[Hasilnya sudah keluar. Kamu mau datang ke sini langsung?]Kaivan membaca pesan dari Martin. Dia segera berdiri dari tempatnya untuk pergi ke rumah sakit.“Anda mau pergi sekarang?” tanya Hendry saat melihat Kaivan keluar dari ruang kerja.“Ya,” jawab Kaivan lalu pergi dengan agak terburu-buru.Kaivan pergi ke rumah sakit. Sesampainya di sana langsung ke ruang kerja Martin.“Cepat sekali, kupikir kamu akan datang nanti-nanti,” ucap Martin saat melihat Kaivan datang.“Bagaimana hasilnya?” tanya Kaivan.“Duduklah dulu,” kata Martin. Dia mengambil salah satu amplop yang ada di tumpukan mejanya, lalu mengambil kertas dari dalam amplop putih berlogo laboratorium rumah sakit.Kaivan duduk di kursi berhadapan dengan Martin. Dia menatap Martin yang sedang membaca hasil laboratorium.“Di sini tertulis kalau DNA-mu dan anak kecil itu, sembilan puluh sembilan persen sama. Jadi bisa dianggap, kalau anak kecil itu memang anakmu.”Kaivan tidak menyangka. Bahkan dia merasa napasnya berhenti sesaat, j
Setelah tidak berhasil menemui Eve. Kaivan memilih pulang karena Maria sudah keluar dari rumah sakit.“Di mana Ibu?” tanya Kaivan pada salah satu pelayan.“Di kamar, Pak.” Kaivan berjalan menuju kamar Maria, dia mengetuk pintu sebelum masuk. Kaivan melihat Maria duduk di atas ranjang sambil menatapnya datar.“Bagaimana kondisi Ibu?” tanya Kaivan.“Kamu terlalu sibuk sampai tidak bisa menjemput ibumu sendiri pulang,” balas Maria tampak kesal. Dia berpikir Kaivan sibuk dengan Grisel.“Ada hal penting yang tadi aku urus. Aku minta maaf tidak bisa menjemput,” ucap Kaivan mengalah.Maria menatap Kaivan, rasanya aneh ketika mendengar Kaivan bicara tak memancing perdebatan.“Saat ibu pulang, kenapa ada pelayan baru?” tanya Maria mengalihkan pembicaraan.Kaivan menjelaskan siapa wanita itu dan kenapa bisa di sana. Dia juga memberitahu, kalau bukan karena wanita itu, Kaivan tidak akan pernah tahu kebusukan Grisel.Maria sangat terkejut mendengar cerita Kaivan. Akhirnya dia tahu kalau Grisel ti
“Eve, jangan bercanda!” Bram benar-benar tidak percaya dengan pengakuan adiknya.Eve menelan ludah. Tampak jelas ketakutan di wajahnya.“Aku tidak bercanda, Kak. Kai adalah anakku,” ucap Eve meyakinkan sambil menggenggam erat tangan mungil Kai.Bram sangat syok, dia sampai meremas dada yang terasa nyeri.Eve sangat panik dan takut. Dia melihat Alana yang langsung mendekat dan mencoba menenangkan Bram.“Katakan dia bercanda,” ucap Bram dengan napas berat saat Alana ada di sampingnya.“Sayang, tenang. Tarik napas dan embuskan perlahan. Jangan emosi, dengarkan penjelasan Eve dulu,” kata Alana mencoba menenangkan Bram.Bram begitu tertekan sampai tak bisa berkata-kata. Alana memberinya minum agar bisa sedikit tenang.“Eve pasti punya alasan, dia adikmu dan kamu harus percaya padanya,” ucap Alana meyakinkan.Eve benar-benar ketakutan jika sampai terjadi sesuatu pada Bram karena pengakuannya. Dia masih menggenggam erat tangan Kai, takut mendekat karena tak ingin Bram semakin emosi.Kai send
“Bibi, apa Paman Bram akan cuka cama Kai?” tanya Kai sambil menggandeng tangan Alana. “Coalnya tadi kok Paman Bram kaget lihat Kai,” imbuh Kai.“Tentu saja suka,” balas Alana, “Paman Bram kaget karena baru tahu kalau punya keponakan tampan seperti Kai,” imbuh Alana lalu mencubit pelan hidung Kai.Kai tertawa. Dia kembali menjilat es krim yang dipegangnya. Mereka sedang berjalan menuju ruang inap Bram lagi.“Kai cuka Paman Bram,” ucap Kai dengan suara khasnya yang lucu dan cedal.“Paman Bram juga pasti sayang Kai. Bibi juga,” balas Alana sambil menatap Kai yang menggemaskan dan cerdas.Di kamar Bram. Eve baru saja selesai menangis. Dia menyeka air mata yang tersisa di pipi, mata dan hidungnya merah.Eve begitu lega karena Bram tidak kambuh, bahkan sekarang sedang tersenyum padanya.“Yang berlalu, biarkan saja berlalu. Sudah, tidak usah memikirkan masa lalu lagi. Aku tidak pernah malu meski kamu hamil di luar nikah, yang terpenting sekarang kamu di sini bersama kami,” ucap Bram.Eve men
Kaivan akhirnya mengajak Dania ke rooftop karena tidak mau satu divisi tahu jika dirinya sedang membahas Eve. Apalagi Dania terus bersuara keras ketika membalas ucapannya.“Kenapa kamu harus marah-marah? Aku hanya bertanya, di mana Kai?” Kaivan bicara sambil menatap Dania yang memasang wajah masam padanya.“Kamu memang brengsek! Aku baru sadar, kupikir kamu berbeda dengan kakakku,” amuk Dania, “apa kamu mau mengambil Kai dari Eve?!” Kaivan menatap datar saat mendengar Dania mengamuk dirinya.“Jadi kamu sudah tahu kalau Kai anakku?” tanya Kaivan menebak berdasarkan apa yang Dania ucapkan.Dania terkejut. Dia langsung melipat bibir ketika baru sadar kalau sudah keceplosan bicara. Dania tidak bisa mengelak, sehingga akhirnya dia mengaku saja.“Iya, aku tahu. Eve sudah memberitahuku,” jawab Dania sambil melipat kedua tangan di depan dada.“Apa saja yang Eve katakan?” tanya Kaivan berusaha mengorek informasi dari Dania. Lagian dia tahu, jika Dania tidak bisa berbohong, itu akan terlihat da
“Aku keluar dulu beli makanan,” kata Eve sambil beranjak dari duduknya.“Tidak pesan saja?” tanya Alana.“Ada kafe di samping rumah sakit, Kak. Aku juga sekalian mau beli sesuatu,” jawab Eve.“Oh, ya sudah.” Alana mengizinkan.Eve menitipkan Kai pada Alana dan Bram. Dia mengambil tas lalu berjalan menuju pintu.Eve keluar dari ruang inap Bram. Dia sekarang sangat lega karena sudah jujur pada Bram sehingga beban yang ditanggungnya terasa berkurang.Eve ingin membeli makan siang. Dia berjalan di koridor sambil mengecek ponsel, hingga langkahnya terhenti saat melihat siapa yang ada di hadapannya.Eve tampak malas, tapi sadar tidak bisa menghindar. Dia melihat tatapan tak senang Grisel yang kini sedang menghalangi langkahnya, Eve mencoba mengabaikan dengan kembali melangkah untuk melewati Grisel.Namun, siapa sangka Grisel kembali menghalangi langkah Eve, membuat Eve terpaksa berhenti dan menatap Grisel lagi.“Kenapa kamu kembali?” tanya Grisel.“Bukan urusanmu juga, kan?” Eve malas berhu
Grisel sangat geram setelah bicara dengan Eve yang kini berani melawannya dan sangat berbeda dari dulu. Posisinya semakin terancam karena kemunculan Eve setelah Kaivan tahu kalau bukan dia yang tidur dengan pria itu empat tahun lalu. Ini sungguh membuat Grisel pusing. Dia tidak mungkin membiarkan semua orang menertawakannya, kan?Grisel berjalan menuju pintu keluar rumah sakit, tapi siapa sangka dia bertemu dengan Damian yang baru saja memasuki lobi rumah sakit.Grisel terkejut dan ingin menghindar, tapi pria itu ternyata sudah melihatnya lebih dulu.Damian memperlambat gerakan kaki ketika berpapasan dengan Grisel. Dia akhirnya berhenti tepat di depan wanita itu.“Apa yang kamu lakukan di sini?” tanya Damian dengan tatapan menyelidik, curiga.“Bukan urusanmu,” ketus Grisel sambil memalingkan muka.Ekspresi wajah Damian berubah mendengar balasan Grisel. Melihat kondisi wanita itu baik-baik saja dan tidak terlihat seperti sakit, Damian menebak.“Apa kamu ke sini untuk menemui Eve?” tanya
Eve kembali ke rumah sakit setelah mendapat panggilan dari Alana. Saat baru saja menginjakkan kaki di pintu lobi, Eve terkejut melihat Damian dan Grisel berdiri bersama saling berhadapan.Ini seperti mengorek luka lama. Eve berusaha tak acuh. Dia berjalan begitu saja seperti tak melihat dua manusia itu.“Eve.” Damian panik. Dia langsung mengejar Eve yang berjalan melewatinya begitu saja seperti dia tak terlihat.Grisel terkejut melihat Eve, dia panik dan berpikir apakah Eve mendengar ucapannya pada Damian. Namun, melihat Eve yang berjalan melewatinya begitu saja, pasti Eve tidak mendengar, kan?Grisel memandang Damian yang menyusul Eve. “Damian pasti mengejar Eve lagi. Jika benar, aku bisa menggunakan kesempatan ini untuk menjauhkan Eve dari Kaivan.” Grisel tersenyum miring.Bagaimanapun caranya, dia tidak akan pernah membiarkan Eve dan Kaivan bersama.Damian masih mengejar Eve, sampai akhirnya bisa mengimbangi langkah Eve.“Eve, dengarkan aku,” kata Damian.Namun, Eve tidak berhent
Semua staff di sana sangat terkejut. Itu benar-benar berita yang sangat menghebohkan.Grisel syok, tapi tentunya tidak percaya begitu saja. “Kamu pasti hanya mengaku-ngaku. Kaivan tidak punya saudara,” bantah Grisel.Dania tersenyum miring, lalu membalas, “Siapa yang bilang saudara kandung? Aku bilang sepupu. Kamu bahkan tidak tahu Damian punya adik, kan?”Grisel gelagapan panik.Dania mendekat pada Grisel, lalu mencondongkan wajah di dekat telinga Grisel dan berbisik, “Aku tahu kamu tidur dengan kakakku untuk merebutnya dari Eve. Dan aku tahu, kamu mengaku sebagai Eve agar bisa mendapatkan Kaivan. Lalu kamu masih mengelak? Sadar diri, Kaivan tidak akan pernah mau dengan wanita berbisa sepertimu.”Grisel membeku mendengar ucapan Dania. Tidak ada yang tahu soal dirinya tidur dengan Damian selain Eve, tapi siapa sangka Dania benar-benar tahu.Dania tersenyum miring, lalu berjalan menjauh dari Grisel. Dia memandang ketiga staff yang tadi terkena marah, lalu dengan enteng berkata, “Kalau
“Apa kalian sudah dengar? Katanya Bu Grisel tidak jadi menikah dengan Pak Kaivan.”“Aku dengar, katanya Bu Grisel selama ini membohongi Pak Kaivan.”“Bohongi apa?”Beberapa staff yang sedang menunggu lift terbuka, asyik bergosip soal Grisel dan Kaivan.Berita Grisel akan menikah dengan Kaivan cukup menghebohkan perusahaan waktu itu, lalu lambat-laun berita itu meredup dan banyak yang mempertanyakan apakah Kaivan benar akan menikah dengan Grisel atau tidak karena tidak ada tanda-tanda pernikahan itu akan terjadi.Sekarang terbukti, tiba-tiba saja berembus berita jika hubungan Kaivan dan Grisel berakhir.Saat para staff itu asyik bergosip, sampai tidak sadar kalau Grisel ada di belakang mereka.“Apa kalian digaji hanya untuk bergosip, hah?!” Grisel membentak ketiga staff yang berani bergunjing.Ketiga staff itu sangat terkejut. Mereka panik saat melihat Grisel ada di sana, seketika ketiganya langsung menunduk panik.“Apa pekerjaan kalian sudah benar sampai sibuk menggosipkan atasan kali
“Saya bisa mengurus semuanya sendiri. Anda tidak seharusnya ikut campur dalam hidup saja,” ucap Eve yang terpaksa pergi bersama Kaivan agar Alana dan Bram tidak curiga.Kai ditinggal bersama Alana karena Eve ikut Kaivan untuk bertemu pekerja yang akan merenovasi tempat yang disewa Eve.Kaivan tiba-tiba menepikan mobil, membuat Eve terkejut lalu menoleh pada Kaivan.“Kenapa Anda berhenti?” tanya Eve. Dia juga mengecek pintu yang dikunci otomatis.“Sepertinya aku harus mengingatkanmu berulang kali kalau Kai anakku dan aku berhak atas dirinya. Jika kamu tidak suka aku datang ke tempatmu atau membantumu demi masa depan Kai, maka biarkan Kai bersamaku, karena aku yakin masa depannya lebih terjamin daripada denganmu.”Eve terkejut mendengar ucapan Kaivan.“Apa Anda pikir bisa melakukan segalanya karena Anda kaya? Perlu Anda catat, selama ini kehidupan kami baik-baik saja. Kai sehat dan semua kebutuhannya tercukupi, jadi Anda tidak usah bersikap seolah Anda bisa segalanya dan meremehkanku se
Keesokan harinya. Eve baru saja bangun setelah semalam begadang membuat anggaran belanja untuk merenovasi tempat yang akan disewanya, serta membuat perincian barang juga bahan untuk modal usaha.Eve sudah tidak melihat Kai di ranjang, itu artinya Kai sudah bangun dan mungkin ada di ruang tamu sedang bermain.Eve menguap, lalu turun dari ranjang dan keluar kamar masih memakai piyama dengan celana pendek.“Pagi Mami.” Kai langsung menyapa meski tak menatap sang mami.“Pagi,” balas Eve, “Bibi lagi masak, ya?” tanya Eve.“Iya, soalnya Mami bangun kesiangan,” jawab Kai.Eve berjalan ke dapur untuk membantu Alana memasak. Dia tidak enak hati karena bangun kesiangan dan membiarkan Alana yang menyiapkan sarapan sendirian.“Pagi, Kak. Maaf aku kesiangan,” ucap Eve sambil mengikat rambutnya.Alana menoleh, lalu tersenyum. Tentu saja sikap Alana yang sekarang, sangat berbeda dengan dulu ketika masih membenci Eve.“Tidak apa-apa. Aku juga masuk siang, kemungkinan pulang malam. Sore nanti jangan l
“Aku? Kamu? Apa kamu tidak punya sopan santun sampai bicara non formal pada atasanmu?” Kaivan bicara sambil menatap dingin pada Grisel.Hendry langsung melipat bibir, menahan tawa karena Kaivan benar-benar mengabaikan dan bersikap dingin pada Grisel.Grisel sangat terkejut, tapi dia berusaha untuk tenang.“Maaf, apa saya bisa bicara dengan Anda?” tanya Grisel mengubah cara bicaranya.Grisel mengumpat dalam hati. Dia sudah terbiasa bicara non formal, tapi begitu Kaivan mengakhiri hubungan mereka, pria itu langsung menegurnya.“Jika mau ada yang dikatakan, katakan di sini!” Kaivan bicara tegas. Dia tidak mau jika sampai ada kesalahpahaman kalau bicara berdua dengan Grisel.Grisel terkejut. Dia kesal karena Kaivan semakin susah diajak bicara.“Saya ingin membahas hubungan kita, apa baik jika dibicarakan di depan orang lain?” tanya Grisel sambil melirik pada Hendry.Kaivan tahu ke mana arah lirikan Grisel, dia membalas, “Kenapa tidak? Hendry orang kepercayaanku, apa pun yang menjadi masal
Eve menghela napas kasar. Dia menatap Kaivan yang sedang mengeluarkan barang dari bagasi, terlihat Kai yang begitu antusias menunggu Kaivan.“Kalau Kai menginginkan yang lain lagi, katakan padaku. Oke.” Kaivan memberikan kantong berisi mainan dan pakaian yang dibelinya untuk Kai.“Oke.” Kai terlihat sangat senang.Eve masih diam melihat putranya kesusahan membawa barang-barang itu.“Mami, ini berat,” kata Kai susah payah membawa kantong yang diberikan Kaivan.Eve dengan terpaksa menerima. Dia lalu memandang Kaivan yang mendekat sambil membawa kantong lain.“Ini suplemen untuk kakakmu. Ibuku juga meminum ini untuk menjaga kondisi tubuhnya,” ujar Kaivan sambil mengulurkan kantong yang dibawanya ke Eve.Eve menerima, lalu membalas, “Sebaiknya Anda tidak perlu membelikan apa pun lagi untuk kami.”Kaivan tersenyum tipis, lalu membalas, “Aku ayahnya, aku berhak melakukannya.”Kaivan bicara dengan lirih agar Kai tidak mendengar. Dia yakin Eve belum mau jujur pada Kai, kalau Kaivan adalah aya
Kaivan menemani Eve menemui pemilik tempat yang akan disewa. Dia duduk diam sambil mendengarkan perbincangan Eve dan pria itu.“Jika sewa sekaligus beberapa tahun, apa bisa dapat potongan?” tanya Eve setelah mendengar harga sewanya.Eve berpikir. Jika hanya sewa satu atau dua tahun, maka dia akan rugi renovasi dan lain-lainnya, sedangkan jika ingin mengambil jangka lama, Eve takut dananya tidak cukup untuk yang lainnya dan akan habis untuk sewa tempat saja.Pemilik toko melirik Kaivan, melihat pria itu menyesap kopi sambil mengedipkan mata.Eve menyadari ke mana arah tatapan pria itu. Dia menoleh Kaivan dan melihat mantan atasannya itu sedang minum.“Jika memang kamu mau ambil lima atau di atas lima tahun, akan aku beri potongan harga,” kata pemilik toko itu.Eve senang lalu sepakat mengambil tempat itu. Setelah deal dan akan disiapkan surat kontraknya, pemilik toko itu pamit undur diri.Kaivan masih santai minum kopinya saat Eve menatap curiga padanya.“Kenapa saya merasa kalau pria
“Kamu ingin mencari tempat yang seperti apa?” tanya Kaivan sambil mengemudikan mobil.Eve tidak menjawab, dia mengamati jalanan yang ada dilewati. Dia terlalu malas dan tidak punya energi untuk bicara dengan pria di sampingnya saat ini.Kai mengamati sang mami yang tidak mau menjawab pertanyaan Kaivan. Dia sampai menatap bergantian dua orang dewasa yang duduk di depannya itu.“Mami, Paman Kaivan tanya, Mami haruc jawab. Mami bilang, kalau ada yang tanya haruc copan jawab,” celoteh Kai mengingat nasihat sang mami.Eve terkejut sampai menoleh Kai. Dia melihat Kai menatap heran padanya. Eve melirik pada Kaivan yang sedang menyetir, akhirnya mau tidak mau dia harus merespon perkataan Kaivan.“Yang jelas lingkungannya ramai, jika perlu yang memiliki halaman parkir luas agar pelanggan nyaman saat makan di kafe karena ada tempat parkir yang tidak mengganggu pengguna jalan,” ujar Eve menjelaskan.Kaivan mengangguk-angguk.Eve tidak paham arti anggukan kepala itu. Dia memilih diam mengamati ja
Eve sangat terkejut melihat siapa yang sekarang berdiri di hadapannya. Kenapa pria ini harus mendatanginya lagi.“Kalian mau ke mana?” tanya Kaivan.Kaivan sengaja datang pagi-pagi untuk bisa menemui Eve. Dia akan memanfaatkan setiap waktu yang ada agar bisa mendekati Eve.“Bukan urusanmu,” balas Eve lirih karena tidak ingin Kai mendengarnya bicara ketus.Kaivan lalu melirik Kai. Jika Eve tak mau menjawab, Kai pasti akan jujur.“Kai mau ke mana?” tanya Kaivan.Eve melotot mendengar Kaivan bertanya pada Kai.“Mami bilang mau jalan-jalan cambil nyari tempat buat buka kafe ceperti milik Paman Brian,” jawab Kai dengan nada suaranya yang khas dan lucu.Eve menghela napas panjang. Dia memalingkan muka ketika Kaivan memandangnya.Kaivan tersenyum. Benar kata Hendry, dia harus menggunakan Kai untuk meluluhkan Eve.“Bagaimana kalau paman antar, pakai mobil?” tanya Kaivan pada Kai sambil mengulurkan tangan pada Kai.Kai sudah bersemangat ingin meraih tangan Kaivan, tapi dia menoleh sang mami unt