Semua Bab Rahasia Besar Suami Pemulung : Bab 51 - Bab 60

163 Bab

Bab 51

Ternyata suaminya bulek Rina baru datang dari sawah. Terlihat pakaiannya yang kotor, juga peralatan cangkul yang lainnya. “Eh ada tamu rupanya,” ucap pakle Tomo.“Iya paman,” Zahra langsung bangkit dari tempat duduk dan meraih tangan pakle Tomo. Nazar juga melakukan yang hal yang sama.“Maaf saya masih kotor, saya ke belakang dulu,” Pak Lek Tomo langsung berpamitan.Zahra langsung menganggukan kepalanya. “Ayolah sekarang bule, nanti di sana kan bule yang tahu, untuk ukuran baju,” ajak Zahra lagi. Bulek Rina merasa tidak enak juga kalau menolak ajakan keponakannya. “Sebentar, Bule pamit dulu ya sama Pak Le kamu,” ucap bule Rina sambil bangkit dari tempat duduknya.Zahra menatap ke sekeliling rumah adik ibunya. Yang terlihat sederhana, tapi rapi dan bersih. Zahra dulu selalu datang ke rumah ini, dan merasa betah. Sampai-sampai Zahra enggan diajak pulang sama orang tuanya. Tapi beda dengan Zia, yang tidak betah tinggal di rumah ini. Kadang mulut Zia lemes.“Ayo sekarang kita berang
Baca selengkapnya

Bab 52

“Sudah selesai?” Tanya Nazar dari ambang pintu. “Sudah Mas,” jawab Zahra sambil menatap ke arah suaminya. Matanya tak lepas dari baju yang dipakai sama Nazar.“Terima kasih Tuan, sudah datang kembali kesini,” ucap si pemilik toko dengan gaya kemayuNazar cuma mengangkat alisnya, lalu kembali keluar dari butik. Diikuti Zahra dan bulenya.“Mampir dulu sebentar ke toko roti,” ucap Nazar saat dalam perjalanan pulang. Zahra terdiam, karena hatinya masih bertanya-tanya. Kenapa baju suaminya bisa ganti, sedangkan tadi pakai memakai baju yang berbeda. Tadinya Zahra berniat, ingin bertanya tentang aktivitas aktivitas yang ada di media sosial itu.Tapi diurungkan niatnya, karena tidak sopan rasanya membahas di depan orang tua. Mobil berhenti di depan toko kue yang kemarin. Nazar langsung mengajak Zahra sama bule Rina.“Kalian saja yang turun,” Bulek Rina menolak, karena merasa sungkan. “Turun dulu Bulek, pilihkan makanan buat Pak Lek nanti. Saya tidak tahu kesukaan Pak Lek itu apa,” ucap N
Baca selengkapnya

Bab 53

Setelah mengucapkan salam, kedua adiknya bulek Rina, langsung diajak masuk ke dalam rumah. Wajah kedua perempuan itu langsung melebat. Saat mendengar cerita dari bulek Rina.“Pokoknya, suaminya Zahra itu baik sekali. Sudah ngasih makanan, ngasih amplop pula. Katanya sih uang sangu,” ucap bule Rina.“Iy, sifat Zahra jauh berbeda sekali dengan adiknya. Waktu kemarin datang saja, biasanya aku ingin buru-buru pulang dari rumah mbak Hanum,” ucap Lili.“Sama Mbak, aku gerah mendengar omongan Mbak Wati. Seakan-akan kita ini dianggap apa gitu,” tukas Rahma.“Mbak juga sebenarnya malu diajak seperti itu. Kapan kita kan orang tidak mampu. Beda sama keluarga Mas Ahmad, tapi kita juga harus menghormati mbak Hanum,” timpal Bude Rina.“Kalian tahu nggak, harga seragam yang dipesan Zahra di butik. Mbak sampai gemetar loh lihat harganya,” ucap bulek Rina sambil terkekeh.“Lah memangnya berapa?” Tanya Lili. “Kalau tidak salah, hampir 50 juta. Untuk keluarga kita semua,” jawab bulek Rina.“Hah! Apa t
Baca selengkapnya

Bab 54

“Pagi-pagi sudah bahas seperti itu,” gerutu Nazar sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. “Lah, benar kan ucapanku. Panjang,hitam dan manis,” Zahra mengulangi perkataannya. “Sudahlah, jangan bikin Mas…..” Nazar tidak melanjutkan lagi ucapannya. Zahra dan Mbok Minah langsung tertawa.“Sudah jangan ketawa terus, cepat ganti bajunya, Yang. Nanti keburu siang kita mungutin botol-botol itu,” Nazar langsung menyuruh Zahra.Karena tampak Zahra masih memakai baju tidur. Rambutnya masih digelung ke atas. “Oke, Mbok maaf. Tolong terusin dulu, ini lauk dimasukkan ke dalam kotak,” ucap Zahra.“Padahal tidak usah repot-repot ya, beli saja biar gampang,” ucap Nazar.“Tidak apa-apa kok Mas, mendingan bekal saja dari rumah. Biar hemat alias bin ngirit,” ucap Zahra sambil berlalu. “Tuan, ternyata istri Tuan benar-benar baik. Mbok senang, Tuan bisa mendapatkan istri sebaik dia,” ucap Mbok Minah sambil menutup kotak bekal.“Iya, itulah yang aku suka dari istriku mbok. Dia itu kadang hemat, Mbo
Baca selengkapnya

Bab 55

“Mas, sengaja menyuruh Budi datang ke sini. Dia mengantarkan makanan buat anak-anak,” ucap Nazar.“Oh,” Zahra cuma ber oh ria.“Ini pesanannya Tuan,” ucap Budi sambil meletakkan dua kantong plastik besar yang berisi makanan. “Terima kasih, mau makan atau langsung pulang?” Tanya Nazar “Makan dulu lah,” jawab Budi sambil meletakkan ponselnya. Sedangkan Zahra, membawa bekal makanan dari rumah, buat Zahra dan suaminya. “Masih lumayan banyak ya,” ucap Budi sambil menatap ke sekeliling lapangan. “Jam 04.00,” ucap Nazar. “Oke,” Budi mengacungkan jempolnya. Anak-anak begitu terlihat lahap, saat menyantap nasi kotak. Zahra merasa terenyuh melihat anak-anak itu. Penampilan anak-anak itu, tidak jauh berbeda, ada yang bersih ada yang kumal. Tapi entah kenapa, hati Zahra merasa bahagia. “Yang, pulanglah dulu, atau mau aku antar,” ucap Nazar sambil menawarkan diri. “Tapi itu belum selesai Mas,” ucap Zahra.Memang Zahra merasakan tubuhnya merasa lelah. Tapi rasa lelah itu, seakan hilang, s
Baca selengkapnya

Bab 56

“Apa ini!” Pekik Zahra ambil menatap layar ponsel.Di aplikasi itu, ada video Zahra. Di mana Zahra dan suaminya sedang memunguti botol-botol bekas, bersama dengan anak-anak. “Kurang ajar! Siapa yang mengambil video ini!” Geram Zahra dalam hati. Layar ponsel itu terus ditatap sama Zahra. Banyak komentar-komentar miring, salah satunya dari Bella. Si sekretaris julid dan sok cantik itu.Satu persatu, cara baca komentar netizen.“Nggak ada kerjaan banget ya, masa liburan jadi seorang pemulung, gengsi dong.”“Iya, liburan bukan dipakai buat jalan-jalan kek. Ini malah membersihkan lapangan, sok cari perhatian.”“Apakah ini buat konten?”“Jangan bikin malu suami dong, Masa sih mungutin botol bekas. Tidak ada uang ya buat beli beras.”“Wah, wah, kamu alih profesi Zahra? Duh sampai segitunya kamu, mana memutihkan botol bekas lagi.”“Nih contoh kayak aku, liburan kayak gini. Aku urus body lah, ke spa, nyalon atau nongkrong di cafe. Sepertinya sedang cari perhatian.”“Cantik-cantik jadi pemu
Baca selengkapnya

Bab 57

Zahra langsung menoleh, ternyata teman kerjanya. “ Kenapa Bella sampai dipecatnya?”“Aku nggak tahu,” jawab Zahra sambil mengangkat bahunya.“Apa karena tadi pagi ya?”tanya temannya Zahra. “Sudahlah jangan bahas si Bella lagi. Kamu tahu sendiri kan tadi aku juga tidak melawan. Mungkin ada masalah yang lain,” jawab Zahra.Pagi itu, di kantor Zahra sudah terjadi kehebohan. Dimana Bella langsung dipecat, dan entahlah apa alasannya. Karena setahu para karyawan, tadi pagi Bella habis memarahi Zahra. Padahal berulang kali Bella sudah diperingatkan sama bos, tidak boleh mengusik Zahra lagi. Tapi entahlah apa yang terjadi, la terus saja mengusik Zahra. Zahra melihat Bella dijemput sama seseorang. Sewaktu Zahra sedang berdiri di depan kaca ruangan kerja. Terlihat Bella dipeluk sama laki-laki itu. “Ada kejadian apa di kantor?” Tanya Nazar ketika menjemput istrinya. “Bella tadi dipecat dari perusahaan, seperti biasa gosip pun merebak,” jawab Zahra sambil mengibaskan rambut depannya. “Oh,”
Baca selengkapnya

Bab 58

“Lho, kenapa sebesar itu Bu?” Tanya Zia.“Tidak tahu, Bude Wati meminta uang segitu. Katanya untuk beli seragam keluarga, kamu tahu sendiri kan sifat kakak Ayahmu itu,” jawab Hanum.Ahmad menghela nafasnya dalam dalam, memang benar apa yang dikatakan oleh istrinya.Ahmad juga tidak bisa berbuat banyak, melawan Bude Wati, sama saja mengajak perang. Akhirnya bagi mereka lebih baik diam. “Memangnya keluarga dari Ayah siapa aja sih,” tanya Zia.Karena setahu Zia, keluarga ayahnya tidak begitu banyak. Beda dari keluarga ibunya. Ayahnya cuma satu punya satu kakak. Yaitu Pakde Seno, dan bude Wati kakak ipar ayahnya. “Atau mungkin keluarga Bude Wati di ajak ya?” Tanya Zia lagi.“Sudahlah, Kalian juga tahu kan? Sifat Bude kamu itu bagaimana, Ibu tidak mau banyak bicara dengan dia,” jawab Hanum.“Zahra, bagaimana dengan seragam adik-adik ibu?” Tanya Hanum sama Zahra.“Oh, sudah selesai Bu,” jawab Zahra tetap tenang. “Ayah, coba deh bicara sama Pakde Seno, Bude Wati Jangan terlalu ikut campu
Baca selengkapnya

Bab 59

“Mas!” Panggil Zahra, Nazar menoleh ke arah istrinya.“Iya.”“Memangnya kamu punya uang?”“Punya.”“Uang dari mana Mas?”“Tabungan.”“Memangnya, jadi pemulung itu uangnya banyak?”“Kamu ragu?”“Nggak.”“Terus?”“Ya, sedikit aneh saja.”“Nggak usah aneh, aku menabung dari kecil.”“Hasil memunguti rongsokan?”.“Ya iya lah,” jawab Nazar.“Sebenarnya sih aku keberatan, kamu bantu orang tuaku sampai ratusan juta. Maksudku bukan bantu tapi ngasih,” ucap Zahra. “Keluarga istriku, keluargaku juga,” ucapan Nazar seketik membuat Zahra tersentak. Karena selama ini, Nazar tidak pernah memberitahukan di mana keluarganya. “Mas, terus kedua orang tuamu ke mana sih?” Tanya Zahra. “Meninggal dunia,” Jawab Nazar dengan ekspresi wajah yang sulit diartikan. “Kamu tidak punya adik?” Tanya Zahra lagi. Tapi telepon Nazar berdering, Nazar langsung mengangkat telepon itu.Lagi-lagi Zahra tidak mendapat jawaban yang diinginkannya. “Aku ada pekerjaan, mungkin malam pulangnya. Tidak usah menunggu aku, kal
Baca selengkapnya

Bab 60

“Iya, itulah biaya pesta pernikahanku. Aku tadinya kasbon sampai 500 juta. Tapi kata bagian accounting aku tidak di-acc,” jawab Dilan sambil mempermainkan gelasnya. “Ya pasti lah, mereka tidak menyetujuinya. Kecuali kalau ada yang sakit, berapa ratus juta pun perusahaan akan memberikan. Lah… ini kamu cuma buat pesta,” tukas temannya Dilan.“Jack, kamu punya tabungan nggak? Aku pinjam dulu deh sebagian, setelah bubar pesta pernikahan, aku ganti deh,” ujung-ujungnya Dilan meminjam sama si Jack. “Nggak tahu deh, karena keuanganku dipegang sama istri. Istriku juga kerja, biasanya gajiku langsung dipindahkan ke rekeningnya. Sorry bukannya aku tidak mau bantu, tapi memang keuanganku dipegang sama istri.”Dilan langsung terlihat kebingungan, kerutan keningnya berlipat-lipat. “ Ke mana lagi aku harus pinjam uang, uang 100 juta, tidak cukup untuk biaya catering juga.” Ucap Dilan dalam hati. Setelah pulang kerja, Dilan langsung berbicara sama kedua orang tuanya. “Bagaimana pinjamanmu Dilan?
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
17
DMCA.com Protection Status