“Tapi, jangan terlalu khawatir. Kelumpuhannya tidak permanen. Masih ada kemungkinan untuk sembuh.” Ucapan Dokter, sama sekali tidak membuat Azura tenang. Dia malah semakin khawatir dan panik. “Oh ya. Kalian boleh menemui Pasien, karena pasien perempuan, ingin bertemu dengan kalian.” Ega mengangguk, “Kami akan menemui mereka. Terima kasih, Dokter. Jika memang memerlukan tindakan lebih lanjut, tolong berikan yang terbaik untuk mereka. Soal biaya jangan khawatir, kami yang akan menanggung semuanya.” Dokter mengangguk kemudian pamit undur diri. Sementara Azura segera bergegas masuk kedalam ruangan dimana mereka dirawat. Ega , Riko, juga Pak Gani mengikuti Azura. Sampai disana dia melihat Amar sudah duduk di kursi roda dan sedang berada di samping ranjang sakit Bu Umah ibunya. Amar terlihat menangis sambil menggenggam erat tangan Ibunya. Melihat kedatangan Azura, pria itu menoleh. Terlihat tatapannya menjadi dingin. Andai saja dia tidak menolong gadis itu dan membiarkannya bunuh diri,
Read more