Semua Bab Pria Cacat Itu, Suamiku : Bab 71 - Bab 80

135 Bab

Bab 71. Berunding

Arwan menautkan kedua alisnya, “Sepertinya pertanyaan itu harusnya milikku. Aku tidak yakin jika kamu mau menikah denganku. Meskipun aku sudah sehat sekarang, tapi aku hanyalah pria yang tidak punya apa-apa sama sekali. Kamu yang tidak mau menikah denganku kan?”Calia tersenyum tipis, “Kamu salah Arwan. Aku mau menikah denganmu. Tapi aku takut kalau perasaanmu padaku itu hanya sementara. Bukan karena kamu benar-benar mencintaiku, sebab dari usia saja, kita ini..”Ucapan Calia tergantung saat jari Arwan menempel di bibirnya.“Kenapa mengatakan soal usia? Lagian tidak ada orang yang tahu ini. Meskipun tahu juga apa masalahnya? Bahkan banyak orang-orang yang istrinya lebih tua 15 tahun dari sang suami, tapi mereka baik-baik saja. Kita hanya selisih berapa tahun. Kurasa bukan itu masalahnya. Mbak Calia pasti ingin menolak aku secara halus kan? Aku paham kok, Mbak. Tidak apa-apa.”“Eh bukan begitu kok. Kamu salah paham.” Calia langsung menarik tangan Arwan.“Aku tidak menolakmu. Aku mau ko
Baca selengkapnya

Bab 72. Tenyata Rehan tidak setuju

Namun ketika bu Lina menyampaikan segala unek-unek di hatinya pada Dinda dan Riko, mereka berdua justru tertawa kecil.“Bu Lina, jangan seperti itu. Sekarang ini tidak perlu memikirkan hal-hal yang tak perlu dipikirkan seperti itu, itu tidaklah penting. Yang terpenting sekarang adalah anak Ibu sudah sehat. Ibu pasti sudah tahu kan hubungan mereka? Ibu juga pasti sudah tahu bagaimana Calia mencintai anak Ibu dan bagaimana anak Ibu mencintai Calia. Mereka sama-sama saling mencintai, sekarang hanya kita tinggal menikahkan mereka. Soal urusan masa depan dan urusan lainnya itu adalah urusan mereka kelak. Mereka sudah sama-sama dewasa mereka bisa mandiri tanpa menyusahkan kita lagi.” Tutur Dinda.Bu Lina menunduk, dia benar-benar malu dengan keadaannya. Tapi dia merasa sangat bahagia sekali. Bu Lina mengangguk samar, kembali mengucapkan terima kasih berulang kali. Juga meminta maaf atas segala kekurangan anaknya.Jadi keputusan dua kedua orang tua ini adalah, menyetujui soal pernikahan Cali
Baca selengkapnya

Bab 73. Menikah di kota saja.

Riko berdehem kecil, kembali berbicara lagi“Sebenarnya jujur saja, aku juga merasa sedikit keberatan jika Calia menikah di sana, karena aku juga punya keinginan bisa menikahkan putriku di sini. Kamu juga tahu kan, kalau orang-orang di sini tidak ada yang tahu jika Calia itu bukan Putri kandungku. Mereka semua pasti bertanya-tanya kenapa aku menikahkan putriku di kampung, bukannya di sini. Padahal aku belum pernah mengadakan pesta apapun.”Dinda benar-benar tertegun. Dia sangat merasakan bersyukur Rehan memberi pendapat demikian, jika tidak, dia pasti telah membuat Riko kecewa.“Iya Mas. Aku juga berpikiran seperti itu.” ujar Dinda untuk menutupi kesalahannya kembali.“Tadi, Calia juga mengatakan hal yang sama. Rehan pun berpendapat seperti itu Jadi pada akhirnya, Calia memutuskan untuk pulang. Mereka akan menikah di sini saja Mas. Bagaimana?”“Bagaimana apanya? Kalau memang itu sudah menjadi keputusan Calia, tentu aku sangat senang sekali. Aku merasa bangga bisa menikahkan putriku di
Baca selengkapnya

Bab 74. Jodoh dari kakek

Mereka tertawa sekaligus sedih melihat keadaan bu Marni yang benar-benar teler di tengah pernikahan Calia. Bu Marni hanya sempat berdiri sebentar di tengah pesta kemudian kembali ke kamar hotel diantar oleh Fiah.“Aduh ya ampun, Fiah. Kepala ibu benar-benar berat dan perut ibu terus-terusan mual.” rengek Bu Marni.Fiah tersenyum kecil, memijat-mijat pelipis ibunya.“Tidak apa-apa Bu, mabuk perjalanan memang seperti itu. Tapi nanti juga sembuh sendiri kok. Yang penting Ibu sudah ada di sini, itu pasti membuat Calia bahagia. Kasihan kan Bu, Calia. Dia menikah tanpa hadirnya Ayah kandungnya, kalau Ibu tidak datang, pasti dia makin bersedih.”“Iya, ibu memikirkan itu, makanya di bela-belain ibu teler ibu tetap datang karena Ibu memikirkan itu. Tapi sepertinya tidak seperti itu, Fiah. Meskipun ayah kandungnya Calia tidak ada, Riko benar-benar bisa mewakili Alex dengan sangat baik.”“Iya benar Bu, sejak Mbak Dinda bertemu dengan Mas Riko, tidak ada lagi kata penderitaan untuk mereka berdua.
Baca selengkapnya

Bab 75. Ternyata Gadis penebus hutang.

"Eh, ya iya. Kan sudah jadi perjanjian kita. Kamu harus mau, apa akan aku tendang dari rumah ini."Al terbengong. Ini bukan masalah perjodohan. Tapi bisa-bisanya Kakek menjodohkan dia dengan wanita seperti ninja begitu? Mana namanya udik Banget. Ya ampun, Patonah?Al mendesah kesal."Dia baru saja datang dari kampung tadi pagi lho, Karena permintaan kakek."Ya ampun!! Jadi dia dari kampung? Oh my God!Al sampai hampir sesak memikirkan keputusan kakeknya."Dan kamu Pantonah, ini lah Al, cucu Kakek yang Kakek ceritakan padamu. Semoga setelah kalian menikah, kamu bisa membimbing Al agar bisa menjadi imam yang baik."Al makin geleng kepala. Kakek malah mengatakan kalau wanita itu disuruh membimbingnya. Bukankah itu terbalik? Benar-benar menjatuhkan harga dirinya.Belum juga Al membuka suara, Kakek sudah meminta gadis itu untuk kembali ke kamarnya saja Karena Kakek ingin berbicara empat mata padanya.Setelah Gadis itu pergi, Kakek menatap Al. "Bagaimana menurutmu pilihan kakek, Al? Dia itu
Baca selengkapnya

Bab 76. Mimpi buruk disiang bolong

"Tapi aku ini seorang playboy, pacarku banyak. Aku juga bukan penyayang. Memang kamu tidak takut punya suami macam itu?"Al melirik gadis itu, berharap gadis itu akan takut dan mundur secara teratur. Jadi dia tidaklah perlu repot-repot untuk menolak keinginan Kakek. Patonah sendiri yang tidak mau! Masa iya mau di paksa!Tapi dugaan Al meleset sempurna. Gadis cantik itu terlihat menggelengkan kepalanya."Setiap orang pasti punya masa lalu yang mungkin kurang baik. Tapi jika kita berniat untuk memperbaiki diri, kenapa tidak. Allah sangat menyukai orang-orang yang ingin bertaubat."Ya ampun! Malah ceramah lagi!Al mendengus. Tidak tau harus ngomong apa lagi. Setelah sejenak berpikir dan mulai merangkai kata, dia kembali berbicara."Kalau kita menikah, lalu tidak cocok dan akhirnya hanya bercerai bagaimana? Apa kamu tidak takut jadi Janda diusia muda? Coba pikirkan masa depanmu. Jangan sampai sia-sia.” Al kembali ingin menguji keteguhan gadis itu.Lama sekali Patonah terdiam. Sepertinya d
Baca selengkapnya

Bab 77. Nelangsa

Hingga hari mendebarkan itu benar-benar tiba. Hati Al berdebar, bukan karena berbunga tapi karena tertekan.Selepas Maghrib, Pernikahan paling sederhana yang pernah ada di kalangan orang kelas atas pun terjadi. Tidak ada sanak saudara yang datang. Bukan tidak mau, karena memang tidak di udang. Arumi bahkan tidak diberi tahu. Sangat Privasi sekali. Di log alias digembok.Ijab kabul hanya disaksikan oleh dua saksi, dengan wali Kakeknya Patonah. Itupun lewat Video Call karena kakek Patonah tidak dapat hadir dikarenakan kondisinya yang kurang sehat dan sudah cukup tua.Setelah ijab kabul selesai, suasana rumah Kakek nampak sepi setelah orang-orang berpamitan undur diri. Bagaimana tidak sepi, karena tidak ada tamu yang berpamitan selain orang-orang tadi.Al tampak gelisah, mondar-mandir di depan pintu kamar. Sementara Pantonah berdiri disisi lain masih dengan pakaian ala syar'inya."Lho, kalian ngapain?" Kakek tentu keheranan melihat sepasang pengantin baru bertingkah seperti itu."Eh, kak
Baca selengkapnya

Bab 78. Bertemu bidadari surga

Kan sudah menikah. Meskipun ada perjanjian juga tetap sah. Jadi tidak berdosa lagi.Patonah kemudian membuka cadarnya, menanggalkan kerudungnya dan menggulung lengan bajunya sampai siku. Begitu juga dengan pakaian bawahnya. Dia mengangkat sebatas lutut dan menyelipkan bahan atas ke pinggang. Kemudian dia pergi ke kamar mandi untuk mencuci muka.Dia mengambil air wudhu.Lalu keluar lagi dan menggelar sajadah ke arah Kiblat tepat di depan ranjang. Dia sempat melihat wajah Al yang kebetulan menghadap ke arahnya. Pria itu lumayan tampan, tapi sayang begitu menyebalkan. Songong dan sombong bagi Patonah.Kalau bukan karena balas budi, mungkin Patonah juga malas menikah dengan pria ini. Sama sekali bukan tipenya. Eh , tapi enggak juga sih? Karena dia, sebenarnya dia. Eh, eh. Gadis itu memukul kepalanya sendiri kemudian segera beristighfar. “Ampuni aku ya Allah. Bukan bermaksud menghindari takdir darimu. Ampuni ya Allah.”Sebagai jebolan santri pondokan, tentu Patonah paham dengan apa itu p
Baca selengkapnya

Bab 79. Malah mikirin si Udik

Lagian, menikah dengan Al bukanlah pilihan yang terlalu buruk baginya. Patonah mengenang saat pertama kali mengenal Al, walaupun sikap dingin dan ketus tampak jelas dari perilakunya, tapi ia mampu menangkap bahwaAl bukanlah orang yang kejam atau jahat.Semua perilakunya itu hanya dibuat-buat untuk membuat dirinya tidak betah di sisinya. Patonah yakin, itu hanyalah sebuah trik murahan, dan mudah ditebak olehnya. "Yoo, kita lihat saja. Siapa yang akan kalah!" semangat Patonah menguat, menantang nasib yang sebentar lagi akan menjemputnya.Patonah sendiri sebenarnya tidak lugu dan polos, sebenarnya bukanlah gadis istimewa. Dia juga layaknya para gadis modern zaman kini. Tepatnya, dia juga gadis biasa yang kebetulan tinggal di desa dan masuk pondok pesantren sehingga akhlak dan perilakunya lebih terjaga.Namun, dia tetap mengikuti tren pergaulan saat ini.Cadar yang ia kenakan, bukanlah sesuatu yang sudah lama ia pakai maupun kewajiban yang diharuskan. Patonah hanya mengenakannya saat aka
Baca selengkapnya

Bab 80. Terkejut-kejut

Lalu Al menutup laptop dan menarik nampan sarapan. Perutnya sebenarnya sangat lapar, hanya saja dia tadi masih badmood, jadi malas keluar.Akhirnya Al menyantap sarapan hingga tanpa sisa.Al merasa bosan setelah berjam-jam terkurung di kamarnya. Dengan langkah lesu, ia keluar berharap menemukan tempat yang lebih menarik untuk mengusir jenuh. Ketika melintasi kamar kakeknya, tawa Kakek terdengar menyayat kesunyian. Al mendekati pintu kamar yang terbuka lebar dan mengintip ke dalam. Di sana, Patonah sedang memijat telapak kaki Kakek yang duduk berselonjor."Haha, geli geli...ah, sakit...aduh! Jangan disitu!" Kakek tertawa, kemudian meringis, mencoba menahan rasa sakit saat Patonah menekan bagian tertentu di telapak kakinya."Ini saluran ginjal, Kek. Yang ini saluran jantung," jelas Patonah sambil terus memijat kaki Kakek."Kalau sering dipijat seperti ini, bisa mengurangi resiko jantung lemah dan batu ginjal, lho." Rasa bosan Al sedikit terobati dengan menyaksikan adegan kocak antara Ka
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
14
DMCA.com Protection Status