Semua Bab Pria Cacat Itu, Suamiku : Bab 61 - Bab 70

135 Bab

Bab 61. Pasti ada jalan

Meskipun Heru sudah mulai lihai membawa mobil, tapi rupanya masih belum berani jika di jalan kota yang lumayan padat seperti saat ini, jadi sejak berangkat dari rumah Bu Marni tadi, Rehan yang mengemudi.“Ah, iya juga.” Calia sampai tak berpikir ke arah sana. Dia memang belum sempat berbicara langsung dengan Bibi Nitanya, dia terlalu sibuk dan panik mengurus Arwan tapi karena dia juga tahu bahwa semuanya telah diurus oleh Mama dan Papanya.“Paman Rehan, nanti sampaikan pada Wek Uti ya, kalau Calia tidak mampir ke rumah, tapi langsung ke rumahnya Bibi Nita.”Rehan mengangguk, “Wek Uti kamu sudah tahu. Jadi jangan khawatir, kalian langsung pulang ke rumah bibi Nita saja sama Paman Heru, kapan-kapan nanti biar kami yang akan ke sana.”Calia mengangguk, menoleh pada Arwan yang masih duduk dan tidak mau saat diminta Calia untuk berbaring saja. Sepanjang perjalanan ini Calia terus menggenggam tangan Arwan dan menepuk-nepuknya dengan lembut“Arwan, kita nanti mau langsung ke rumah bibi Nita.
Baca selengkapnya

Bab 62. Sampai juga.

Penjelasan dari Nita, bukan tidak membuat Bu Mila kepikiran. Dia merasa jika ini adalah sebuah ujian yang cukup berat. Bukan hanya untuk keluarga Nita, tapi juga untuk dirinya.Dia tidak mungkin mengatakan jika dia sebenarnya berat dengan permohonan Mereka yang ingin dirinya melakukan pengobatan seperti yang pernah ia terapkan untuk Laura. Tapi penyakit Arwan ini lain. Meskipun sama-sama jenis kanker, tapi Bu Mila cukup tau jika kanker yang diderita Arwan ini adalah kanker jenis berat. Kanker otak dan sudah menyebar ke beberapa saraf lain.Apakah benalu mampu menaklukkan?Bu Mila cukup tertegun. Dia pulang, pamit undur diri pada Nita.Sampai dirumah, Adzan Maghrib berkumandang. Bu Mila mengambil air wudhu. Menunaikan kewajiban menghadap sang Pencipta alam semesta. Selesai itu, dia masih bersimpuh, memohon petunjuk pada Allah. Apa yang harus diperbuat untuk membantu keluarga yang telah banyak membantu kehidupannya dan cucu-cucunya.“Engkau Maha mengetahui, Engkau Maha pengasih dan Pemb
Baca selengkapnya

Bab 63. Ayah kandungku, Bukan Riko.

“Oh, iya. “ Nita baru sadar, biar bagaimanapun juga mereka berdua itu bukan mahram. Meskipun tidak mungkin berbuat hal yang aneh-aneh, tetap saja tak pantas jika harus tidur satu kamar.“Tidur sama Bibi saja, Calia. Paman bisa tidur di toko. Ada kasur kok disana. Tak usah khawatir.” Sekarang, Heru yang berkata.“Maaf, ini malah merepotkan semua.” Arwan berkata demikian.Calia langsung menoleh, segera paham dengan perasaan Arwan saat ini.“Tidak ada yang direpotkan. Jangan begitu, Arwan. Ingat kesepakatan kita sebelum berangkat kemari. Kamu tidak boleh banyak pikiran dan harus fokus saja pada kesembuhan kamu. Harus nurut sama aku.” Calia sedikit melototi Arwan.Arwan tersenyum kecil, “Iya. Maaf,”Nita juga tersenyum pada Arwan. “Iya, benar kata Calia. Tidak ada yang direpotkan. Sudah, sana kalian ke kamar.”Mereka kembali mengangguk, “Calia temani Arwan di kamar dulu ya, Bi.” Calia meraih tangan Arwan dan membawanya ke kamar tadi.Calia menata bantal, menyuruh Arwan untuk berbaring. Ar
Baca selengkapnya

Bab 64. Mimpi Aneh

“Tidak tahu juga Mbak Nita. Sebenarnya dari hati ibu juga, ibu merasa ragu. Kemampuan benalu itu hanya pernah diuji pada kanker jenis lain yang tidak seganas kanker otak. Apalagi kanker dalam otak nak Arwan itu sudah menyebar. Sebenarnya jujur saja, ibu juga merasa khawatir, tapi setidaknya kita memang perlu berusaha kan?”Nita terdiam, kemudian menarik nafas panjang. “Jangan katakan ini pada Calia ya, Bu. Aku khawatir Calia menjadi tidak tenang dan cemas.” Pinta Nita.“Iya, kita tidak perlu mengatakan apa-apa pada mereka kecuali hanya perlu memberi semangat dan dukungan.”Mereka pun setuju.Malam ini Bu Mila memutuskan untuk tidur di rumah Nita bersama Gita dan juga Anisa, karena besok Gita harus berangkat sekolah dan Bu Mila bermaksud ingin sekalian mengambil alih tugas Gita, membantu Nita yang mungkin akan sedikit lebih sibuk karena adanya Calia dan Arwan.Malam ini rumah Nita juga terlihat ramai. Ada Adi dan istri juga yang datang berkunjung. Mereka berkumpul di ruangan tengah sam
Baca selengkapnya

Bab 65. Benalu pohon bambu

Calia kembali mengelus tangan Arwan,“Minggu depan kita akan pergi ke rumah sakit untuk memeriksa keadaanmu. Dokter yang di kota juga sudah menghubungi dokter spesialis yang ada di sini dan sudah menerangkan semuanya. Jadi kita tinggal berangkat saja.” ujar Calia.“Kenapa mesti periksa? Seharusnya tidak usah. Nanti saja kalau kita sudah pulang.”Arwan menjawab demikian. Mungkin dia merasa tidak enak hati jika harus kembali merepotkan Heru untuk mengantar mereka ke rumah sakit yang lumayan jauh dari kampung ini.“Ya tidak bisa begitu dong, Arwan. Kalau tidak periksa, bagaimana kita bisa tahu perkembangan kesehatan kamu? Meskipun Mbak Laura dulu juga begitu, setiap seminggu sekali dia diperiksa. Apakah ada penurunan atau tidak.” Ujar Heru.Arwan akhirnya hanya bisa mengangguk, lagi-lagi dia tidak bisa berbuat apa-apa. Karena memang dia datang ke sini dalam keadaan seperti ini. Mau bagaimana lagi, sekarang ini dia memang harus pasrah. Andai pun dia tidak selamat dan meninggal di sini pun
Baca selengkapnya

Bab 66. Menemui Keanehan.

Dua orang itu pun kebingungan dan merasa sangat aneh. Setelah berkeliling sampai capek mencari-cari benalu yang dimaksud Teh Ainun, mereka tidak menemukannya akhirnya mereka memutuskan untuk pulang dengan tangan kosong.Sampai di rumah mereka menjelaskan apa yang terjadi di sana pada Bu Mila. Bu Mila tidak heran lagi, hanya sedikit merasa kecewa saja kenapa tadi Teh Ainun tidak mengambil saja semuanya.“Aku tidak tahu, Bu. Ku pikir apa benalu di pohon bambu bermanfaat? Makanya aku hanya mengambil sebagian saja. Kalau misalnya memang bermanfaat, kan Mas Heru bisa datang kesana untuk mengambil sisanya, ternyata malah sudah tidak ada sama sekali.”“Percaya atau tidak, tapi ini memang salah satu keajaiban dari Yang Maha Kuasa.” ujar Bu Mila.“Sejak nenek moyang Ibu dahulu, pernah mengatakan jika benalu di pohon bambu itu adalah obat yang sangat mujarab. Tetapi itu sangat langka, 1 dari 1000 orang yang bisa menemukannya. Makanya pernah ada orang tua yang berpesan, jika kalian melihat benal
Baca selengkapnya

Bab 67. Kabar baik dari Dokter

Arwan mengangguk saja, meskipun dalam hati dia merasa sangat senang bukan main. Beberapa hari ini dia memang merasa ada perubahan dalam dirinya.Biasanya dia sering mengeluarkan keringat dingin, sekarang sudah mulai berkurang dan perlahan kesemutan yang sering terjadi pada Kedua telapak tangan dan kakinya pun juga mulai berkurang. Selama ini Arwan paling malas yang namanya keramas dan menyisir karena rambutnya sangat rontok lebih dari normalnya rambut rontok. Tapi pagi ini setelah Calia memintanya untuk keramas , rambut rontoknya telah banyak berkurang.“Ya Allah, semoga ini adalah tanda-tanda kebaikan dariMu.” Gumam Arwan dalam hati.Satu minggu lagi setelah ini, Calia kembali mengajak Arwan untuk periksa ke rumah sakit.Pada saat itu tim dokter yang telah selesai memeriksa Arwan tercengang bukan main. Beberapa kali sang dokter menoleh kepada Arwan dan Calia yang sedang duduk menunggu penjelasan darinya, beberapa kali juga Dokter memastikan data pemeriksaan yang ada di tangannya.“Ad
Baca selengkapnya

Bab 68. Sempat merasa aneh

Pertama-tama, Bu Mila mengambil delapan lembar daun salam segar yang baru dipetik oleh teh Ainun tadi lalu mencucinya dengan bersih.“Jadi, untuk delapan lembar daun salam ini, kita rebus dua gelas air sampai mendidih dahulu, dan masukkan daunnya.” Ujar Bu Mila sambil memasak dua gelas air pada panci kaca.“Boleh pakai panci kaca atau panci tanah liat seperti yang untuk merebus benalu itu.” Kata Bu Mila sambil menunjuk kuali tanah liat yang ada di ujung meja.Calia dan teh Ainun mengangguk-angguk.“Nah, setelah mendidih, delapan daun salam segar ini dimasukan.” Bu Mila memasukan Daun tersebut dalam Air yang telah mendidih dan menutup panci dengan tutupnya.“Biarkan sampai airnya tinggal separo, baru nanti berikan pada penderita. Dua kali sehari, pagi sebelum dia sarapan dan malam sebelum tidur.” Ujar Bu Mila pada Teh Ainun.“Daun salam ini bukan hanya untuk membantu menurunkan kadar gula darah juga dia bisa membantu pertahanan tubuh kita, tapi ada baiknya si penderita juga tetap harus
Baca selengkapnya

Bab 69. Terkena Longsor

Sore ini Didi pulang dengan membawa satu kanpil timah. Tentu Siti begitu sangat senang melihat hasil suaminya hari ini. Malam itu juga mereka menjual hasil jerih payah Didi dan pulang dengan mendapatkan uang yang lumayan banyak.“Berarti, besok kita jadi pulang ke rumah ibu ya, Mas?” ujar Siti, sebab dari beberapa hari yang lalu ibu mertuanya sudah menyuruh mereka pulang. Tapi karena memang mereka belum mempunyai uang cukup maka mereka belum pulang dan menurut Siti uang hasil penjualan timah semalam sudah lebih dari cukup jika untuk pulang dan meninggalkan uang untuk ibunya Didi yang memang sudah tua dan sakit-sakitan dan masih enggan jika diajak tinggal dengan mereka saja.Tapi Didi malah menolak dengan alasan sayang lokasinya. Terdapat banyak timah disana, dia menyayangkan jika nanti ditinggal dan malah ditempati orang lain.“Tapi Ibu kamu itu sudah beberapa kali telepon loh mas, nyuruh kita pulang kalau ada rezeki. Nah kita kan sudah ada rezeki. Ayolah Mas pulang dulu, semalam saja
Baca selengkapnya

Bab 70. Kabar sangat baik

“Sepertinya begitu Mas. Kalau semisal nanti aku sudah dinyatakan sembuh, bolehkah aku tetap tinggal di sini? Cari pekerjaan di sini dan membawa ibuku kemarin? Kami akan mencari kontrakan kecil-kecilan.”Heru tertawa mendengar Arwan bicara seperti itu. “Memang kamu mau kerja apa disini? Orang kota, nggak cocok tinggal di desa. Kerja Ti, atau manen Sawit?”“Apa saja Mas, asal bisa kerja.”Heru mendongak menatap Arwan dengan tertawa kecil, “Kamu kira, Calia bakal menyetujuinya?”Sekarang Arwan tersipu, “Hehe, iya juga sih.”“Terlihat sekali kalau Calia itu sangat sayang dan peduli sama kamu, Arwan. Jadi kalau bisa, jangan sampai kamu menyakiti hatinya barang secuilpun.” Ujar Heru.Arwan sekarang terdiam, mana mungkin akan seperti itu. Arwan bahkan akan menyerahkan segenap jiwa raganya ini untuk membalas semua kebaikan Calia. Dengan cara apapun itu.“Tidak mungkin, mas. Aku tidak akan mungkin menyakiti hati Mbak Calia, sedikit pun itu. Mas Heru boleh memegang ucapanku ini.”Heru malah ter
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
14
DMCA.com Protection Status