Share

Bab 66

Nazar dan Zahra langsung menoleh ke arah sumber suara. Ternyata Budi datang, lalu memberikan ponsel.

“Ini ketinggalan tuan,” ucap Budi.

“Oh, terima kasih,” Nazar langsung memasukkan ponselnya ke dalam saku celana. Budi langsung berlalu dari hadapan Nazar. Sedangkan Zahra terlihat heran, karena setahu Zahra. Fajar sudah membawa ponselnya.

“Oh, jadi ini ya menantunya Pak Ahmad. Dengar-dengar menantunya itu seorang pemulung ya,” ucap salah seorang kolega bisnis Ahmad.

“Iya, kan waktu menikah juga, anak sulungnya itu secara sederhana. Tidak ada pesta seperti adiknya.”

“Benar, Aku benar-benar tidak menyangka. Ternyata Bu Hanum itu seleranya sangat rendah. Kalau aku sih ogah punya menantu seorang pemulung.”

“gengsi dong punya menantu seorang pemulung. Masa sih seorang pengusaha setara Pak Ahmad punya menantu seorang pemulung.”

“Ya, mungkin karena terpaksa. Anak sulungnya kan belum menikah, usianya hampir mendekati 30 tahun. Daripada jadi perawan tua, yang mending dinikahkan saja.”

“Walau
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status