Home / Pernikahan / Pria Cacat Itu, Suamiku / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Pria Cacat Itu, Suamiku : Chapter 51 - Chapter 60

135 Chapters

Bab 51. Jadilah pacarku

Calia teringat Arwan selalu datang terlambat dan mengatakan jika dia dari rumah sakit mengantar ibunya kontrol rutin. Padahal itu adalah dia sendiri , bukan ibunya. Calia baru sadar Jika semua itu adalah kebohongan Arwan.Pantas saja, kemarin Arwan terlihat menolak keras ajakan Bu Lina untuk kembali ke rumah sakit. Sepertinya saat itu, Arwan sudah lelah dan puncak dari titik keputusasaannya.Entah kenapa Calia merasa dirinya sangat bodoh dan tidak dapat memahami kondisi dan situasi Arwan. Padahal jelas-jelas dia sendiri sudah bisa melihat beberapa kejanggalan.Seperti rambut yang ada di kamar mandi Arwan, wajah pucat Arwan, tangannya yang gemetaran lalu permintaan Arwan yang menurutnya nyeleneh.“Aku ingin jadi pacar, mbak Calia.”“Mbak, mau kan jadi pacar aku? Mungkin hanya sebentar saja kok.”Kata-kata Arwan itu kembali terngiang di telinga Calia dengan sangat jelas.Dia kembali teringat tadi siang saat melihat darah yang mengalir dari hidung Arwan kemudian obat yang diminum Arwan.
Read more

Bab 52. Sekarang Kita Pacaran.

Arwan sekarang terdiam, matanya berkaca-kaca. Sampai tangan Calia terulur untuk menyeka air mata yang belum sempat jatuh ke pipinya itu.“Aku ingin menemanimu dalam segala keadaan.”“Untuk apa? Aku hanya akan mati sebentar lagi. Aku tidak ingin meninggalkan kamu dalam kesedihan. Jadi sekarang, mbak Calia pergilah. Pulang saja. Ini sudah malam. Mbak Calia sudah melihatku, kan?”Calia kembali menangis, dia kembali memeluk Arwan.“Percaya padaku, kamu akan sembuh. Tolong beri aku kesempatan untuk menemanimu. Kamu akan sembuh Arwan. Jangan mengusirku!”“Kamu hanya kasihan padaku, untuk apa?”Calia menggeleng, “Bukan, aku memang menyukaimu. Aku sayang sama kamu!” Calia belum melepaskan pelukan.“Kamu mau kan, Arwan?”Sesaat, tidak ada jawaban apapun dari Arwan, sampai akhirnya ada pergerakan kepala Arwan.Dia mengangguk pelan, “Baiklah. Tapi, janji jangan bersedih jika sewaktu-waktu aku akan pergi meninggalkan kamu.”“Kamu tidak akan pergi kemana-mana. Kita akan bersama, kita akan menikah.
Read more

Bab 53. Kritis

Sampai di rumahnya Calia sudah disambut oleh Dinda yang khawatir karena dia malam ini pulang dengan begitu terlambat.“Calia, kamu dari mana, kok baru pulang? Kenapa nomormu juga tidak aktif? Mama dan Papa sampai khawatir!” tanya Dinda yang tentu saja khawatir karena tidak biasanya Calia seperti ini.“Kamu baik-baik saja kan, sayang?” Dinda kembali bertanya saat melihat wajah Calia yang kacau dengan kedua matanya yang berkaca-kaca.Calia tidak menjawab pertanyaan mamanya, dia malah langsung memeluk Dinda dan menangis tersedu-sedu di pelukan mamanya. Pada saat ini, Riko keluar. Dia terkejut melihat anak gadisnya menangis tersedu-sedu di pelukan istrinya seperti itu. Riko menghampiri mereka segera.“Ada apa ini, Calia? Kalau ada masalah apapun, tolong cerita pada mama dan papa.” ucap Riko.Calia mendongak, melihat Papanya dia melepaskan pelukannya dari Dinda dan berganti memeluk Riko. Kembali Calia menangis tersedu-sedu didada Riko.Dinda mengambilkan air minum, memberi Calia minum, “Te
Read more

Bab 54. Teringat

Apa yang bisa dilakukan oleh Riko? Dia juga kebingungan, bahkan dokter sendiri sudah mengatakan jika telah putus asa pada Arwan. Apalagi jika operasi saja tidak bisa lagi menolong Arwan. Dulu Calia juga pernah mengidap kanker darah, tapi kala itu penyakit Calia terdeteksi dari dini, hingga masih bisa diselamatkan dengan caraTransplantasi sumsum tulang belakang. Kalau Arwan ini mana mungkin bisa? Apa yang bisa dilakukan? Tidak ada transparansi untuk kanker otak kecuali hanya operasi. Tetapi jika kanker itu memang sudah menyebar, operasi pun akan sia-sia dan hanya akan mempercepat usia saja.Pada saat semua orang tenggelam dalam kesedihan yang memuncak, Dinda tiba-tiba teringat dengan Laura. Bukankah Laura juga pernah mengalami kanker yang juga telah kritis? Pada saat itu Laura pun akan menjalani operasi tetapi kabar mengatakan jika Laura bisa sembuh hanya dengan sebuah ramuan tanpa operasi. Dinda mendongak, mengusap air matanya yang masih saja menetes. Dia kemudian merogoh ponselnya d
Read more

Bab 55. Apa masih ada harapan?

Riko juga langsung menoleh pada istrinya, kemudiaan dia kembali pada Calia.“Mama kamu benar, Calia.”Dalam kesedihan yang tak bertepi ini, ada sedikit harapan untuk Calia. Tanpa bicara sepatah kata pun pada mereka, dia berdiri dan langsung berlari ke ruangan dimana Arwan dipindahkan.“Dokter!” Dia menyerbu dokter yang baru saja keluar dari ruangan.“Bagaimana keadaannya, apa masih ada harapan ?” Tanya Calia.“Jika dalam dua puluh empat jam ini Pasien bisa sadar, kemungkinan dia masih bisa bertahan beberapa Minggu ke depan. Kita hanya perlu banyak berdoa, untuk meminta keajaiban dari Tuhan.” Setelah berkata, dokter itu pergi.Calia hanya bisa meratap di depan pintu ruangan. Tidak boleh ada yang masuk kecuali tim medis ke ruangan itu. Calia hanya bisa mengintip dari jendela kaca. Melihat keadaan Arwan yang terbaring di sana dengan beberapa alat medis di tubuhnya.“Bertahanlah, Arwan. Ayo berjuanglah. Buka matamu. Aku disini menunggumu.Jika kamu mau membuka matamu kembali, aku akan men
Read more

Bab 56. Tidak bisa menelan apapun

Kemarin, memang sudah ada perjanjian begitu antara tim medis dan Bu Lina juga Arwan. Jika terjadi apa-apa, Arwan bersedia menggunakan alat bantu hidup, namun akan meminta dicabut jika itu sudah dirasakan sia-sia.Tenggorokan Calia terasa kering kerontang bahkan dia tidak mampu mengeluarkan kata-kata lagi. Tubuhnya kembali melemas, dia terjatuh berlutut di lantai. Dadanya begitu sesak. Dia kembali meneteskan air mata, beberapa saat kemudian dia mengusap air matanya dan berdiri dengan sisa kekuatan yang ia punya. Calia berjalan ke arah ruangan untuk mengintip Arwan dari balik kaca jendela. Dia meletakkan telapak tangannya di sana dan mengusap, seolah sedang membelai wajah Arwan.“Apa kamu benar-benar tidak mau membuka matamu lagi, Arwan? Bukankah kita baru saja pacaran, kenapa kamu malah meninggalkan kesedihan untukku sedalam ini?”Sebuah tepukan ringan mengejutkan Calia , dia menoleh. Dinda sudah berdiri di belakangnya.“Masih ada waktu sampai nanti malam. Calia, kamu harus tabah dan b
Read more

Bab 57. Membuka mata kembali

Mendengar keputusan dokter itu Calia tidak dapat menahan diri. Dia menangis meraung dan berontak. Dia sampai mendorong beberapa suster dan berlari masuk. Sejenak Gadis itu berdiri menatap Arwan yang berbaring di sana dengan memejamkan mata dan menetapkan mulut rapat-rapat.Dua orang suster maju untuk menyuruh Calia keluar, tetapi dokter mencegah mereka.“Biarkan saja.”Dua Suster itu mundur kembali mematuhi sang dokter. Calia perlahan mendekat ranjang sakit, dia menunduk mengusap rambut Arwan kemudian mendaratkan kecupan panjang di kening Arwan.“Arwan, kamu baru saja menjadi pacarku. Baru saja memberi kebahagiaan dan cinta untukku. Kenapa kamu harus seperti ini? Kenapa kamu langsung memberiku sakit yang sangat dalam? Beritahu aku , Arwan. Apa salahku padamu? Katakan, apa yang perlu diperbaiki? Aku akan lakukan untukmu.”“Buka matamu. Jika kamu benar-benar menyukaiku, ayo buka matamu. Kita akan pergi ke kampung halamanku, agar kamu tahu bagaimana cerita masa laluku disana. Agar kamu t
Read more

Bab 58. Selamat datang kembali

Mendengar keputusan dokter itu Calia tidak dapat menahan diri. Dia menangis meraung dan berontak. Dia sampai mendorong beberapa suster dan berlari masuk. Sejenak Gadis itu berdiri menatap Arwan yang berbaring di sana dengan memejamkan mata dan menetapkan mulut rapat-rapat.Dua orang suster maju untuk menyuruh Calia keluar, tetapi dokter mencegah mereka.“Biarkan saja.”Dua Suster itu mundur kembali mematuhi sang dokter. Calia perlahan mendekat ranjang sakit, dia menunduk mengusap rambut Arwan kemudian mendaratkan kecupan panjang di kening Arwan.“Arwan, kamu baru saja menjadi pacarku. Baru saja memberi kebahagiaan dan cinta untukku. Kenapa kamu harus seperti ini? Kenapa kamu langsung memberiku sakit yang sangat dalam? Beritahu aku , Arwan. Apa salahku padamu? Katakan, apa yang perlu diperbaiki? Aku akan lakukan untukmu.”“Buka matamu. Jika kamu benar-benar menyukaiku, ayo buka matamu. Kita akan pergi ke kampung halamanku, agar kamu tahu bagaimana cerita masa laluku disana. Agar kamu t
Read more

Bab 59. Ayo Pergi bersamaku

Alat bantu pernapasan Arwan telah dilepas oleh tim medis tadi karena nafasnya sudah mulai normal. Jadi saat ini Arwan bisa melihat dengan jelas siapa saja yang berada di depannya. Pertama yang ia lihat adalah sosok penuh wibawa. Pria dengan kaos putih panjang itu beberapa kali Arwan pernah bertemu. Itu adalah Ayah dari seorang wanita yang dipujanya sejak dulu dan di sebelahnya lagi sudah jelas itu adalah istri dari pria tersebut yaitu ibu dari Calia.Arwan juga melihat orang yang telah melahirkannya berdiri di sudut sana dengan senyuman lebar menatapnya, tetapi kedua matanya penuh dengan air mata yang terus menetes di pipi.Terakhir Arwan melihat seorang wanita cantik yang selama ini selalu dipuja olehnya. Senyum manisnya, wajah cantiknya, membuat Arwan begitu damai dan tenang setiap saat meskipun hanya membayangkan wajahnya saja. Tapi kali ini itu bukan bayangan di imajinasinya, namun benar jika itu adalah wanita yang dicintainya, telah berdiri menatapnya dengan wajah yang penuh keta
Read more

Bab 60. Ikut Calia Pergi

Mereka merasa lega.Malam ini semua orang menginap lagi di rumah sakit ini, di dalam ruangan Arwan dirawat saat ini. Ruangan yang sudah berbeda, dia sudah dipindahkan lagi ke ruangan perawatan. Di sana Calia bisa tidur di dalam ruangan bahkan Bu Lina, Dinda dan juga Riko ikut tidur dalam ruangan itu dengan menggelar sebuah tikar di bawah.Riko sudah menelpon seseorang sebelum saat ini, meminta seseorang itu untuk mengurus segala hal keperluan untuk besok. Mengatur keberangkatan Calia dan Arwan.Jadi ketika pagi hari berikutnya datang, Calia sudah berkemas-kemas. Sebuah mobil khusus juga telah datang untuk menjemput mereka. Mobil yang akan mengantar mereka ke bandara.Bu Lina dengan ikhlas dan rela melepas kepergian Arwan dan Calia walaupun tidak dapat dipungkiri jika hatinya sangat sedih karena harus berpisah dengan putranya yang selama ini selalu menemaninya.“Hati-hati ya Nak Calia ? Dan juga kamu Arwan. Kamu harus ingat, kepergian kalian ini bukan hanya sekedar jalan-jalan tapi unt
Read more
PREV
1
...
45678
...
14
DMCA.com Protection Status