Share

Mirip Siapa?

Penulis: Aldra_12
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-10 12:57:24

“Halo, Bibi Cantik. Aku Kai.” Kai langsung menyapa ramah pada Dania.

Dania sangat terkejut sampai menatap anak laki-laki itu dan Eve secara bergantian.

“Dia siapa, Eve?” tanya Dania benar-benar bingung.

Eve menghela napas pelan, lalu membalas, “Bisa kita pergi dulu? Nanti kujelaskan.”

Dania mengangguk. Dia membantu Eve membawakan koper karena Eve menggandeng Kai.

Dania mengajak Eve dan Kai ke apartemennya karena Eve bilang butuh tempat tinggal sementara. Mereka menempuh perjalanan tak terlalu lama menuju apartemen milik Dania.

“Kai mau minum apa?” tanya Dania saat sampai di unit apartemennya.

Kai malah menoleh Eve seolah meminta sang mami yang memutuskan.

“Air putih saja dulu karena kita baru saja melakukan perjalanan panjang,” jawab Eve,

Dania mengangguk lalu menyajikan air dingin untuk Kai dan Eve.

“Jadi, Kai ini anak siapa?” tanya Dania yang sejak tadi memendam rasa penasaran.

Sebelum menjawab, Kai bilang mau pipis. Eve meminta Kai segera ke kamar mandi sendiri.

“Jadi ….” Dania men
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Adeena
ayo Dania pasti tau Kai mirip sp...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Jatuh di Pelukan CEO Dingin   Diminta Tinggal

    Eve sampai di rumah sakit. Dia berjalan di koridor menuju ruang inap Bram. Saat sampai di depan pintu ruangan Bram, Eve tidak langsung masuk karena gugup.Sudah sangat lama sekali dia tidak pulang dan mengabaikan sang kakak, meski terkadang saling berhubungan, tapi bukankah itu tidak cukup.Eve menarik napas panjang, lalu mengembuskannya perlahan. Dia mengetuk pintu, lalu masuk perlahan saat mendengar suara sahutan dari dalam.Alana dan Bram ada di dalam, Alana sedang menyuapi Bram makan lalu keduanya menatap ke pintu saat mendengar suara ketukan. Alana dan Bram melihat Eve masuk.“Eve.” Bram langsung senang melihat adiknya pulang.Eve tersenyum pada Bram. Namun, siapa sangka kedatangannya mampu membuat Bram langsung menangis.“Akhirnya kamu pulang, kemarilah.” Bram mengulurkan tangan pada Eve.Alana menjauh dari ranjang, memberikan ruang untuk Eve bertemu dengan Bram.Eve mendekat dan memeluk sang kakak. Baru tiga tahun dia pergi, sudah banyak sekali perubahan yang terjadi pada kakakn

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-11
  • Jatuh di Pelukan CEO Dingin   Sudah Lupa?

    Eve bergeming melihat pria yang baru saja menatap ke arahnya. Dia ingin menghindar tapi sudah terlambat. Pria itu sudah melihatnya.Apa dia mengenali? Kenapa dia menatap? Semoga dia tidak ingat pada Eve. Apalagi penampilan Eve berbeda dari dulu, rambutnya yang dulu panjang dan sering diikat, kini menjadi pendek sebahu dan tergerai bebas.Eve memandang Kaivan yang baru saja dari loket administrasi. Dia mencoba bersikap biasa, lalu berjalan ke arah pria itu berjalan juga.Di saat keduanya saling berpapasan, Eve melihat Kaivan menatapnya tapi pria itu sama sekali tidak merespon atau menghentikan langkahnya. Eve melihat Kaivan yang berjalan begitu saja melewati dirinya.Eve langsung menghela napas lega. Dia sudah menahan napas karena panik, tapi sepertinya Kaivan lupa padanya atau tak mengenalinya, sehingga Eve benar-benar bersyukur. Itu bagus, tapi kenapa tiba-tiba Eve merasa sesak di dada. Ada apa dengannya?Eve mencoba mengabaikan rasa sakit yang tidak tahu apa penyebabnya itu. Dia pun

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-11
  • Jatuh di Pelukan CEO Dingin   Anak Siapa?

    Kaivan baru saja turun dari mobil bersama Hendry. Dia pergi dari rumah sakit karena ada rapat siang ini.“Pastikan karyawan kita tidak melakukan kesalahan saat presentasi nanti,” ucap Kaivan mengingatkan.“Baik, Pak.” Hendry berjalan di samping Kaivan sambil mengangguk.Saat mereka berjalan di lobi menuju lift, tiba-tiba ada yang menabrak kaki Kaivan, lalu membuat Kaivan dan Hendry berhenti melangkah. Mereka melihat anak laki-laki kecil terjatuh di lantai dan merintih kesakitan.Kaivan terkejut dan keheranan melihat anak kecil di perusahaannya. Dia sampai menengok ke kanan dan kiri, tapi tidak ada orang dewasa di sana yang menghampiri anak kecil itu.Kaivan menatap anak kecil itu yang sudah berdiri tapi melipat kedua kaki sambil memasang wajah siap menangis.“Siapa kamu dan sedang apa di sini?” tanya Kaivan dengan nada suara tegas karena memang begitulah dia.Bukannya menjawab pertanyaan Kaivan, Kai malah menangis karena takut dan menahan pipis. Dia merasa kalau pria di depannya itu s

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-11
  • Jatuh di Pelukan CEO Dingin   Paman Galak

    Hendry mengantar Kai buang air kecil, tapi dia tidak langsung meninggalkan karena cemas jika anak sekecil itu ditinggal sendirian di kamar mandi.“Kamu bisa sendiri?” tanya Hendry.“Bica,” jawab Kai mau masuk bilik. Dia berhenti lagi saat melihat Hendry mau ikut masuk.“Paman mau apa?” tanya Kai.“Bantuin kamu, memangnya kamu bisa lepas celana lalu kencing sendiri?” tanya Hendry.“Bicalah,” balas Kai, “Kai mau pipic cendiri. Kata Mami, kalau Kai pipic, tidak boleh ada yang lihat kecuali Mami.”Kai bicara sambil menggerakkan telunjuk sebagai isyarat tidak boleh.Hendry terkejut. Bisa-bisanya anak sekecil ini bisa bicara seperti orang dewasa dan sangat mandiri.Hendry akhirnya menunggu di luar. Dia memastikan Kai selesai dan kembali mengantar ke lobi sebelum ditinggal.“Kamu bisa menyiramnya?” tanya Hendry yang berdiri di depan bilik. “Bica, kan Mami ngajarin,” balas Kai dari dalam bilik.Hendry mengangguk-angguk kagum, orang tua Kai pasti mendidik sangat baik. Hendry mendengar suara a

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-12
  • Jatuh di Pelukan CEO Dingin   Kembali Tak Senang

    Kaivan dan Hendry berada di lift, mereka menuju ruang kerja Kaivan.Hendry masih menahan tawa, dia melihat Kaivan yang memasang wajah masam.“Anak kecil itu lucu sekali. Dia sangat cerdas dan mandiri, tapi anehnya langsung takut dan mengatakan kalau Anda galak. Mungkin karena suara Anda yang tegas,” ucap Hendry akhirnya bicara ketika mereka keluar dari lift.Kaivan menghentikan langkah mendengar ucapan Kaivan, dia tiba-tiba tak senang.Hendry terkejut melihat tatapan Kaivan. Dia langsung melipat bibir dan diam. Dia tahu kalau tatapan Kaivan menunjukkan rasa tak senang, mungkin karena Kaivan baru saja dibilang galak?“Oh ya, Pak. Anak itu memanggil Dania dengan sebutan bibi, apa anak itu keponakan Dania? Kalau iya, bukankah berarti dia keponakan Anda juga?” tanya Hendry mencoba mengalihkan pembicaraan.Bukannya perasaannya membaik, Kaivan semakin terlihat tidak senang.“Anak itu adalah anak Eve,” ucap Kaivan dengan tatapan dingin.Hendry terkejut. Dia langsung diam karena merasa bersal

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-12
  • Jatuh di Pelukan CEO Dingin   Tidak Jujur

    Saat sore hari. Kaivan bersiap pulang dan kini sudah berada di lift. Ketika pintu lift terbuka di salah satu lantai, tampak Grisel yang sudah siap masuk.Grisel langsung tersenyum ketika melihat Kaivan. Dia pun masuk lift sambil terus memulas senyum.Kaivan melihat Grisel, tapi kali ini tatapan Kaivan berubah dan sangat berbeda pada Grisel, tidak seperti sebelumnya.“Apa malam ini kamu ada acara?” tanya Grisel saat berada di lift bersama Kaivan.“Tidak,” jawab Kaivan datar.“Mau makan malam denganku?” tanya Grisel lagi.“Tidak,” tolak Kaivan tegas.Grisel terlihat kecewa mendengar penolakan Kaivan. Pria itu memang seperti menjaga jarak darinya.Saat pintu lift terbuka di lobi, Kaivan mengabaikan Grisel dan keluar tanpa mengajak wanita itu. Namun, Kaivan tiba-tiba menghentikan langkah lalu menoleh pada Grisel.“Ibu sedang dirawat di rumah sakit, apa besok malam kamu mau makan malam di rumahku?” tanya Kaivan dengan tatapan tak biasa.Grisel terkejut. Dia langsung mengembangkan senyum.“

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-12
  • Jatuh di Pelukan CEO Dingin   Tidak Mau Di Penitipan

    Keesokan harinya. Eve pergi ke rumah sakit setelah menitipkan Kai pada Dania.Saat berjalan di koridor rumah sakit menuju ruangan Bram, Eve melihat seorang wanita sedang kesusahan mendorong tiang infus.Eve mendekat, lalu dengan senyum menawari. “Biar saya bantu, Bi.”Saat wanita itu menoleh, Eve terkejut melihat wanita yang hendak dibantunya ternyata Maria.“Eve?” Maria terkejut tapi juga senang melihat wanita itu di sana.Eve tampak gugup, tapi Maria langsung memeluknya hingga membuat Eve tak berkutik.“Senangnya bertemu kamu lagi,” ucap Maria.Eve hanya diam. Dia juga tidak mungkin bersikap kasar dengan melepas pelukan Maria.Setelahnya, Eve mengantar Maria ke ruang inap karena kesusahan berjalan membawa tiang infus.Saat sampai di ruang inap. Maria tidak mengizinkan Eve langsung pergi sampai-sampai menggenggam erat telapak tangan Eve.“Bagaimana kabarmu, hm? Ke mana saja kamu selama ini, setelah Kaivan berkata kalau kamu berhenti bekerja, sejak itu bibi tidak pernah bertemu dengan

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-13
  • Jatuh di Pelukan CEO Dingin   Anak Hilang

    Kaivan duduk di mobil yang dikemudikan sopirnya. Saat mobil itu akan memasuki gerbang perusahaan, tiba-tiba saja mobil itu berhenti secara mendadak hingga membuat Kaivan terkejut.“Ada apa?” tanya Kaivan.“Itu, Pak. Ada anak kecil yang berjalan menghalangi jalan,” kata sopir agak panik karena hampir menabrak.Kaivan menengok ke luar jendela, lalu melihat Kai terduduk di jalan sambil mengusap pantat.“Sedang apa dia di sana?” Kaivan keheranan, kenapa Kai dibiarkan berkeliaran di jalanan sendirian. Dia merasa kalau Eve sangat tidak bertanggung jawab sama sekali sebagai ibu.Kaivan akhirnya turun dari mobil lalu menghampiri Kai yang baru saja berdiri. Dia memperhatikan bocah laki-laki yang menggendong tas punggung kecil.“Apa yang kamu lakukan di sini? Kenapa kamu berkeliaran di jalan?” tanya Kaivan sambil menatap datar pada Kai.Kai terkejut lalu memandang Kaivan yang berdiri di dekatnya. Dia pun menjawab, “Kai nggak mau omong cama Paman Galak!”Kai memalingkan muka sambil melipat kedua

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-13

Bab terbaru

  • Jatuh di Pelukan CEO Dingin   Bonus Chapter 5~Selesai

    Waktu berjalan dengan begitu cepat. Perjuangan yang biasa dilakukan sendiri, sekarang banyak yang menemani.Selama kehamilannya, Eve benar-benar merasakan banyak perhatian banyak orang di sekitarnya, membuatnya bisa menikmati kehamilan dengan perasaan tenang dan bahagia.Pagi itu. Eve berjalan ke ruang ganti untuk menghampiri Kaivan. Usia kandungannya sudah sembilan bulan. Perutnya sudah besar dan Eve mulai kesusahan melakukan aktivitasnya.“Biar aku bantu pakaikan dasi,” ucap Eve saat menghampiri Kaivan.Kaivan menoleh. Dia melihat istrinya itu berjalan mendekat.“Kalau lelah duduklah saja, Eve.”Eve hanya tersenyum. Dia meraih dasi Kaivan dan kukuh ingin mengikat dasi.“Duduk terus juga capek,” balas Eve.Dia mengikat dasi dengan seksama.Kaivan memperhatikan Eve yang sedang mengikat. Semakin besar kandungan Eve, istrinya itu terlihat semakin cantik.“Sudah,” ucap Eve.“Terima kasih,” balas Kaivan diakhiri sebuah kecupan di kening.Perhatian Kaivan ke perut Eve. Dia mengusap lembut p

  • Jatuh di Pelukan CEO Dingin   Bonus Chapter 4

    “Apa Dokter tidak salah memeriksa?”“Sudah dipastikan lagi?”Eve merasa kepalanya sangat berat. Samar-samar dia mendengar suara Kaivan dan Maria. Dia pun berusaha untuk membuka mata sampai akhirnya melihat dua orang itu berdiri di dekatnya dengan ekspresi wajah panik.“Sayang.” Eve memanggil dengan suara lirih.Kaivan menoleh ketika mendengar suara Eve. Dia segera menghampiri istrinya itu.“Bagaimana perasaanmu? Mana yang sakit?” tanya Kaivan sambil menggenggam telapak tangan Eve.Maria juga ikut mendekat ke ranjang karena sangat mencemaskan Eve.“Aku di mana?” tanya Eve dengan suara berat.“Di rumah sakit, tadi aku dihubungi kalau kamu pingsan, jadi aku membawamu ke sini,” jawab Kaivan.Eve mengangguk pelan. Dia memang masih merasa sakit kepala.Kaivan dan Maria menunggu dengan sabar sampai Eve sepenuhnya sadar. “Aku tidak tahu kenapa bisa pingsan, maaf sudah membuat kalian cemas,” ucap Eve lirih.“Untuk apa minta maaf. Kami malah cemas kalau terjadi sesuatu padamu, tapi untungnya ti

  • Jatuh di Pelukan CEO Dingin   Bonus Chapter 3

    Setelah berjuang sendiri, sekarang ada tangan yang bisa Eve genggam erat. Dia bagai Cinderella yang akhirnya menemukan sang pangeran, diratukan dan dicintai begitu dalam oleh pria yang bahkan sekalipun tak pernah ada di dalam mimpinya.Pernikahan Eve dan Kaivan sudah satu tahun berjalan. Pagi itu Eve membantu pelayan di dapur menyiapkan sarapan, sudah menjadi kebiasaan meski para pelayan dulu sering melarang.“Ini sudah semuanya, ditata di meja, ya.” Eve memberi instruksi setelah selesai memasak.“Baik, Bu.”Eve meninggalkan dapur. Dia pergi memanggil Maria sebelum membangunkan Kai dan Kaivan.“Ibu sudah bangun?” Eve masuk kamar untuk mengecek Maria.“Sudah, Eve.” Suara Maria terdengar dari kamar mandi.“Sarapannya sudah siap, aku mau bangunin Kai dan Kaivan dulu,” ucap Eve.Setelah mendengar balasan Maria dari dalam kamar mandi. Eve segera keluar dari kamar sang mertua, lantas pergi ke lantai atas. Semalam Kai merengek ingin tidur bersama mereka, sehingga pagi ini putra mereka yang s

  • Jatuh di Pelukan CEO Dingin   Bonus Chapter 2

    Kaivan baru saja keluar dari kamar mandi. Dia melihat Eve yang berbaring memunggunginya. Apa Eve sudah tidur?Kaivan naik ke ranjang. Dia bergeser mendekat ke arah Eve berbaring, lantas menyentuh lengan wanita itu.“Eve, kamu sudah tidur?” tanya Kaivan. Dia bahkan sengaja meletakkan dagu di lengan Eve.Eve sebenarnya sangat panik dan gugup. Dia berpikir untuk tidur lebih dulu sebelum Kaivan selesai mandi, tapi kenyataannya dia hanya bisa memejamkan mata dan tidak bisa jatuh ke alam mimpi, membuatnya sekarang malah semakin cemas.Ini memang bukan malam pertama baginya, tapi lamanya waktu tidak pernah berhubungan seperti itu, tentu membuat Eve merasa ini seperti yang pertama baginya..“Kamu lelah, hm?” tanya Kaivan. Dia tahu Eve belum tidur karena kelopak mata Eve tampak bergerak.Kaivan terus meletakkan dagu di lengan Eve, dia menatap gemas pada Eve yang berpura-pura tidur. Sampai akhirnya dia melihat Eve membuka mata.“Apa kamu lapar?” tanya Eve seraya menatap pada Kaivan.Kaivan meng

  • Jatuh di Pelukan CEO Dingin   Bonus Chapter 1

    “Kai mau pulang cama Mami dan Papi.”Kai bersidekap dada. Dia tidak mau beranjak dari kursinya saat Maria mengajak pulang.Maria, Bram, dan Alana saling tatap, bagaimana caranya membujuk Kai agar Kaivan dan Eve bisa menikmati malam pengantin.“Atau Kai mau tidur di rumah Paman?” tanya Bram membujuk.“Ih … Kai maunya cama Mami dan Papi.” Kai turun dari kursi. Dia berlari menghampiri Kaivan dan Eve yang sedang bicara dengan Dania.“Mami, Papi. Kai mau ikut kalian, tapi Nenek cama Paman malah mau ngajak pulang!” teriak Kai begitu keras.Kaivan dan Eve menoleh bersamaan, mereka terkejut melihat Kai berteriak-teriak seperti itu.“Kenapa, hm?” tanya Eve sedikit membungkuk agar bisa menatap sang putra.“Itu, macak Kai curuh pulang cama Nenek, Kai ‘kan maunya cama Mami dan Papi.” Kai mengadu sambil menunjuk ke Maria dan Bram yang sedang berjalan menghampiri.Kaivan menoleh ke Maria, tentu dia paham dengan niatan Maria mengajak Kai pulang.“Kai, nanti Mami dan Papi akan pulang, tapi setelah me

  • Jatuh di Pelukan CEO Dingin   Semua Bahagia

    Pernikahan Kaivan dan Eve berjalan dengan sangat lancar. Mereka sudah sah menjadi suami istri, kini tradisi melempar bunga pun akan dilakukan.Beberapa karyawan lajang yang diundang ke pesta itu sudah bersiap di depan altar, begitu juga dengan Dania yang ikut bergabung untuk mendapatkan buket bunga milik Eve. Siapa tahu selanjutnya dia yang akan menikah.Eve tersenyum penuh kebahagiaan melihat orang-orang antusias ingin merebut buket bunganya. Dia melihat Dania yang memberi kode agar dilempar ke arah Dania, membuat Eve semakin menahan senyum.Eve memunggungi para wanita yang siap menerima buket miliknya. Master Ceremony mulai berhitung, lalu di hitungan ketiga, Eve melempar buket bunga miliknya.Buket itu terlempar cukup kuat. Dania begitu antusias ingin menangkap, tapi banyaknya wanita di sana, membuat buket itu terpental beberapa kali hingga akhirnya jatuh ke tangan seseorang.Semua wanita kini menatap pada orang yang memegang buket itu.“Brian.” Eve terkejut tapi juga merasa lucu ka

  • Jatuh di Pelukan CEO Dingin   Hari Pernikahan

    Eve berada di salah satu kamar yang terdapat di hotel tempat pesta pernikahan diadakan. Dia datang lebih awal karena harus dirias oleh MUA yang sudah ditunjuk oleh Kaivan.Alana menemani Eve di kamar. Dia terus memperhatikan Eve yang sedang dirias sampai akhirnya siap.“Kamu sangat cantik,” puji Alana seraya menghampiri Eve yang baru saja selesai dirias.Eve menatap Alana dari pantulan cermin. Dia tersenyum malu karena mendapat pujian dari kakak iparnya itu.Alana menatap cukup lama pada Eve, lalu mengeluarkan sesuatu dari tas kecil yang dibawanya.Eve memperhatikan. Tidak tahu apa yang akan diberikan oleh kakak iparnya itu.“Kakakmu dan aku sepakat memberikan ini sebagai hadiah pernikahanmu, memang tidak mewah dan mahal, tapi kami berharap ini cukup berkesan untukmu,” ujar Alana memberikan kalung dengan liontin berinisial E.Eve sangat terkejut. Dia sampai menggeleng kepala pelan karena tak bisa menerima hadiah itu. Dia tahu kondisi ekonomi kakak dan kakak iparnya sedang susah, tapi

  • Jatuh di Pelukan CEO Dingin   Ketinggalan

    Hari pernikahan Eve dan Kaivan tiba. Malam sebelum acara pernikahan, Eve berada di kamar sedang istirahat setelah makan malam.“Eve, boleh aku masuk?” tanya Alana setelah sebelumnya mengetuk pintu.“Masuklah, Kak.”Alana membuka pintu kamar Eve. Dia melihat adik iparnya itu sedang duduk memegang ponsel.“Ada apa, Kak?” tanya Eve sambil menggeser posisi duduknya di ranjang untuk memberi tempat agar Alana bisa duduk.Alana duduk di dekat Eve. Dia menatap pada adik iparnya itu.“Besok kamu akan menikah. Aku dan kakakmu selama ini menyadari, belum pernah memberikan yang terbaik, terutama aku yang sering sekali bersikap tak baik karena rasa iri padamu. Tapi, semua sudah berlalu. Aku tidak bisa memberi apa pun selain mendoakan yang terbaik untuk kebahagiaanmu,” ucap Alana sambil menggenggam erat telapak tangan Eve.Bola mata Eve berkaca-kaca. Dia mengulum bibir untuk menahan tangisnya.“Tidak memberi apa-apa bagaimana, Kak? Aku bisa kuliah dan tumbuh juga karena usaha kalian. Ya, meski Kak

  • Jatuh di Pelukan CEO Dingin   Saling Mendukung

    Siang itu Eve pergi ke perusahaan Kaivan. Dia mengantar makanan karena Kaivan berkata jika sangat sibuk.“Kamu masih sibuk?” tanya Eve saat masuk ruangan Kaivan.Kaivan menatap pada Eve. Melihat calon istrinya itu datang, Kaivan langsung menutup tirai dinding kaca agar para staff tak melihat apa yang dilakukannya.“Kenapa tirainya ditutup?” tanya Eve keheranan.Kaivan mendekat pada Eve, lalu mengecup pipi wanita itu.“Biar mereka tidak melihat ini,” jawab Kaivan.Eve terkejut sampai memukul lengan Kaivan karena gemas.Eve mengajak Kaivan duduk. Dia membuka pembungkus makanan agar Kaivan bisa segera menyantap makan siang.“Aku sebenarnya masih harus memilah berkas, sepertinya tidak bisa makan siang dulu,” kata Kaivan.Eve menatap pada Kaivan, lalu membalas, “Kamu tetap harus makan meski sedang sibuk. Kamu memilah berkas, biar aku yang menyuapi.”Senyum mengembang di wajah Kaivan saat mendengar ide Eve. Dia mengajak Eve ke meja kerja, memosisikan kursi lain di samping kursi kerjanya agar

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status