Semua Bab Rahasia Besar Suami Pemulung : Bab 61 - Bab 70

163 Bab

Bab 61

“Jadi, uang itu aku belikan untuk seluruh keluargaku juga. Karena keluargaku, adalah keluargamu,” ucap Bude Wati tegas.“Mbak ini kenapa sih, itu kan saudara Bude. Sedangkan kakakku, Pakde Seno kan. Kenapa harus dibelikan seragam segala,” ucap Ahmad dengan wajah kecewa. “Hei! Dia itu bukan orang lain. Nanti dipesta pernikahannya Zia. Sudah pasti mereka datang dan memberikan amplop. Sengaja aku membelikan mereka seragam, dan seragam itu, sebagai simbol, kalau mereka itu adalah saudara kita,” ucap Bude Wati tidak mau kalah.Ahmad dan Hanum, cuma bisa menghela nafasnya dalam-dalam. Benar apa yang dikatakan Ahmad, melawan Bude Wati, berarti menyulut peperangan. “Ada apa ini?” Tanya Zia yang baru muncul dari ambang pintu. “Masalah seragam,” jawab Hanum.“Memang kenapa lagi dengan seragam? Bude sih, sok tahu. Itu kan saudara Bude bukan saudara kita, kenapa sih harus dibelikan,” ucap Zia kesal.“Jaga mulut kamu Zia! Mereka itu keluarga kita. Jadi saat mereka datang, kita tahu kalau itu sa
Baca selengkapnya

Bab 62

Zia langsung membanting pintu, rupanya Zia kesal. Karena tidak dapat respon apapun dari ibunya. “Kak Zahra! Awas kamu ya! Aku juga bisa seperti Kak Zahra. Mas Dilan seorang manajer, mana mungkin tidak bisa memberikan barang mewah buat aku,” geram Zia.“Ayah, tadi aku lihat di media sosial. Zahra sedang membantu memunguti botol bekas,” Hanum berbicara sama suaminya. “Ya tidak apa-apa Bu, Itu kan hal positif. Waktu itu kan hari merah, mungkin Zahra ngisi waktu. Sudahlah tidak perlu kita bahas. Toh Zahra selama ini tidak memusingkan kita kan,” ucap Ahmad.Hanum mengganggukan kepalanya, benar apa yang dikatakan sama suami. Tak terasa, hari pernikahan Zia semakin dekat. Kesibukan mulai terlihat di rumah Hanum, rencananya Hanum akan mengadakan acara siraman terlebih dahulu. Sedangkan Zahra, mengambil cuti selama 2 hari, untuk membantu orang tuanya. Demikian pula dengan Nazar. Zahra dan Nazar, sudah mempersiapkan baju untuk menghadiri acara siraman adiknya. Hari ini, acara siraman dimu
Baca selengkapnya

Bab 63

“Aku tidak bermaksud apa-apa, kami selalu sabar kok. Silahkan duluan saja, karena kami bisa menahan perut,” sindir Bulek Rina.“Mbak, sudah saja mengalah. Kasihan Mbak Hanum takut malu,” ucap Rahma.“Biarkan saja, sesekali Bude Wati harus dibeli pelajaran,” tukas Bulek Rina.Bude Wati lalu pergi dari hadapan mereka, sambil menghentakkan kakinya. Wajahnya terlihat cemberut dan bibirnya ngomel-ngomel.“Mas,” panggil Zahra sama suaminya.Nazar langsung menoleh. “ Iya ada apa?” matanya langsung menatap ke arah ponsel.“Kita makan dulu yuk, kasihan tadi kamu belum sempat makan siang,” ajak Zahra.“Sebentar lagi,” terlihat jadi Nazar sedang mengetik.“Ya sudah,” Zahra lalu mendekati bule Rina.“Eh, ini Mas Nazar ya?” tanya seorang ibu-ibu yang kebetulan lewat di depan Nazar.“Eh iya Bu,” jawab Nazar sambil menatap ke arah si Ibu itu.“Kenapa tidak ambil rongsokan lagi?” Tanya ibu sambil menghempaskan bokongnya di atas kursi, dekat Nazar.“saya masih sibuk Bu, di tempat lain masih banyak yan
Baca selengkapnya

Bab 64

Keesokan harinya, rumah Ahmad terlihat benar-benar sibuk. Sebelum mereka berangkat ke gedung, semua anggota keluarga disuruh sarapan pagi dulu. “Ya, iyalah. Nunggu di sana kapan kita makan. Bisa-bisa 2 jam kita menunggu acara penting,” ketus Bude Wati.Sedangkan keluarga dari Hanum belum terlihat. Mungkin mereka sedang dalam perjalanan ke rumah Hanum.“Pak Karmin, saya minta tolong ya. Nanti antar saya ke rumah ibu mertua,” ucap Nazar.“Siap Tuan, apa perlu saya menjemput nanti?” Tanya Pak Karmin. “Boleh, karena takut acaranya lama,” ucap Nazar.“Sarapan dulu Tuan, Nyonya,” ucap Mbok Minah.“Baik Mbok,” ucap Nazar.Zahra belum terlihat turun dari lantai atas. Maklum Zahra ingin terlihat berbeda di saat pernikahan adiknya. Baju kebaya yang pakainya, memang satu warna dengan keluarga dari ibunya. Cuma beda model dan bahan, begitu pula dengan Nazar. Dia mengenakan batik yang satu warna dengan Zahra.Model batik yang sangat terlihat elegan. Semua orang pasti tahu, dengan harga batik ya
Baca selengkapnya

Bab 65

Zahra langsung menatap ke arah adiknya. Tampak Zia terus menatap ke arah kalung yang di pakai oleh Zahra.“Seandainya aku memakai kalung itu, mungkin aku akan kelihatan bertambah cantik,” gumam Zia.Zahra langsung mendekati ke arah adiknya, tapi Zia malah membuang mukanya ke samping. “Adik kakak, cantik sekali,” Zahra langsung memuji kecantikan adiknya.“Iya dong, Masa sih di hari spesialku. Aku kelihatan burik, tentu tidak dong,” suara Zia terdengar sinis.“Memangnya pernikahan Kak Zahra, yang nikah serba dadakan. Apalagi suaminya seorang pemulung,” cibir Zahra lagi.Zahra langsung terdiam, karena sudah tahu, pasti Zia akan bersikap ketus. Walaupun Zahra memuji habis-habisan penampilan Zia.“Mbak, kita sudah selesai. Ayo kita turun ke bawah,” ucap salah seorang tim MUA.“Minggir Mbak! Aku tidak mau riasanku berantakan, gara-gara bersentuhan dengan kak Zahra,” ketus Zia.Zahra menghela nafasnya dalam-dalam.” Padahal apa sih hubungannya? Bahkan aku berdiri tidak menghalangi jalan.”De
Baca selengkapnya

Bab 66

Nazar dan Zahra langsung menoleh ke arah sumber suara. Ternyata Budi datang, lalu memberikan ponsel. “Ini ketinggalan tuan,” ucap Budi.“Oh, terima kasih,” Nazar langsung memasukkan ponselnya ke dalam saku celana. Budi langsung berlalu dari hadapan Nazar. Sedangkan Zahra terlihat heran, karena setahu Zahra. Fajar sudah membawa ponselnya. “Oh, jadi ini ya menantunya Pak Ahmad. Dengar-dengar menantunya itu seorang pemulung ya,” ucap salah seorang kolega bisnis Ahmad.“Iya, kan waktu menikah juga, anak sulungnya itu secara sederhana. Tidak ada pesta seperti adiknya.”“Benar, Aku benar-benar tidak menyangka. Ternyata Bu Hanum itu seleranya sangat rendah. Kalau aku sih ogah punya menantu seorang pemulung.”“gengsi dong punya menantu seorang pemulung. Masa sih seorang pengusaha setara Pak Ahmad punya menantu seorang pemulung.”“Ya, mungkin karena terpaksa. Anak sulungnya kan belum menikah, usianya hampir mendekati 30 tahun. Daripada jadi perawan tua, yang mending dinikahkan saja.”“Walau
Baca selengkapnya

Bab 67

“Aku ke belakang dulu,” ucap Nazar. Lalu bangkit dari tempat duduknya, sebelum Zahra menjawab.“Hmm, seorang pemulung saja, kok bisa kenal sama tuan Lim ya? Atau cuma cari perhatian saja dari kita?” celetuk salah seorang tamu undangan.“Entahlah aku juga tidak tahu, tapi aku melihat, tuan Lim tadi yang mendekati menantu Pak Ahmad,” tukas temannya.“Yah mungkin untuk sekedar menghargai Pak Ahmad lah. Mana mungkin dong seorang pemulung punya teman pebisnis seperti Tuan Lim,” tukas yang lainnya.Nazar mendengar pembicaraan mereka, tapi terlihat tenang dan santai. Malah Nazar terus berjalan ke belakang gedung.Salah seorang tamu ada yang melihat, Nazar berjalan ke belakang. Kedua tamu itu menatap sinis ke arah Nazar.“Tuh dia ke belakang gedung, mungkin sedang memungut sampah-sampah, kan biasanya sampah acara pesta pernikahan itu banyak. Lumayan kan buat uang jajan.”“Betul, daripada sama orang lain. Lebih baik sama menantu sendiri, Pak Ahmad benar-benar tidak malu, mempunyai menantu seor
Baca selengkapnya

Bab 68

“Lho, orang tua kamu mana Mas?” Tanya Zia.“Sudah pulang,” jawab Dilan.“Kenapa tidak bareng sama kita?” Tanya Zia heran.“Katanya capek,” jawaban Dilan singkat, membuat Zia heran.Gedung sudah mulai sepi, semua tamu undangan sudah pulang. Begitu pula dengan keluarga besar Ahmad dan Hanum. Tapi sebelum pulang, Hanum sempat berpesan, semua keluarga besar harus berkumpul dulu di ke rumahnya. “Pandai-pandai membawa diri Zia. Kamu harus nurut perintah suami,” pesan Hanum, saat Zia mau berangkat ke rumah Dilan. Zia wajahnya terlihat sedih, tapi entah kenapa, tidak mau memeluk Zahra sedikitpun. “Zia!” Panggil Zahra. Tapi bukannya Zia menoleh, tapi malah membuang mukanya ke samping. Zahra dan Nazar saling berpandangan. “Ada apa dengan Zia ya?” Tanya Zahra dalam hati.“Jalan!” Perintah Dilan sama sopirnya.Zahra dan Nazar dijemput sama Pak Karmin. Ahmad dan Hanum ikut dengan mobil Zahra. Karena mobil mereka dipakai sama saudara Hanum.Sepanjang perjalanan pulang, tidak ada yang berbicar
Baca selengkapnya

Bab 69

Zahra dan temannya langsung menoleh. Ternyata rekan kerja Zahra yang lain. “Boleh gabung?” tanya rekan kerja itu. Zahra dan temannya langsung menganggukkan kepalanya. Terlihat mereka bertiga asyik ngobrol. “Jangan dekat-dekat deh, nanti ketularan. Memangnya kalian mau punya suami seorang pemulung?” celetuk salah seorang karyawan yang kebetulan lewat meja Zahra.“Iya, jangan malu-maluin deh. Masa posisi seorang manajer, bersuamikan pemulung. Bagi aku mikir-mikir dulu deh,” tukas temannya.“Ra,” panggil temannya. Zahra langsung menoleh, lalu menggelengkan kepalanya. Zahra tahu, apa maksud tujuan mereka berbicara seperti itu. Temannya Zahra mungkin menyuruh Zahra untuk melawan mereka. “Kita kerja lagi yuk,” ajak teman Zahra Akhirnya mereka bertiga meninggalkan kantin, dan kembali bekerja. Zahra membuka ponselnya, karena pekerjaan sudah selesai dikerjakan. Zahra membuka media sosial. Ternyata adiknya, Zia, sedang pamer pernikahannya. Tampak wajah Zia terlihat bahagia.“Semoga ruma
Baca selengkapnya

Bab 70

“Nyonya, ini bahan masakan buat nanti. Apa ini tidak terlalu kurang Nyonya? Atau mau minum tambahan yang lainnya?” Mbok Minah.“Tidak, cukup itu saja,” jawab Zahra.“Mbok, orang kaya kok tumben ya makanya sederhana,” bisik salah seorang asisten rumah. “Sutt,” Mbok Minah meletakkan telunjuknya di bibir, sambil melirik ke arah Zahra. Asisten itu buru-buru menundukkan kepalanya, karena takut ketahuan sama Zahra. “Nyonya, maaf kenapa menu yang disediakan sederhana sekali?” tanya Mbok Minah memberanikan diri. Zahra menatap ke arah Mbok Minah, lalu menjawab dengan senyuman manis di bibir. “ Lah, orang tuaku dari kehilangan biasa Mbok, yang disebut orang kaya, yang punya rumah ini nih.”Mbok Minah langsung tersenyum. “ Tapi seleranya kok sama, dulu pemilik rumah ini, makanannya sederhana. Dan jujur saja, saya sempat sedih, Nyonya mengajak kami makan bersama,” ucapan buat Minah membuat Zahra menaikkan kedua alisnya.“Memangnya kenapa Mbok? Di rumah orang tuaku juga begitu, saat kami makan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
17
DMCA.com Protection Status