Semua Bab Gadis Bodoh Untuk Tuan Muda Cacat : Bab 11 - Bab 20

28 Bab

Bab 11. Malu Dan Canggung Karena Anu.

'Apa harus membersihkan yang itu juga? Tapi kalau tidak, siapa yang akan membersihkan?’ pikir Wulan. Dia teringat akan surat perjanjian yang telah disepakati, jika semua urusan mengurus Tuan Muda Saka diserahkan padanya. Wulan kembali maju, menatap Saka yang menunduk. Ada perasaan yang begitu tidak nyaman di hati Saka. Saat ini hatinya menangis. Sampai segitunya hidupnya sekarang. Tidak berguna seperti ini. Mana mungkin gadis polos seperti Wulan mau menyentuh keperkasaannya itu? Saat merasakan tangan Wulan kembali menyentuhnya, Saka mendongak. Pandangan mereka bertemu beberapa saat. Saka menggelengkan kepala tanda agar Wulan jangan melakukannya. Wulan kembali menarik tangannya. Mereka sama-sama menunduk, sama-sama merasa tidak nyaman di hati. "Tuan muda." Panggil Wulan. Saka kembali mendongak. "Ijinkan saya membersihkannya. Tidak apa-apa ya?" Tanya Wulan dengan ragu-ragu. Wulan tahu kalau Saka tidak bersedia karena malu. Saka menggeleng kembali. "Tuan muda. Saya kan, sudah me
Baca selengkapnya

Bab 12. Hanya ingin melindungi.

"Kenapa, Bu? Kenapa harus membuangnya? Kenapa tidak boleh?" Wulan bangun dari duduknya dan mendekati Bu Asri yang juga mengambil minuman serta susu yang sudah disiapkan Anton tadi lalu membuangnya begitu saja di kamar mandi. Wulan semakin bingung melihat Bu Asri melakukan semua itu. "Bu..!" Bu Asri menoleh, lalu tersenyum pada Wulan. "Saya hanya ingin melindungi Tuan muda Saka. Hanya ini yang bisa saya lakukan untuk Tuan muda. Hanya ini." Kata Bu Asri. Perempuan paruh baya itu kemudian mengambil mangkuk berisi bubur miliknya dan memberikannya pada Wulan. "Silahkan jika Nona ingin menyuapi Tuan Muda. Tuan Muda pasti mau sekarang." Dengan masih penuh dengan kebingungan, Wulan menerima mangkuk itu lalu Kembali duduk di samping Saka. Dia menoleh pada Bu Asri dulu kemudian menoleh pada Saka. Saka tersenyum tipis padanya dan mengangguk. 'Apa maksudnya?' Dengan ragu-ragu dia lalu menyendok bubur itu dan menyodorkannya ke mulut Saka.Pri itu membuka mulutnya dan kali ini Saka mau mema
Baca selengkapnya

Bab 13. Menunggu Makan Siang Dengan Gelisah

Totok saraf ini adalah salah satu bentuk terapi alternatif yang dilakukan dengan memberikan tekanan dengan ujung jari atau alat khusus di titik-titik tubuh tertentu. Itu semua membuat Wulan yang selalu dikira bodoh oleh keluarganya ternyata pintar. Dan tidak sebodoh perkiraan mereka. Bisa sedikit tahu dunia luar tanpa harus keluar. Atau bisa dikatakan, dia adalah seorang Otodidak. Tidak ada yang tau, kecuali Bi Sumi. Tidak ada yang menyadari jika Wulan tumbuh menjadi gadis pintar tanpa bersekolah. Wulan tercengang, saat mendapati banyaknya saraf rusak di tubuh Saka. Dia menggelengkan kepala, "Kenapa bisa seperti ini?" Wulan berusaha mencari apa penyebab kerusakan pada saraf Saka. Beruntung dia menguasai tentang itu dan pernah mempraktekkan teori yang ia berhasil kuasai pada beberapa pelayan ketika masih berada di rumah ayahnya dengan hasil yang sempurna. Beberapa penyebab rusaknya sistem saraf bisa disebabkan oleh berbagai hal. Bisa karena cedera, paparan racun, kurang nutrisi
Baca selengkapnya

Bab 14. Rencana Yang Sempurna

"Tidak ada bau apa pun!" Wulan lalu beralih memeriksa lauk dan sayur mayur yang berada di mangkok terpisah."Sungguh sempurna sekali!" Wulan terkejut ketika mendapati serbuk halus timbal yang sepertinya sengaja ditabur seseorang di sana. Walaupun hanya sedikit, tapi jika itu dikonsumsi setiap hari, bayangkan akibatnya. Komplikasi Keracunan Timbal! Jika tidak ditangani, keracunan timbal dengan kadar timbal darah yang rendah sekalipun dapat menyebabkan gangguan intelektual permanen dan gangguan perkembangan otak/saraf otorik. Sementara itu, orang yang keracunan timbal dengan kadar tinggi dan tidak ditangani dengan benar dapat mengalami komplikasi yang lebih serius, seperti gangguan sistem saraf sampai pada kerusakan saraf, kejang, kerusakan ginjal, hilang kesadaran sampai kematian. 'Rencana yang dirancang secara halus. Pelan tapi pasti.' pikir Wulan. 'Sebelum Tuan muda mati, harta kekayaan sudah atas nama Tuan muda Saka. Dan setelah tuan muda mati, sudah dapat dipastikan jika selur
Baca selengkapnya

Bab 15. Bayi Besar

Hanya butuh satu setengah hari saja setelah Bu Asri menghubungi kerabatnya di kampung dan menyebut semua bahan-bahan itu, dengan alasan jika ia sedang menderita rematik dan asam urat akut. Maka keponakan Bu Asri siang itu sudah tiba dengan membawa pesanan Bu Asri dengan jumlah sangat banyak.Tentu saja alasan itu bisa diterima dengan masuk akal oleh siapapun yang melihatnya, tanpa tahu rencana Bu Asri yang sesungguhnya dengan bahan-bahan yang berasal dari tumbuhan itu."Bude, kenapa bisa kena asam urat?" Tanya keponakan Bu asri yang baru saja turun dari taksi dengan menenteng karung."Namanya sudah tua, Nang? Ya beginilah." Jawab Bu Asri pada keponakan laki-lakinya itu."Ya sudah. Ini bahan-bahannya. Ibu sudah mencarikan semuanya dengan lengkap dan banyak, buat stok katanya," kata keponakan Bu Asri.Bu Asri mengangguk senang. Mengulurkan sejumlah uang untuk sekedar upah si keponakan yang sudah mau mengantar. Yang di beri uang pun sangat senang."Aduh.. Makasih bude ya.?""Iya, Nang. B
Baca selengkapnya

Bab 16. Memulai Pengobatan

Saka hanya bisa tersenyum menanggapi ucapan Wulan. 'Apalagi Aku, bukan hanya akan membencinya, tapi akan membuat perhitungan besar dengannya.' batin Saka.Lama mengobrol, obrolan yang hanya terjadi sepihak itu, karena cuma Wulan yang berbicara kesana kemari sedangkan Saka hanya bisa menggeleng, mengangguk lalu tersenyum saja itu terhenti ketika suara Bu Asri memanggil dari balik pintu.Wulan berlari kecil membuka pintu.Bu Asri langsung masuk tanpa permisi, langsung menutup pintu dan menguncinya."Apa benar seperti ini, Nona?" Bu Asri menunjukkan ramuan hasil ciptaan tangannya kepada Wulan. Juga biji asam yang sudah di sulapnya menjadi cairan.Wulan mengangguk senang, puas dengan hasil racikan Bu Asri.Segera Wulan mengambil gelas ramuan itu dan membawanya pada Saka."Minum ini, Tuan."Saka tidak menolak ketika Wulan membantunya meminum ramuan itu.Baru saja seteguk, kedua mata Saka terbelalak. Pahit! Dia berteriak di dalam hati."Tuan harus menghabiskannya walaupun pahit." Bujuk Wula
Baca selengkapnya

Bab 17. Dasar Penjilat!

Sudah satu mingguan, Wulan menerapkan terapi pada Saka dengan ramuan yang terus dia berikan dengan rutin dan teratur.Sudah ada perubahan pada Saka yang mulai bisa menggerakkan jarinya, lalu mengepalkan tangannya. Itu membuat Wulan dan Bu Asri girang, terlebih Saka sendiri.Hanya bisa menggerakkan jarinya saja sudah merasa sangat senang sekali, apalagi kalau bisa sembuh seperti sedia kala. Mungkin dia akan menggendong Wulan dan membawanya berlari memutari halaman rumahnya yang luas sebanyak tujuh kali.Malam kembali tiba. Saat Wulan sudah bersiap untuk pergi tidur, terdengar seseorang mengetuk pintu.'Siapa?' pikir Wulan. Jika si Anton itu tidak mungkin, karena dia sudah dari datang mengantar makanan. Bukan makanan, lebih tepat nya racun!Bu Asri juga sudah datang mengantar makanan yang sesungguhnya. Wulan berdiri dari duduknya, melangkah ragu, lalu membuka pintu dengan lembut."Tuan Abraham?" Dia langsung menunduk hormat melihat siapa yang datang."Bagaimana kabar, Tuan muda Saka?
Baca selengkapnya

Bab 18. Tuan Besar Abian.

Wulan sempat melirik Saka yang belum juga memejamkan matanya. Lalu iseng mengangkat tangannya untuk menyentuh wajah Saka."Tidurlah Tuan muda. Biar cepat sembuh."Lama menunggu, akhirnya Saka tertidur juga. Wulan memastikan Saka tertidur dulu sebelum dia ikut memejamkan mata.Malam terus merambat pelan, kedua insan itu sudah tertidur pulas. Pulas, sampai tidak sadar jika Wulan sudah menjadikan Saka sebagai gulingnya.Pagi berikutnya, ketika Saka membuka mata terlebih dahulu, dia merasakan kepala Wulan ada di pundaknya, sementara tangan Wulan erat memeluk perutnya dengan kaki yang menumpang bebas di pahanya. Terasa bebas tanpa dosa!Saka menghela nafas. Jika saja saat ini dia bisa memutar tubuhnya, mungkin sudah ia lakukan. Memutar tubuhnya, lalu memeluk Wulan kembali seperti yang gadis itu lakukan sekarang.Pagi menyingsing. Sinar matahari menerobos masuk melalui celah jendela kamar besar milik Saka yang sudah dibuka gordennya lebar-lebar oleh Wulan.Wajah memerah semerah tomat menghi
Baca selengkapnya

Bab 19. Bertemu Kakek.

"Sudahlah, Ayah. Ayah tidak perlu ikut campur urusan ini. Memangnya, Ayah bisa apa untuk cucu kesayanganmu itu, Hem? Sudah bagus aku mau mencarikan istri untuknya. Siapa memangnya yang mau menikah dengan pria cacat seperti dia? Kalau bukan karena usahaku,” kata Abraham tersenyum tanpa rasa bersalah."Kamu..!!" Kakek Abian semakin emosi, dia kembali menunjuk batang hidung Abraham."Tuan!" Tiba-tiba Sekretaris Ang sudah berada di belakang Kakek Abian."Ang, kamu tau semua ini, tapi kau diam saja. Dimana otakmu, Ang? Sekretaris tak ada otak. Atau jangan-jangan otakmu sudah di beli oleh iblis itu?" Seru Abian kini beralih menunjuk Ang yang masih berdiri di sana."Tuan besar, tolong tenang dulu, saya bisa jelaskan semuanya. Nanti tensi Tuan besar naik lagi jika Tuan marah-marah begini," bujuk Ang."Aku tidak butuh nasehatmu, Ang! Aku butuh penjelasanmu!""Sudahlah Tuan Ang, bawa saja dia pergi. Urus dia. Bikin pusing saja." Celetuk Abraham tanpa ada sedikitpun rasa sopannya."Tuan, sebai
Baca selengkapnya

Bab 20. Jadi, Saka Cucu Kakek?

Tapi kakek Abian tidak putus asa, walau tidak mungkin lagi bisa berbuat sesuatu untuk Saka. Karena dia juga tidak lagi sekuat dulu. Sudah tua, sudah rapuh. Berjalan saja kadang sambil dibantu tongkat.Hanya doa, itu satu-satunya yang bisa ia berikan pada cucunya. Doa setiap saat yang tidak pernah putus. Berharap Saka bisa sembuh dan kembali seperti dulu lagi.Ketika saat ini, gadis yang pernah menolongnya dulu ada di hadapannya, Kakek Abian lalu percaya, jika Tuhan sedikit sudah menjawab doanya. Setidaknya, cucunya tidak salah menikahi wanita. 'Wanita ini, gadis ini. Polos dan baik. Penuh keikhlasan, mirip seperti menantuku!'Kakek Abian masih menatap Wulan, lalu menepuk lembut kepalanya."Cucuku ternyata menepati janjinya. Oh, senangnya aku!"'Cucu?’ Wulan bengong. "Kek.. maksud..."Kakek Abian melangkah mendekati Saka. Saka tersenyum lebar padanya."Saka, cucuku. Mana bisa kamu melakukan ini? Bagaimana caranya kamu menemukan dia dan menikahinya?" Kakek Abian meraih tangan Saka dan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123
DMCA.com Protection Status