Semua Bab Pria Cacat Itu, Suamiku : Bab 21 - Bab 30

51 Bab

Bab 21. Dibela papa Mertua.

“Asal kamu tahu, aku masih sangat mencintai Azura, begitu juga dengan Azura. Hanya saja waktu itu kami masih ada masalah. Dan aku juga tahu kenapa Azura bisa menikah denganmu. Karena kamu hanya ingin memanfaatkan dia kan?”Amar tercengang dengan ucapan Edward.“Tapi tuduhan anda salah, Mas. Aku tidak sedikit pun ingin memanfaatkan Azura.”“Halah, gak usah bohong kamu! Kamu sudah tahu kan kalau yang menabrak kamu adalah putri dari pengusaha Brahmana, jadi kamu sengaja memanfaatkan dia dan menyuruhnya untuk bertanggung jawab dengan cara memintanya untuk menikah denganmu! Kamu pikir aku bodoh? Tidak tahu apa yang sedang kamu rencanakan? Dasar orang Miskin!”Dada Amar terasa begitu penuh dengan makian pria itu. Faktanya memang demikian, dia sudah tahu siapa Azura sebelum menikahinya. Tapi semua tuduhan orang itu salah! Sungguh tidak ada sedikitpun niat di hatinya untuk memanfaatkan Azura.Terlihat Edward mengeluarkan sebuah cek dari sakunya. Dia melempar cek kosong pada Amar.“Tulis, bera
Baca selengkapnya

Bab 22. Dimarahi ibu kontrakan

“Oh, baiklah. Papa jadi lega. Kalau begitu Papa pulang ya, dari sini? Tidak menunggu kamu pulang, kapan-kapan saja papa kemari lagi.”“Iya Pa, Papa pulang saja dulu. Oh ya, berikan ponselnya pada Amar dulu, Pa. Biar Azura bicara sebentar dengannya.”Ega kemudian mengulurkan ponselnya kepada Amar. Amar menerima dengan lembut.“Assalamualaikum.. Halo Azura.”“Waalaikumsalam.. Amar. Maaf ya, sudah bikin kamu khawatir. TApi aku tidak apa-apa kok, aku baik-baik saja. Aku sudah selesai berbelanja tapi aku mampir dulu ke rumah Mama karena ingin mengambil sesuatu.”“Eh, iya tidak apa-apa. Aku hanya khawatir. Papa kesini dan bertanya kok kamu tidak ada.”“Baiklah, kalau begitu aku mau siap-siap mau pulang sekarang. Sampai ketemu di rumah. Assalamualaikum.”“Waalaikumsalam. Hati-hati ya?” setelah panggilan dari Azura ditutup, Amar kemudian mengembalikan ponsel pada Ega.“Pa, tunggu sebentar ya, saya akan bikinin Papa minum dulu.”“Amar, tidak perlu. Papa mau langsung pulang ke kantor. Tidak e
Baca selengkapnya

Bab 23. Aku ingin kamu membayarnya nanti

“Tidak apa-apa, Amar. Kalau hanya segitu uangku masih ada.” “Mana, Bu?” Azura kembali melihat ibu kontrakan itu. “Eh iya iya, sebentar.” ibu itu dengan girang membuka ponselnya dan menyebutkan nomor rekening miliknya. Azura segera mentransfer uang sejumlah dengan yang disebutkan oleh ibu itu tadi. Setelah melihat uangnya masuk di dalam akunnya, ibu itu tertawa senang lalu pergi begitu saja tanpa pamitan. “Eh Ayo masuk ke dalam. Aku bawa oleh-oleh untuk kamu dan Ibu. Maaf ya, aku agak sedikit terlambat, membuat kamu khawatir.” Amar hanya mengangguk kecil kemudian berjalan mengikuti Azura ke dalam kamar. Azura meletakkan barang-barang yang ia beli tadi dan membukanya satu persatu. Dia menunjukkan pada Amar dengan wajah ceria. “Aku belikan kamu beberapa baju untuk ganti, juga untuk ibu. Dan tadi mama menitip ini untuk ibu tapi nanti saja kesananya, pasti ibu sedang istirahat juga.” Amar mengangguk kecil. “Azura, kenapa kamu menghabiskan banyak uang untuk di sini? Aku sungguh
Baca selengkapnya

Bab 24. Kamu mengerti tentang arsitektur?

Amar terkejut dan dia mengusap wajahnya dengan kasar, “Tidak ada apa-apa.”Azura kemudian duduk di samping Amar, “Apa kamu marah karena aku berbelanja banyak seperti ini? Kalau begitu, lain kali aku tidak akan berbelanja sebanyak ini lagi.” ucap Azura membuat Amar langsung menggeleng.“Aku tidak marah. Lagi pula kenapa harus marah? Justru aku senang melihat kamu berbelanja. Apalagi itu adalah kebutuhan kita, bukan untukmu sendiri. Tapi akan lebih senang lagi kalau kamu berbelanja menggunakan uangku. Kelak suatu saat jika aku sudah bisa mencari uang, aku tidak akan pernah melarangmu berbelanja. Azura, kamu jangan salah paham. Aku tidak sedang memikirkan hal itu.”“Terus apa yang kamu pikirkan? Aku melihat sepertinya kamu sedang menyembunyikan sesuatu dariku. Apa kamu tidak mau berbagi?”Amar menghela nafas berat, “Tadi pria yang bernama Edward itu datang kemari. Dia mencarimu.”Kedua mata Azura langsung terbelalak, dia terkejut bukan main. “Apa yang dia lakukan padamu? Kamu tidak diapa
Baca selengkapnya

Bab 25. Rancangan dari Amar

Amar terlihat mengangguk, “Aku pernah bersekolah di bidang ini, aku juga sedikit menguasainya. Hanya saja aku belum pernah menggunakannya karena aku terus ditolak saat aku mengajukan lamaran kerja. Bahkan aku pernah melamar di perusahaan cabang Brahmana, tapi aku tidak diterima. Hingga sampai lebih dari 10 kali aku melamar di berbagai perusahaan properti, tapi aku sebanyak itu juga ditolak. Sampai akhirnya aku putus asa dan aku tidak pernah lagi melamar pekerjaan di perusahaan. Aku jadi kuli panggul saja.”Azura jadi tersenyum sekarang, “Kalau begitu, kamu bisa membantu pekerjaanku ini. Amar, Kalau kamu bisa menunjukkan keahlian kamu, itu sangat bagus. Kamu bisa bekerja di perusahaan papa. Mereka sangat kekurangan arsitek handal yang bisa mendesain bangunan-bangunan yang papa inginkan, untuk bisnis papa. Apalagi sekarang bisnis papa sudah melebar ke berbagai kota dan bahkan ada rencana untuk ke luar negeri juga.”“Tapi aku takut kamu tidak percaya padaku.”“Bagaimana kalau kamu membuk
Baca selengkapnya

Bab 26. Aku tidak merasa malu.

“Iya Bu, benar. Doakan kami ya Bu, mudah-mudahan saja Amar berhasil dan kami bisa bekerja sama dengan baik, lalu bisa bekerja di perusahaan Papa agar masa depan kami juga bisa lebih baik lagi, Bu.”Bu Uman benar-benar terharu, matanya berkaca-kaca dan tanpa terasa dia menangis.“Sejak dulu cita-cita Amar memang ingin menjadi seorang Arsitek. Sampai setengah mati ibu bekerja siang malam hanya untuk menyekolahkannya. Bahkan Amar pun rela bekerja banting tulang untuk menabung demi bisa menyelesaikan kuliahnya.”Azura tertegun dengan cerita Bu Umah, ternyata kehidupan Amar memang sudah susah sejak dulu dan penuh dengan perjuangan. Jauh sekali bila dibanding dengan kehidupannya yang serba mewah dan berkecukupan bahkan untuk melanjutkan sekolah pun, begitu mudah bagi Azura. Tetapi pada saat itu Azura sempat bermalas-malasan. Dia sering menolak ketika sang Ayah menginginkan dia untuk kuliah ke luar negeri dengan harapan agar Azura lebih bisa diandalkan di bidang arsitektur ini karena Ega pun
Baca selengkapnya

Bab 27. Tawaran kerjasama.

Pagi berikutnya, saat Amar membuka matanya, dia sudah tidak melihat Azura. Ternyata Azura sudah berada di dapur, memasak dengan dibantu oleh Bu Umah. Tapi bukan seperti itu ternyata, justru Bu Umah yang sedang memasak dan dibantu oleh Azura. Meskipun sudah dilarang tapi Azura tetap membantunya, dia masih khawatir dengan keadaan Ibu yang menurutnya belum lah sepenuhnya sembuh.Selesai menyiapkan sarapan, Azura segera ke kamar memanggil Amar untuk sarapan dahulu.“Iya. Tapi bagaimana kalau kamu mengirim dulu dua file itu kepada Papamu, agar Papamu memeriksanya. Aku penasaran apakah Papamu akan menyukai desain dariku ini.”Azura setuju, kemudian dia mengirim dua gambar rancangan bangunan yang telah diselesaikan Amar semalam, barulah mereka pergi ke meja makan.Di tengah-tengah sarapan, ponsel Azura berdering. Dia melirik, itu adalah panggilan dari papanya. Azura kemudian bangun dan menyisih ke ujung sana untuk mengangkat panggilan. Terdengar mereka berbicara dengan pembicaraan yang cukup
Baca selengkapnya

Bab 28. Tnda tangan kontrak kerjasama

“Jangan khawatir, Amar. Kamu tidak perlu risau. Jika kamu keberatan untuk terjun langsung ke area pembangunan, Azura bisa mewakilinya. Kamu hanya perlu bekerja di balik layar saja, tapi kalau menurut papa tidak ada salahnya jika sekali-kali waktu kamu menunjukkan diri, agar orang juga tahu jika kamu ini adalah suami Azura. menantuku.”“Lagi pula Papa jamin, tidak akan yang ada yang berani membicarakan kamu atau menghina kamu hanya karena fisik kamu ini. Jika ada yang berani menghina kamu Artinya mereka juga sama saja dengan menghina papa dan juga istri kamu, sebab fisik kamu begini juga karena Azura.”Amar tersenyum lembut kemudian menoleh pada Azura.Pada saat ini Riko juga ikut bicara, “Jadi begini, Amar. Meskipun kamu ini adalah suami dari Azura juga menantu dari Tuan Varega Brahmana sendiri, tetapi yang namanya kerja sama tetaplah kerjasama. Kita perlu menandatangani surat-surat perjanjian dan juga surat kontrak. Atau anggap saja ini adalah sebuah kontrak kerjasama yang biasa dite
Baca selengkapnya

Bab 29. Berkunjung ke rumah Mertua.

Amar tertawa kecil, “Tidak harus menggenggam tanganku selama itu juga.”“Ya habisnya, kamu sangat khawatir sekali.”“Maaf. Baiklah, kita berangkat.” Sungguh Amar tidak sanggup untuk menolak ajakan Azura meskipun dalam hati dia masih ragu dan merasa tidak nyaman.Mereka akhirnya berpamitan pada Bu Umah, mengatakan jika akan pergi ke rumah orang tua Azura. Tadinya Azura juga mengajak Ibu, tapi ibu menolak, mengatakan jika dia sudah sehat dan akan baik-baik saja di rumah.Azura sebenarnya khawatir, tapi Amar juga meyakinkan jika sebenarnya Ibu sudah terbiasa ditinggal sendirian di rumah.“Baiklah, kalau begitu kami berangkat sekarang ya, Bu? Takut kemalaman di jalan.” Ujar Azura.“Iya. Kalian berangkat saja. Misalnya nanti kemalaman, tidak usah pulang dulu nak. Menginap saja di sana dulu, tidak apa-apa. Ibu ini sudah sering kok sendirian di rumah saat Amar bekerja dan menginap di pekerjaannya. Jadi jangan khawatir.”Azura mengganggu kemudian dia bersiap-siap. Sekarang mereka sudah melaj
Baca selengkapnya

Bab 30. Bersamamu semua terasa indah.

“Sebenarnya aku sengaja mengajak Amar kemari agar dia tahu saja di mana rumah orang tua Azura, Pa. Tapi ada juga rencana yang lain.” jawab Azura. Dia terdiam dahulu, menoleh sesaat ke arah Amar kemudian kembali berkata.“Sepertinya kalau untuk tinggal di sini, Azura kurang setuju. Kami sudah memutuskan untuk mencari rumah yang berada dekat dekat dengan perusahaan Papa. Mungkin malam ini kami akan menginap disini dulu dan besok pagi sambil pulang ke rumah kami akan melihat-lihat rumah yang cocok untuk kami tempati.”Amar tidak ikut bicara, dia hanya diam saja karena dia memang belum punya pendapat atau sama sekali tidak punya pendapat perihal masalah rumah atau tempat tinggal yang dimaksud Azura. Dan memang untuk saat ini pikiran Amar hanya ada satu, percaya penuh kepada Azura. Sebab apapun keputusan Azura sudah pasti adalah pilihan yang terbaik.“Baiklah kalau begitu.” Balas Ega.Makan malam telah tiba, Amar benar-benar kaku saat Azura mengajaknya untuk makan malam bersama keluarga m
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status