak Kaivan … maaf …” Eve memundurkan tubuhnya seraya menund

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-03
  • Jatuh di Pelukan CEO Dingin   Teman Bermuka Dua

    Eve bergegas kembali ke kamarnya, menutup pintu dengan gemetar. Begitu berada di dalam, dia langsung menuju laci meja, membuka lemari, dan memeriksa setiap sudut kecil tempat di mana brosnya ia simpan. Pencariannya semakin intens seiring dengan detak jantung yang tak terkendali, tapi hasilnya tetap sama, bros itu tidak ada. Hanya ada satu kemungkinan yang memenuhi pikirannya, dan pikiran itu membuat dadanya semakin sesak, bros yang saat ini berada di tangan Kaivan adalah miliknya.Ketakutan memenuhi hatinya. “Bagaimana bisa sampai di sana?” pikirnya, berusaha mengingat setiap detail malam sebelumnya, meskipun semuanya terasa samar dan buram. Dengan cepat, Eve mengunci pintu kamarnya, berusaha mengumpulkan pikirannya yang berantakan.Di sisi lain, Kaivan tengah memeriksa sesuatu, menatap layar CCTV yang menampilkan rekaman malam sebelumnya. Bersama petugas, dia memutar ulang rekaman dari semua kamera di lorong dan koridor vila, berharap menemukan petunjuk tentang siapa yang masuk ke kam

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-03
  • Jatuh di Pelukan CEO Dingin   Berpura-pura Baik

    Setibanya di depan asrama, Grisel mematikan mesin mobil dan menoleh kepada Eve dengan senyum tipis yang tampak seperti seringai terselubung. “Eve, kau benar-benar masih tinggal di sini, ya?” Grisel melirik ke arah bangunan asrama dengan tatapan yang mencerminkan penilaian terselubung. “Padahal kalau tinggal bersama kakakmu, hidupmu pasti lebih nyaman. Apa kau tidak merasa … kesepian?”Eve menghela napas pelan, menahan desakan untuk membalas komentar Grisel yang seakan mencampuri pilihannya. Baginya, asrama ini adalah tempat di mana ia merasa lebih bebas, jauh dari pandangan tajam dan kontrol keluarga. Di sini, ia bisa hidup tanpa dihakimi, meski sederhana. “Aku lebih nyaman di sini,” jawabnya singkat, tanpa menunjukkan emosi yang berlebihan.Grisel menatapnya, seolah mencari celah di balik jawaban singkat itu. “Yah, setiap orang punya pilihan hidup, kurasa,” katanya sambil tersenyum sok mengerti. “Tapi, kau tahu kan, kalau kau butuh teman untuk berbicara atau ... ya, semacamnya, aku se

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-03
  • Jatuh di Pelukan CEO Dingin   Saudara Tak Diharapkan

    “Ini peringatan terakhirku,” kata Kaivan dengan nada rendah namun penuh ketegasan. “Jangan datang lagi menemui Ibuku. Urusan kita hanya antara kau dan aku, jangan melibatkan dia.”Setelah kejadian di kamar rumah sakit ibunya, Kaivan beranjak ke halaman rumah sakit, di mana Damian, pria yang sejak lama mengusik ketenangannya telah menunggu dengan sikap santai dan senyum angkuh. Kaivan berdiri tegap di depannya, ekspresinya datar namun penuh kewaspadaan.Damian hanya mengangkat alis, ekspresinya penuh ejekan. “Ah, Kaivan, selalu melindungi, ya? Tapi ingat,” katanya sambil menepuk pundak Kaivan dengan gerakan yang terlalu akrab untuk seseorang yang penuh niat licik, “berhati-hatilah dengan orang di sekitarmu. Kau tak pernah tahu siapa yang benar-benar berada di pihakmu.” Tatapan matanya penuh makna, seolah ada ancaman tersembunyi di balik setiap katanya.Dia tahu Damian bukan orang yang bisa dipercaya, dan kehadirannya di sini tentu bukan tanpa maksud. Selalu ada sesuatu yang terselubung,

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-03
  • Jatuh di Pelukan CEO Dingin   Pertemuan Rumit

    Eve menelan ludah susah payah. “Si-siang, Pak.” Eve mencoba menyapa.“Apa yang kamu lakukan di sini?” tanya Kaivan lalu melirik ke dalam. Ini aneh, kenapa Eve ada di kamar ibunya? Bukankah Maria tidak mengenal Eve? “Sa-saya ….” Eve ingin menjawab, tapi terdengar suara Maria dari dalam.“Kai, dia membantu ibu tadi.” Suara Maria membuat Kaivan kembali menatap pada Eve.Eve lega Maria menjelaskan, setidaknya dia tidak perlu berkata-kata karena bibirnya terasa bergetar.“Sa-saya permisi, Pak,” kata Eve tergagap lalu mencoba melewati Kaivan berdiri. Tubuhnya mendadak lemas, jangan sampai dia pingsan di hadapan atasannya itu.Kaivan melihat wajah Eve yang masih pucat seperti saat outbound, sehingga dia menghadang langkah Eve lagi."Kenapa kamu ada di rumah sakit?” tanya Kaivan.Eve gelagapan, tapi dia berusaha tenang.“Itu … saya baru periksa karena demam. Mungkin karena kelelahan,” jawab Eve tanpa berani menatap pada Kaivan. Dia meremas jemari untuk menutupi kegugupannya.Kaivan diam mena

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-05
  • Jatuh di Pelukan CEO Dingin   Sikap Aneh

    “Pa-pak Kaivan.”Eve sangat panik saat melihat Kaivan di sana, menolong dirinya.“Kamu mau pulang?” tanya Kaivan dengan nada suara datar.Eve mengangguk-angguk.Tiba-tiba Kaivan memegang pergelangan tangan Eve, membuat Eve sangat terkejut.“Ada apa, Pak? Kenapa Anda menarik saya?” tanya Eve benar-benar panik. Tiada hari tanpa kepanikan saat bertemu apalagi berinteraksi dengan Kaivan.Kaivan tak banyak bicara, dia mengajak Eve menuju mobilnya untuk mengantar pulang sesuai permintaan Maria.Eve sendiri sampai menelan ludah susah payah, bingung dan panik kenapa Kaivan mengajaknya tanpa kata.“Masuk!” perintah Kaivan lalu berjalan memutar menuju pintu kemudi.Eve membeku di tempatnya, panik dan bingung yang dirasakan.Kaivan melihat Eve yang masih diam, lalu kembali memberi perintah, “Masuk, aku antar pulang!”Eve mengangguk tapi dengan ekspresi terkejut. Dia bergeser ke pintu belakang mobil, berniat duduk di belakang saja selagi Kaivan menyetir.Namun, dia juga merasa jika tak sopan, baga

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-05

Bab terbaru

  • Jatuh di Pelukan CEO Dingin   Semua Bahagia

    Pernikahan Kaivan dan Eve berjalan dengan sangat lancar. Mereka sudah sah menjadi suami istri, kini tradisi melempar bunga pun akan dilakukan.Beberapa karyawan lajang yang diundang ke pesta itu sudah bersiap di depan altar, begitu juga dengan Dania yang ikut bergabung untuk mendapatkan buket bunga milik Eve. Siapa tahu selanjutnya dia yang akan menikah.Eve tersenyum penuh kebahagiaan melihat orang-orang antusias ingin merebut buket bunganya. Dia melihat Dania yang memberi kode agar dilempar ke arah Dania, membuat Eve semakin menahan senyum.Eve memunggungi para wanita yang siap menerima buket miliknya. Master Ceremony mulai berhitung, lalu di hitungan ketiga, Eve melempar buket bunga miliknya.Buket itu terlempar cukup kuat. Dania begitu antusias ingin menangkap, tapi banyaknya wanita di sana, membuat buket itu terpental beberapa kali hingga akhirnya jatuh ke tangan seseorang.Semua wanita kini menatap pada orang yang memegang buket itu.“Brian.” Eve terkejut tapi juga merasa lucu k

  • Jatuh di Pelukan CEO Dingin   Hari Pernikahan

    Eve berada di salah satu kamar yang terdapat di hotel tempat pesta pernikahan diadakan. Dia datang lebih awal karena harus dirias oleh MUA yang sudah ditunjuk oleh Kaivan.Alana menemani Eve di kamar. Dia terus memperhatikan Eve yang sedang dirias sampai akhirnya siap.“Kamu sangat cantik,” puji Alana seraya menghampiri Eve yang baru saja selesai dirias.Eve menatap Alana dari pantulan cermin. Dia tersenyum malu karena mendapat pujian dari kakak iparnya itu.Alana menatap cukup lama pada Eve, lalu mengeluarkan sesuatu dari tas kecil yang dibawanya.Eve memperhatikan. Tidak tahu apa yang akan diberikan oleh kakak iparnya itu.“Kakakmu dan aku sepakat memberikan ini sebagai hadiah pernikahanmu, memang tidak mewah dan mahal, tapi kami berharap ini cukup berkesan untukmu,” ujar Alana memberikan kalung dengan liontin berinisial E.Eve sangat terkejut. Dia sampai menggeleng kepala pelan karena tak bisa menerima hadiah itu. Dia tahu kondisi ekonomi kakak dan kakak iparnya sedang susah, tapi

  • Jatuh di Pelukan CEO Dingin   Ketinggalan

    Hari pernikahan Eve dan Kaivan tiba. Malam sebelum acara pernikahan, Eve berada di kamar sedang istirahat setelah makan malam.“Eve, boleh aku masuk?” tanya Alana setelah sebelumnya mengetuk pintu.“Masuklah, Kak.”Alana membuka pintu kamar Eve. Dia melihat adik iparnya itu sedang duduk memegang ponsel.“Ada apa, Kak?” tanya Eve sambil menggeser posisi duduknya di ranjang untuk memberi tempat agar Alana bisa duduk.Alana duduk di dekat Eve. Dia menatap pada adik iparnya itu.“Besok kamu akan menikah. Aku dan kakakmu selama ini menyadari, belum pernah memberikan yang terbaik, terutama aku yang sering sekali bersikap tak baik karena rasa iri padamu. Tapi, semua sudah berlalu. Aku tidak bisa memberi apa pun selain mendoakan yang terbaik untuk kebahagiaanmu,” ucap Alana sambil menggenggam erat telapak tangan Eve.Bola mata Eve berkaca-kaca. Dia mengulum bibir untuk menahan tangisnya.“Tidak memberi apa-apa bagaimana, Kak? Aku bisa kuliah dan tumbuh juga karena usaha kalian. Ya, meski Kak

  • Jatuh di Pelukan CEO Dingin   Saling Mendukung

    Siang itu Eve pergi ke perusahaan Kaivan. Dia mengantar makanan karena Kaivan berkata jika sangat sibuk.“Kamu masih sibuk?” tanya Eve saat masuk ruangan Kaivan.Kaivan menatap pada Eve. Melihat calon istrinya itu datang, Kaivan langsung menutup tirai dinding kaca agar para staff tak melihat apa yang dilakukannya.“Kenapa tirainya ditutup?” tanya Eve keheranan.Kaivan mendekat pada Eve, lalu mengecup pipi wanita itu.“Biar mereka tidak melihat ini,” jawab Kaivan.Eve terkejut sampai memukul lengan Kaivan karena gemas.Eve mengajak Kaivan duduk. Dia membuka pembungkus makanan agar Kaivan bisa segera menyantap makan siang.“Aku sebenarnya masih harus memilah berkas, sepertinya tidak bisa makan siang dulu,” kata Kaivan.Eve menatap pada Kaivan, lalu membalas, “Kamu tetap harus makan meski sedang sibuk. Kamu memilah berkas, biar aku yang menyuapi.”Senyum mengembang di wajah Kaivan saat mendengar ide Eve. Dia mengajak Eve ke meja kerja, memosisikan kursi lain di samping kursi kerjanya agar

  • Jatuh di Pelukan CEO Dingin   Duduk Berdua

    Eve dan Kaivan masih duduk berdua di samping rumah setelah semua orang pulang. Kaivan menggenggam erat telapak tangan Eve seperti tak berniat melepas.“Kamu dan Damian benar-benar sudah berbaikan?” tanya Eve memastikan.“Ya, anggap saja begitu. Tapi aku akan tetap memantaunya, meski bisa dibilang kalau dia sudah berumur, tapi Damian itu masih labil.”Eve terkekeh pelan mendengar ucapan Kaivan.“Kenapa malah tertawa?” tanya Kaivan dengan dahi berkerut halus.“Ya, labil sepertimu tampaknya,” balas Eve sambil melirik Kaivan.“Siapa bilang aku labil?” Kaivan tidak terima Eve mengatainya seperti itu.Eve menahan tawa. Dia menggeser posisi hingga menatap pada Kaivan lalu menjelaskan, “Jika kamu tidak labil, kamu pasti akan segera menikahi Grisel waktu itu.”Kaivan terkesiap, lalu mengelak, “Itu bukan labil, tapi hanya belum yakin.”“Aku memang berjanji akan menikahi, tapi itu untuk wanita yang aku tiduri. Dan saat Grisel mengakuinya, entah kenapa ada yang janggal, karena itu aku tidak seger

  • Jatuh di Pelukan CEO Dingin   Hubungan Baik

    Malam itu. Kaivan dan yang lain makan malam bersama di rumah Maria. Ada Bram dan Alana juga yang diundang ke rumah.“Kalian jangan sungkan, ya. Makan saja apa yang kalian suka, kalau mau memilih menu lain yang tidak ada di meja, bilang saja. Tidak usah malu-malu, anggap rumah sendiri,” ucap Maria pada Bram dan Alana.Bram dan Alana mengangguk. Mereka benar-benar canggung diajak makan malam di rumah Maria.Saat mereka sedang makan malam, pelayan datang menemui Maria.“Itu, Bu. Pak Damian dan Mbak Dania datang,” kata pelayan.“Oh, suruh masuk saja. Aku yang mengundang mereka untuk makan malam bersama,” balas Maria.Pelayan itu mengangguk lalu segera pergi ke depan untuk mempersilakan Damian dan Dania masuk.Eve menoleh pada Kaivan. Dia melihat pria itu memasang wajah datar dan tak senang. Eve memilih diam dan tak berkomentar sama sekali.Damian dan Dania masuk. Dania langsung menyapa Maria dan yang lain, sedangkan Damian menatap pada Kaivan yang tak memandang ke arahnya sama sekali.“Ay

  • Jatuh di Pelukan CEO Dingin   Akhir Dari Grisel

    Bram buru-buru turun dari mobil saat sampai di rumah Kaivan. Dia dijemput sopir Kaivan karena sangat mencemaskan Eve ketika tadi menghubungi.“Bagaimana keadaanmu? Kenapa kamu tidak segera menghubungiku?” tanya Bram langsung mengecek apakah Eve terluka atau tidak.“Aku baik-baik saja, Kak. Kak Bram tidak perlu mencemaskanku seperti ini,” ucap Eve mencoba menenangkan.Bram menatap sendu, lalu menghela napas pelan.Eve mengajak Bram duduk lebih dulu, kemudian menceritakan yang terjadi dan kondisi Grisel saat ini.Bram menghela napas kasar, baru kemudian berkomentar.“Dia punya pilihan agar hidupnya lebih baik, tapi dia malah memilih cara yang salah dan memaksakan sesuatu yang seharusnya tak dia miliki,” ujar Bram, “ya sudahlah, terpenting kamu baik-baik saja.”Bram menatap Eve penuh kelegaan.Eve mengangguk-angguk sambil memulas senyum agar Bram lega.**Setelah Eve merasa lebih baik, dia dan Kaivan pergi mengunjungi Grisel ke rumah sakit untuk melihat perkembangan dan laporan medis dar

  • Jatuh di Pelukan CEO Dingin   Memang Iri

    Eve mengajak Kaivan menemui ibu Grisel. Bagaimanapun mereka harus memberitahu kondisi Grisel pada wanita itu. Eve sendiri juga tidak bisa merasa tenang begitu saja karena secara langsung atau tidak, Eve juga memperburuk depresi Grisel.“Pak.” Wanita tua itu langsung sedikit membungkuk saat melihat Kaivan di belakang dan menemuinya.Eve langsung merangkul pundak wanita tua itu, kemudian berkata, “Bibi ada yang mau aku bicarakan.”Wanita itu terkejut, bahkan terlihat takut.“Apa saya membuat kesalahan?” tanya wanita tua itu.“Tidak, Bi. Bibi tidak berbuat salah, hanya saja ada yang memang harus kami bicarakan dengan Bibi,” ucap Eve mencoba tenang meski takut dengan reaksi ibu Grisel.“Duduklah, Bi.” Kaivan bicara dengan tegas agar wanita itu tidak kebingungan.Eve mengajak ibu Grisel duduk, begitu juga dengan Eve dan Kaivan yang duduk berhadapan dengan wanita itu.Wanita itu terlihat gemetar, bahkan jemarinya saling meremas sambil menatap pada Eve dan Kaivan secara bergantian.Eve ingin

  • Jatuh di Pelukan CEO Dingin   Depresi

    Kaivan pergi ke rumah sakit setelah Eve agak tenang. Dia juga sudah berpesan pada Maria untuk menjaga Eve.Sesampainya di rumah sakit, Kaivan menemui Hendry yang ada di depan ruang inap bersama pengacara yang ditunjuk untuk menangani kasus itu, hanya berjaga-jaga jika Grisel tiba-tiba menuntut Eve.“Bagaimana?” tanya Kaivan begitu sudah berada di hadapan Hendry dan pengacara.Hendry dan pengacara itu menatap aneh pada Kaivan, membuat Kaivan mengerutkan alis.“Ada apa? Grisel ingin menuntut Eve, atau dia membuat onar lagi?” tanya Kaivan menaruh curiga.“Bukan,” jawab Hendry sambil menggeleng.“Lalu?” tanya Kaivan dengan satu sudut alis tertarik ke atas.“Lebih baik Anda lihat sendiri, dokter juga ada di dalam,” kata Hendry.Kaivan tentunya semakin penasaran, ada apa sebenarnya sampai Hendry tak menjelaskan langsung padanya. Dia akhirnya masuk ke ruang inap, lalu melihat sendiri apa yang terjadi pada Grisel.Dokter masih mengecek kondisi Grisel bersama dua perawat, bahkan kini Grisel ha

DMCA.com Protection Status