All Chapters of Pria Cacat Itu, Suamiku : Chapter 31 - Chapter 40

51 Chapters

Bab 31. Dikasih DP, sebuah rumah'

“Iya, aku tahu sebentar lagi aku akan bergaji, tapi yang benar saja! Kira-kira ini berapa sewa per bulannya?”Azura tertawa kecil, dia mengajak Amar turun dan membawanya masuk ke salah satu rumah yang terlihat besar dan megah. Lengkap dengan taman yang dipenuhi bunga juga garasi mobil serta berpagar besi.“Ini adalah salah satu bangunan milik perusahaan Papa. Tadi pagi sebelum kita pulang, aku sempat bicara dengan Papa. Aku bilang sama papa, kalau aku minta DP untuk kerjasama kamu dan papa, karena kita butuh uang untuk menyewa rumah. Kata Papa, kita diberi salah satu rumah di sini untuk DP pembayaran kamu. Sisanya kita bisa mencicil per bulan pada papa.”Amar terbengong tapi kemudian dia tertawa kecil, “Kamu benar-benar cerdas ya, kalau begini namanya kita menang banyak.”“Ya iyalah, daripada kita menyewa. Uang bulanan yang seharusnya untuk membayar sewa, kan bisa untuk mencicil ke Papa. Setelah sekian tahun, nanti rumah ini akan menjadi milik kita. Kita tidak perlu mengumpulkan uang
Read more

Bab 32. Telpon dari ayah mertua.

“Kemarin?” Azura jadi makin penasaran dan mengklik profil Alya untuk mencari tahu.“Oh, ya ampun! Dasar tidak tahu malu!” Azura mengumpat tapi juga ingin tertawa saat melihat satu postingan foto yang tidak lain dan tidak bukan adalah foto Alya bersama Edward yang nampak begitu mesra. Mereka tidak merasa malu lagi mengumbar kemesraan di depan publik seperti ini, apalagi dengan sebuah caption “Yang diperjuangkan akhirnya dapat juga digenggaman.” bagi Azura itu justru sangat menggelikan.Jadi selama ini, si wanita gatel ini memperjuangkan Edward? Tidak tahu saja dia, siapa yang sedang ia perjuangkan. Pria dodol yang suka celap-celup sana sini!Azura kembali mengumpat dalam hati.Azura kembali melihat postingan komentar.“Wah ini yang baru ya? Sungguh cocok cintaku! Perjuangkan, aku mendukungmu!”“Eh, ini bukannya cowoknya Azura?”Ada balasan dari Alya ternyata. “Itu kan dulu, sekarang hanya masa lalu.”“Eh, masa sih, masa sih?”“Dengar-dengar Azura sudah menikah ya?”Alya kembali membala
Read more

Bab 33. Tangkapan Amar tepat.

Amar terkejut bukan main, mana dia siap jika ini adalah urusan pertemuan, apalagi perkenalan pada publik? Sungguh Amar tidak tahu harus menjawab apa. Menolak? Tentu itu akan mengecewakan papa mertuanya. Kalau bersedia, keadaannya ini, sungguh dia tidak ingin mempermalukan Azura dengan tampil dalam keadaan cacat seperti ini.“Amar, bagaimana?”“Ah, iya pa. Apa tidak sebaiknya kita bertanya dulu bagaimana pendapat Azura? Saya, saya takut Azura,”Pada saat ini Azura sudah masuk, dia langsung menghampiri Amar.“Pa, ini Azura sudah datang, sebaiknya kita minta pendapatnya juga.”Tanpa menunggu jawaban dari Ega, Amar memberikan ponsel pada Azura. Azura langsung menerima ponsel itu setelah meletakkan nampan makanan yang dibawanya ke atas meja.“Pa, ada apa?” Azura langsung bertanya. Di seberang sana Ega mengutarakan apa yang tadi sudah dibicarakan dengan Amar.Azura sedikit tercengang, dia menoleh pada Amar yang menunduk. Dia sudah bisa menebak apa yang sekarang sedang dipikirkan oleh Amar.
Read more

Bab 34. Kaki Amar Sembuh.

Amar belum menyadari dengan ucapan Azura, dia malah bertanya. “Kakiku? Kenapa dengan kakiku? Bukannya mengkhawatirkan dirimu yang hampir terbanting malah mikirin kakiku.” ucap Amar. “Amar, bukan itu. Itu kakimu, lihat dulu!” Azura menunjuk tepat di kedua kaki Amar. “Kenapa? Kakiku kenapa?” Amar pun melihat pada kedua kakinya. Sesaat Amar juga ikut tercengang dan melompong. “Kakiku, Ya Allah! Kakiku?” Dia langsung terjingkat kaget. “Azura, benarkah ini?” Dia beberapa kali menghentakkan kakinya. Amar benar-benar terkejut kala dia menyadari jika kedua kakinya sudah sama-sama menapak pada lantai dengan sempurna. Dia mengikuti arah telunjuk Azura yang sekarang menunjuk ke arah sudut ruangan, dimana disana ada tongkat yang selama ini setia menemaninya berjalan itu telah teronggok di sana. Amar sampai beberapa kali menoleh pada tongkat itu dan beralih pada kakinya lagi. “Kakimu sembuh, Amar!” Teriak Azura. Sambil mengguncang kedua bahu Amar. Mulut Amar masih terbuka lebar, dia t
Read more

Bab 35. Undangan dari Edward.

Hanya butuh waktu sekitar 15 menit perjalanan karena rumah yang mereka tempati sekarang ini memang tidak terlalu jauh dari perusahaan, Azura sudah membelokkan mobilnya ke sebuah gedung tinggi menjulang yang bertuliskan Brahmana group.Baru saja mereka turun dari mobil, Rendi terlihat berlari dari ujung sana untuk menyambut kedatangan mereka.“Azura, kamu sudah datang? Apa ini suamimu?” tanya Rendi.“Eh Paman Rendi. Iya benar, kenalkan ini Amar suami Azura.”Mereka saling menyambut tangan kemudian saling melempar senyuman hangat. Rendi sedikit terbengong menatap Amar dari atas sampai bawah.Katanya suami Azura cacat tapi ini enggak? Pikir Rendi, dia sebenarnya ingin bertanya, tapi waktunya sepertinya tidak tepat.“Mari ikut paman. Mereka sudah menunggu.” ujar Rendi. Dia berjalan mendahului sementara Azura dan Amar mengikuti dari belakang. Azura meraih tangan Amar dan menggenggamnya sepanjang perjalanan. Orang-orang para staf perusahaan yang sudah tahu jika Azura yang datang bersama sua
Read more

Bab 36. Terlalu Banyak Meninggalkan Bekas

Malam hari, Azura sudah berada di atas tempat tidur dengan menyandarkan punggungnya di sisi tempat tidur sementara Amar, dia baru saja membereskan pekerjaannya dan baru masuk. Dia mendekati istrinya dan duduk di tepi tempat tidur. Amar menatap Azura yang terlihat begitu manis ketika sedang memainkan ujung rambutnya dengan jarinya seperti itu. “Kamu bilang akan merayakan kemenangan kita, kapan?” tanya Amar. Azura menoleh kemudian tersenyum malu. “Maksudnya apa ini?” dia malah balik bertanya. Padahal dia sudah tahu jawabannya. Amar menelan salivanya, “Lupa yang kita bicarakan tadi siang ya, atau pura-pura lupa nih?” Amar malah meledek. Azura semakin memerah wajahnya, “Tidak lupa sih. Hanya ngetes saja.” “Terus bagaimana?” tanya Amar lagi, sungguh itu membuat Azura kelimpungan karena malu. “Terserah, baiknya seperti apa. Mau kapan atau di mana pun itu.” jawab Azura. Dia kemudian menunduk, yang tadi memainkan rambutnya, sekarang berganti meremas jari jemarinya di atas lutut.
Read more

Bab 37. Datang Ke pesta

Di tempat lain, di sebuah gedung mewah. Telah terlihat sempurna dengan persiapan pesta pernikahan yang meriah. Edward hari ini akan menikahi Alya. Sebenarnya Edward enggan untuk menikahinya, tapi mau bagaimana lagi, Alya sudah terlanjur berbadan dua. Edward dituntut oleh keluarga Alya untuk menikahinya atau jika tidak mau, dia akan mendekam di penjara. “Apa kamu juga mengundang Azura dalam pesta pernikahan kamu ini?” tanya Nia teman Alya. “Tentu saja aku mengundangnya. Aku tidak ingin dia melewatkan hari kemenanganku ini. Aku ingin melihat wajah putus asa Azura yang dulu sangat membanggakan hubungannya dengan Edward. Saat itu aku merasa sangat sakit hati karena aku harus menjadi orang ketiga dan hanya bisa menjalin hubungan dengan Edward secara sembunyi-sembunyi.” “Azura selalu menatapku dengan tatapan tidak suka. Aku membencinya. Sekarang aku bisa menikah dengan Edward dan Azura sendiri hanya menikah dengan pria cacat!” Sinis Alya. “Baiklah, segera bersiap. Sebentar lagi para ta
Read more

Bab 38. Pernikahan Mereka Menjadi Berita Trend

“Iya terima kasih atas kedatangannya. Azura tapi omong-omong kapan kalian akan mengadakan pesta pernikahan? Sebab kami dengar, kalian berdua hanya menikah secara diam-diam?” Tanya Alya.“Tentu saja kami akan segera melaksanakan pesta pernikahan kami. Karena kami memang menikah diam-diam. Pada saat itu keadaan sangat darurat tapi kami akan segera mencari hari bagus untuk mengadakan pesta pernikahan.Benar begitu kan, sayang?” Azura menoleh pada Amar. Amar tidak ingin banyak berbicara, dia bingung mau bicara apa juga, jadi dia hanya mengangguk saja.“Tunggu undangan dari kami ya kami akan segera mengadakan pesta.” Ujar Azura kembali.Pesta pun berjalan meriah, meskipun sepasang pengantin tidak terlihat begitu bahagia karena kedatangan Azura dan Amar sukses merusak mood mereka.Saat mereka sedang senang-senangnya menikmati pesta yang meriah, tiba-tiba datang seorang tamu wanita muda bersama kedua orang tuanya.Awalnya orang-orang mengira jika mereka adalah tamu undangan yang datang ter
Read more

Bab 39. Meratapi Nasib

Kata dari sebagian orang, lebih baik menjadi yang kedua tetapi selalu diutamakan daripada menjadi yang pertama tetapi selalu diduakan.Namun ternyata pepatah itu sama sekali tidak pantas disematkan untuk wanita yang bernama Alya ini. Alya yang saat ini sedang menangis di ujung tempat tidur meratapi nasib dirinya yang ketiban sial.Dirinya mengira jika dia adalah yang kedua tetapi selalu di nomor satukan oleh Edward dan ternyata itu adalah salah besar. Nyatanya dia adalah nomor yang kesekian kalinya dan belum tentu akan diutamakan oleh Edward.Bagaimana mau menilai jika dirinya adalah yang kedua? Jelas-jelas si Kila yang sekarang resmi menjadi madunya itu telah hamil 5 bulan sedangkan dirinya masih 2 bulan, bukanlah itu artinya Edward lebih awal menjalin hubungan dengan Kila daripada dengan dirinya?Sejak awal dia memang sudah tahu jika Edward adalah pria brengsek, tapi dia tidak pernah menyangka jika Edward akan sebrengsek ini.Nasi sudah menjadi bubur, seperti apapun Alya menyesal, i
Read more

Bab 40. Shoping menghabiskan satu bulan gaji

“Apa kamu mau ikut? Nanti beli kolor untuk kamu kerja, biar gak gerah.” tawar Azura dengan ciri khas candanya.Amar menggeleng, “Aku paling pusing kalau diajak belanja. Apalagi pekerjaanku belum selesai seperti ini.” Jawabnya.“Baiklah, kalau begitu aku mau pergi bersama ibu saja.”“Ide bagus. Pergilah, selamat bersenang-senang dengan ibu mertuamu. Habiskan saja gajiku dalam sebulan itu.”Azura melotot, tapi mulutnya tersenyum lebar. “Benarkah? Kamu tidak marah kalau uang gaji pertama kamu ini habis?” tanya Azura.“Tidak. Aku sudah berjanji dalam hati saat dulu, gaji pertamaku akan kuserahkan padamu dan memintamu untuk menghabiskannya untuk membalas semua kekuranganku di masa lalu, saat aku belum bisa memberimu uang sepeserpun. Tapi kamu harus berjanji padaku, mulai bulan depan harus bisa menyisihkan uang gaji untuk tabungan masa depan anak kita kelak.”Saat mendengar Amar menyebutkan anak Azura jadi tersipu, tanpa sadar dia mengusap perutnya yang rata.“Iya ya. Meskipun aku belum ham
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status