“Oh, iya. “ Nita baru sadar, biar bagaimanapun juga mereka berdua itu bukan mahram. Meskipun tidak mungkin berbuat hal yang aneh-aneh, tetap saja tak pantas jika harus tidur satu kamar.“Tidur sama Bibi saja, Calia. Paman bisa tidur di toko. Ada kasur kok disana. Tak usah khawatir.” Sekarang, Heru yang berkata.“Maaf, ini malah merepotkan semua.” Arwan berkata demikian.Calia langsung menoleh, segera paham dengan perasaan Arwan saat ini.“Tidak ada yang direpotkan. Jangan begitu, Arwan. Ingat kesepakatan kita sebelum berangkat kemari. Kamu tidak boleh banyak pikiran dan harus fokus saja pada kesembuhan kamu. Harus nurut sama aku.” Calia sedikit melototi Arwan.Arwan tersenyum kecil, “Iya. Maaf,”Nita juga tersenyum pada Arwan. “Iya, benar kata Calia. Tidak ada yang direpotkan. Sudah, sana kalian ke kamar.”Mereka kembali mengangguk, “Calia temani Arwan di kamar dulu ya, Bi.” Calia meraih tangan Arwan dan membawanya ke kamar tadi.Calia menata bantal, menyuruh Arwan untuk berbaring. Ar
Baca selengkapnya