Share

Bab 70

Penulis: UmiPutri
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Nyonya, ini bahan masakan buat nanti. Apa ini tidak terlalu kurang Nyonya? Atau mau minum tambahan yang lainnya?” Mbok Minah.

“Tidak, cukup itu saja,” jawab Zahra.

“Mbok, orang kaya kok tumben ya makanya sederhana,” bisik salah seorang asisten rumah.

“Sutt,” Mbok Minah meletakkan telunjuknya di bibir, sambil melirik ke arah Zahra.

Asisten itu buru-buru menundukkan kepalanya, karena takut ketahuan sama Zahra.

“Nyonya, maaf kenapa menu yang disediakan sederhana sekali?” tanya Mbok Minah memberanikan diri.

Zahra menatap ke arah Mbok Minah, lalu menjawab dengan senyuman manis di bibir. “ Lah, orang tuaku dari kehilangan biasa Mbok, yang disebut orang kaya, yang punya rumah ini nih.”

Mbok Minah langsung tersenyum. “ Tapi seleranya kok sama, dulu pemilik rumah ini, makanannya sederhana. Dan jujur saja, saya sempat sedih, Nyonya mengajak kami makan bersama,” ucapan buat Minah membuat Zahra menaikkan kedua alisnya.

“Memangnya kenapa Mbok? Di rumah orang tuaku juga begitu, saat kami makan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Rahasia Besar Suami Pemulung    Bab 71

    Zahra menoleh ke arah ibunya. “ Yah ada apa Bu?”“Ini rumah kamu?” Tanya Hanum.“Bukan Bu, ini milik majikan Mas Nazar. Mas Nazar dikasih kepercayaan untuk menjaga rumah ini,” jawab Zahra.Zahra langsung menoleh ke arah Nazar, Nazar terlihat santai saja.Wajah Hanum sedikit terkejut, tapi tersenyum kembali. “ Setidaknya anakku mempunyai tempat tinggal yang layak,” gumam Hanum dalam hati. Tak berapa lama kemudian, dua orang pelayan membawakan minuman juga makanan kecil. “Maaf, cuma ini yang bisa kami sediakan,” ucap Nazar.“Terima kasih Nak Nazar, ini sudah cukup,” ucap Ahmad.Hanum matanya masih menatap ke sekeliling ruangan. Hatinya tak henti-henti memuji ornamen-ornamen yang ada di rumah ini.“Tuan,” tiba-tiba Mbok Minah muncul di ruangan itu. Nazar langsung menoleh.” Iya ada apa Mbok?” Tanya Nazar.“Sudah kami siapkan, permisi tuan,” jawab Mbok Mina sambil buru-bulu balik badan. “Ayah, ibu. Sekalian kita makan malam dulu, sudah Zahra siapkan kok,” Zahra langsung mengajak kedua

  • Rahasia Besar Suami Pemulung    Bab 72

    “Zia depresi,” malah Hanum yang menjawab, sedangkan Ahmad matanya menatap ke arah langit-langit rumah. Untuk menahan air matanya tidak keluar. Deg….. jantung Zahra langsung berdetak kencang, karena tidak mengira adiknya akan mengalami depresi. “Lho, Memangnya kenapa dengan Zia?” Tanya Zahra makin penasaran. Karena selama ini mengira, kalau Zia bahagia dengan pernikahannya. Tapi kenyataannya lain, saat mendengar pembicaraan orang tuanya. “Anu Zahra….”“Anu kenapa?” tanya Zahra, terus memaksa orang tuanya agar memberikan jawaban. “Usaha orang tuanya bangkrut, mereka terlibat hutang, belum lagi hutang bekas acara pernikahan Zia dan Dilan,” jawab Ahmad, terus menundukkan kepalanya.Mata Zahra melebar, lalu menutup mulut dengan kedua tangannya. “Kami sengaja datang kemari, ingin mengabarkan hal itu. Ayah dan ibu benar-benar tidak tega melihat adikmu,” ucap Ahmad lagi.Sedangkan di balik tembok, Nazar mengintip sambil menguping pembicaraan antara Zahra dan kedua orang tuanya. “Terus

  • Rahasia Besar Suami Pemulung    Bab 73

    “Kenapa kamu Zia? Tolong ceritakan sama kami,” pinta Ahmad.“Iya Nak, kalau kamu memang tidak mau cerita. Kami juga tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi sama kamu,” tukas Hanum.Zia bukannya menjawab. Tangisannya semakin keras, pelukannya semakin erat sama Hanum. “Zia, tolong jawab ayah Nak. Ada apa sebenarnya?” Tanya Ahmad, sambil mengelus punggung putrinya. Zia tetap tidak menjawab sedikitpun. Hingga Ahmad menghela nafasnya dalam-dalam. Baru saja mereka merasakan kebahagiaan, dengan menikahnya Zia dan Dilan. Tapi sekarang harus menghadapi kenyataan, kalau Zia pulang dengan kondisi yang memprihatinkan. “”Tidak!!!!” Tiba-tiba Zia langsung menjerit, lalu melepaskan pelukan Hanum.Zia menjerit-jerit sambil memukul kasur. Tubuh Zia terus meronta-ronta. Ahmad dan Hanum kembali panik. “Tolong panggilkan dokter Bu!” Teriak Ahmad sambil menahan tubuh Zia.“Tidak!! Aku tidak bersalah sedikitpun!” Teriak Zia sambil memegang kepalanya. Ahmad terus berusaha menenangkan anak bungsunya.Da

  • Rahasia Besar Suami Pemulung    Bab 74

    “Baiklah, sekarang ayah dan ibu tenangkan dulu pikiran, beristirahatlah dulu sampai besok pagi. Ayah dan ibu jangan terlalu banyak pikiran.”Zahra mengambil keputusan, untuk menahan kedua orang tuanya bermalam dulu di rumahnya. Ahmad dan Hanum menganggukkan kepalanya, mereka menyetujui usulan dari Zahra.Sedangkan Nazar, tersenyum menyeringai, saat menutup teleponnya. Lalu kembali bergabung dengan Zahra dan kedua orang tuanya. “Maaf tadi saya lama menerima telepon,” ucap Nazar.“Tidak apa-apa Nak Nazar, Maaf, kedatangan kami merepotkan Nak Nazar,” ucap Ahmad.“Justru saya malah senang, ayah dan ibu bisa datang kemari,” tukas Nazar.Setelah itu, Zahra langsung mengantar kedua orang tuanya ke kamar khusus tamu. Hanum kembali berdecak kagum, saat melihat kamar yang begitu mewah. Tempat tidur yang king size, kamar mandi yang berdinding kaca tebal. Tetapi tidak tembus pandang dari luar. Semuanya tertata begitu apik dan rapi. “Ayah, ibu mengira, Zahra dan Nazar tinggal di gubuk. Ternya

  • Rahasia Besar Suami Pemulung    Bab 75

    “Iya, kami memang sedang ada masalah hutang, dan ini semua, gara-gara permintaan anak Anda yang terlalu mewah!” sergah ayah Dilan dengan wajah emosi. “Ya, betul. Seandainya pernikahan Dilan dan Zia tidak mewah, tentu kami tidak akan terbelit hutang sebesar ini. Makanya waktu itu kami datang, menawarkan solusi. Tapi anak anda tetap keras kepala, dan akhirnya Ya seperti ini,” ucap ibu Dilan dengan wajah keruh.Bahkan terkesan, dua orang tuanya Dilan, tidak menunjukkan sikap ramah dan bersahabat sama kedua orang tua Zia.Ahmad dan Hanum serta pakde Seno, cuma terdiam, karena memang apa yang dikatakan orang tuanya Dilan, benar. Zia terlalu banyak kemauan, sikap egois dan keras kepala itu, tidak pernah hilang dari diri Zia.“Dan……”Ucapan ayah Dilan terhenti, lalu melirik ke arah istrinya, terlihat dia mengangguk kepalanya.“Dan kami juga minta pertanggungjawaban dari keluarga Zia, karena Zia turut andil dari dalam masalah ini. Dia yang menginginkan acara pesta perkawinan yang mewah,” uc

  • Rahasia Besar Suami Pemulung    Bab 76

    “Lho, kamu di sini toh Dilan?” tanya rekan kerjanya, Dilan langsung menoleh, dirinya sedang berada di belakang kantin kantor. Pikirannya benar-benar sedang tidak baik-baik saja. “Iya, gue cari yang adem,” jawab Dilan, langsung menyesap kopi. Wajahnya kembali memandang ke arah depan, melihat pemandangan yang ada di belakang kantin. Temannya langsung duduk dekat Dilan, dan menepuk bahu Dilan.“Aku tahu masalah kamu sekarang. Kamu terlilit hutang pesta pernikahan kan?” Tanya Adi rekan kerjanya. Dilan mengangguk lesu, karena sejak 2 hari kemarin. Pihak hotel menelepon, juga dari WO. Karena sejumlah uang belum dibayarkan sama Dilan. “Aku tidak bisa bicara apa-apa, juga tidak bisa menasehati kamu. Karena jujur saja, aku tidak bisa membantu banyak. Kamu tahu sendiri kan, tanggungan aku di keluarga banyak,” ucap Adi.“Iya, aku mengerti. Tapi setidaknya, kamu sudah mau menemani aku disini,” ucap Dilan, wajahnya masih terlihat murung. Tiba-tiba dari arah belakang. “ Hai!” Terdengar suara

  • Rahasia Besar Suami Pemulung    Bab 77

    "Aku lihat dari tadi kamu melamun saja, jangan terlalu banyak pikiran Dilan. bisa-bisa merusak konsentrasi kerjamu," rupanya Adi yang menepuk bahu Dilan. "eh iya," Dilan gugup. "Sebentar lagi, kita bubaran kerja. semoga kamu bisa mendapatkan solusi terbaik," Adi sedikit memberikan saya nasehat. Dilan hanya menganggukkan kepalanya, dan kembali fokus bekerja. "Dilan, Ayah mengira. pernikahan Zia dengan kamu, akan baik-baik saja. Tapi ternyata Zia malah mengalami depresi," ucap Ahmad sambil menatap ke arah Dilan. "Sekarang, kami mau bertanya sama kamu. Apakah hutang itu, semuanya bekas biaya pernikahan kamu dan Zia?" tanya Hanum. Dilan menatap mertuanya. " bukan Bu, sebenarnya itu, hutang orang tuaku. tapi memang untuk biaya pesta pernikahan. Aku pinjam sama re****r. Setiap bulan bayar bunga sebanyak 5 juta rupiah, dengan pokok masih tetap," jawab Dilan. Hanum menutup mulutnya, wajah Ahmad terlihat kaget. Dilan menundukkan kepalanya, sekarang hanya rasa malu yang bersaran

  • Rahasia Besar Suami Pemulung    Bab 78

    "Ayah, harus bisa mengambil keputusan. karena jujur saja, ini menyangkut Zia. bukannya Ayah ingin mencampuri urusan ke rumah tangga anak. Tapi setelah melihat kondisi Zia, Ayah harus mengambil keputusan," ucap Ahmad. Hanum, Zahra sama Nazar terlihat diam. mungkin sedang mencerna kata-kata Ahmad. "Ibu, serahkan semuanya sama ayah. Yang terpenting saat ini, Ibu ingin Zia sembuh dan kembali seperti semula. walaupun kita tahu sifat Zia itu seperti apa." "Bolehkah Zahra melihat Zia?" tanya Zahra tiba-tiba. "Silakan Nak, mungkin saat ini Zahra sedang tidur," jawab Hanum. Zahra bangkit dari tempat duduknya, diikutin ajar dari belakang. Zahra langsung membuka pintu kamar Zia. rupanya Zia sudah terbangun, dengan posisi bersandar setengah tidur. Zia langsung menoleh ke arah pintu, matanya terlihat berbinar. "Kak Zahra!" pekik Zia sambil berhambur ke arah Zahra. Zia langsung memeluk erat kakaknya. " Maafkan aku Kak, selama ini aku bersalah sama kakak," ucap Zia dengan suara serak. Zahr

Bab terbaru

  • Rahasia Besar Suami Pemulung    Bab 167

    setelah kejadian itu, Nazar kondisinya semakin membaik. Zia tidak berani lagi menampakan wajahnya di rumah Zahra, barang-barang Zia diantar ke rumah Ahmad sama Pak Karni. "besok ikut sama mas," ucap Nazar setelah makan malam. Zahra mengganggukan kepalanya, karena mulutnya sedang penuh dengan makanan. keesokan harinya Zahra terlihat sangat cantik sekali, Dia memakai gaun dengan perhiasan yang sederhana tapi terlihat Elegan. Nazar berkali-kali mencium pipi istrinya. "ayah sama ibu langsung datang ya mas," ucap Zahra saat mereka sedang dalam perjalanan menuju perusahaan. Ahmad dan Hanum diundang ke acara ulang tahun perusahaan di mana tempat Zahra dulu bekerja. ternyata perusahaan itu milik Nazar. Nazar sengaja mengundang kedua orang tua Zahra ke acara ulang tahun perusahaan itu. "ayah, bukannya perusahaan ini tempat dulu Zahra bekerja ya?" tanya Hanum sedikit heran. "iya, kenapa Kita diundang ke perusahaan ini ya?" Ahmad malah balik bertanya. "aduh Ibu juga kurang paha

  • Rahasia Besar Suami Pemulung    Bab 166

    Zia benar-benar kesal sekali, karena selalu gagal menjebak Nazar kakak iparnya. Zia ingin memiliki Nazar dan menyingkirkan kakak sendiri. dirinya sudah bercerai dengan Dilan, karena Dilan saat ini benar-benar bangkrut, dan hidup bersama kedua orang tuanya. malah Nazar semakin terlihat lengket sama Zahra. Nazar sering memamerkan kemesraan dengan Zahra, di depan semua penghuni rumah termasuk Zia.bibir Zia selalu tersenyum sinis, melihat kemesraan antara Nazar dan Zahra. Zia semakin iri hati sama kakaknya sendiri. "mas, bolehkan aku bertemu dengan teman-teman?" tanya Zahra meminta izin sama suaminya untuk bertemu dengan Sinta dan Nita. Nazar mengganggukan kepalanya, jari-jari tangannya masih terlihat lincah dia mengetik huruf yang ada di laptop. cup.... Zahra mengecup pipi Nazar dengan mesra.jam 04.00 sore, Zahra sudah nangkring di depan kantor tempat Shinta dan Nita bekerja. rupanya Zahra sengaja menjemput temannya itu ke kantor. rencananya mereka akan pergi ke sebuah restoran sa

  • Rahasia Besar Suami Pemulung    Bab 165

    Zia langsung berlari naik ke lantai atas, dia masih terisak menangis, Zia benar-benar seorang artis drama Korea. Zahra menghembuskan nafasnya secara kasar, adiknya sudah keterlaluan. sampai-sampai masuk ke dalam kamar pribadinya. "Maafkan Aku," ucap Zahra lalu berjalan dan masuk ke dalam kamar, diikuti Nazar dari belakang. Zahra duduk di atas tempat tidur, air matanya mengalir di pipi, matanya terpejam. hati dia sebenarnya tidak tega memarahi adiknya. tapi harus bagaimana lagi Zia benar-benar keterlaluan. mata Zahra menangkap laci meja riasnya terbuka. Nazar yang baru masuk ke dalam kamar menautkan kedua alisnya melihat Zahra berjalan ke arah meja rias. "yang, ada apa?" tanya Nazar. Zahra tidak menjawab, lalu memeriksa lagi yang sudah terbuka. mata Zahra langsung memeriksa isi laci meja rias itu. tangannya sedang memeriksa barang yang ada di laci meja itu. terdengar suara ketukan pintu kamar. "siapa?" tanya Nazar. "saya tuan," rupanya Mbok Minah yang ada di luar kamar.

  • Rahasia Besar Suami Pemulung    Bab 164

    "saudara Fatih, Anda dinyatakan bersalah, Anda dihukum seumur hidup," hakim langsung mengetuk palu, setelah memberikan keputusan buat Fatih. Fatih terdiam saja sambil menundukkan kepalanya, dia tidak mau naik banding atau apapun. dia akan menjalani hukuman ini dengan ikhlas. percuma saja ada pengacara juga, kalau toh akhirnya dia masih tetap dihukum. Nazar dan Zahra bernapas dengan lega, karena Fatih dihukum sesuai keinginan Nazar. Fatih langsung digiring ke mobil tahanan, tidak berniat sedikitpun untuk mendekati Nazar atau Mirna yang datang bersama Pakde Seno. Lukman datang seorang seorang diri, duduk di samping Nazar, matanya terpejam saat mendengar keputusan dari hakim tadi. rasa perih dan lupa di bisa digambarkan dari ekspresi wajahnya. "ya Allah, tolong kuatkan Fatih jaga selalu anakku ya Allah, hanya itulah yang hamba bisa doakan," gumam Lukman dalam hati. Mirna langsung memeluk k Pakde Seno, hatinya merasa sakit, anak kesayangannya divonis seumur hidup di balik jeruji

  • Rahasia Besar Suami Pemulung    Bab 163

    "dasar pelayan tidak tahu diri! kenapa harus ikut makan bersama di meja makan ini" Zia terus saja ngomel-ngomel di dalam hatinya. Nazar serta yang lainnya terlihat santai menikmati makan malam. bahkan Zahra sesekali bercanda dengan adik iparnya. selesai makan, Naima langsung masuk ke kamarnya. begitu pula dengan Nazar dan Zahra.sedangkan Zia sejak tadi sudah terlebih dahulu naik ke lantai atas, mungkin karena hatinya kesal."besok Mas mau ke kantor polisi, Mas mau lihat keadaan Fatih. katanya persidangan Fatih baru minggu depan digelar," ucap Nazar."baiklah Mas," tapi jawaban Zahra terlihat dingin. Nazar merasa ada yang sedang dipikirkan sama Zahra."Kamu kenapa sih sayang?" tanya Nazar. "mas, aku kan keluar kerja, terus bagaimana dengan hidupku?" tanya Zahra seperti orang kebingungan. Nazar kaget mendengar jawaban istrinya, karena merasa aneh di telinga Nazar. "maksud kamu apa sih sayang? ya tidak apa-apa keluar kerja juga, toh, aku masih bisa menafkahi kamu.""tapi....." waj

  • Rahasia Besar Suami Pemulung    Bab 162

    "kenapa kak? kok malah membentak aku. Aku kan tanya dia itu siapa," tanya Zia sama Zahra. Zahra rasanya tidak punya muka lagi di depan keluarga suaminya, itu semua karena tingkah Zia yang sangat memalukan itu. "Siapa kamu sebenarnya?" tanya Zia sama Naima dengan tatapan mata menyelidiki.Sari datang sambil membawakan pesanan Naima, siomay yang sudah dikasih bumbu. "non Naima, ini siomaynya," ucap Sari sambil meletakkan piring siomay di depan Naima."terima kasih Bik Sari," ucap Naima."Kak Zahra mau?" tanya Naima, yang tidak menghiraukan pertanyaan Zia."terima kasih," jawab Zahra singkat, Karena hati Zahra masih kesal dengan tingkah Zia.Naima langsung memasukkan potongan siomay ikut dalam mulutnya. Zia menatap Naima dengan tatapan tak suka. "hei! kenapa kamu tidak menjawab pertanyaanku!" Zia membentak Naima, karena merasa jengkel, Naima tidak menjawab pertanyaannya. "Zia! jaga sikap kamu! kamu ingin tahu siapa dia!" malah Zahra yang terlihat emosi. "dia adik mas Nazar, pa

  • Rahasia Besar Suami Pemulung    Bab 161

    Mbok Minah langsung menoleh ke arah sumber suara, ternyata Naima sudah berdiri di Mbok Minah. Naima langsung memeluk Mbok Minah, sepertinya anak itu setiap ketemu selalu memeluk asisten rumah yang sudah lama mengabdi di keluarganya. "nduk, sepertinya sedang mendapat kebahagiaannya?" tebak Mbok Minah, karena melihat wajah Naima berbinar. "ah si mbok bisa saja bicara," jawab Naima lalu melepaskan pelukannya, lalu menyalami Sari dan Nani. "Mbok bikin apa sih? harum banget?" tanya Naima sambil menatap penggorengan. "ini, Sari dan Ani pingin makan camilan yang manis-manis," jawab Mbok Minah "semanis diriku ya?" seloroh Naima. "tentu," sahut mbok Minah. Naima dan Nazar selalu bersikap sopan terhadap orang yang lebih tua. meskipun mereka hanya seorang pelayan di rumahnya. tapi kedua orang tua Naima selalu mendidik adab dan sopan. begitu pula dengan Nazar, selalu menghormati orang-orang yang lebih tua usianya. walaupun kadang beda pendapat dan beda pemahaman. "Mas Nazar

  • Rahasia Besar Suami Pemulung    Bab 160

    Mata Nazar langsung melebar saat melihat penampilan adik iparnya. Nazar buru-buru membuang mukanya ke samping. bagi Nazar itu pemandangan sangat memuakan sekali. Zia terlihat berjalan lenggak-lenggok mendekati mereka berdua. Zahra menata penampilan adiknya sampai tidak berkedip. "hai kak Zahra," sapa Zia sambil melambaikan tangannya. Nazar dan Zahra malah saling melempar pandangan, mereka benar-benar heran melihat penampilan Zia seperti itu. "kok bengong sih kak Zahra? bagaimana penampilanku Kak?" tanya Zia sambil memutar badan. "ba__bagus," jawab Zahra terbata-bata."tentu dong, Aku sengaja datang ke sini tanpa memberitahu kak Zahra sama Mas Nazar," ucap Zia yang langsung berdiri di samping Nazar.tangan Zia langsung melingkar di lengan Nazar tanpa rasa malu sedikitpun. Zahra risih melihat pemandangan seperti itu." apa yang sebenarnya Zia inginkan?" tanya Zahra dalam hati."kak, bagaimana kalau aku tinggal di sini. aku bantu kakak merawat Mas Nazar, aku merasa kasihan sekali

  • Rahasia Besar Suami Pemulung    Bab 159

    "Maafkan aku Naima, bilang aku lancang mengeluarkan isi hatiku. jujur saja, Aku sudah lama menyimpan rasa ini. tapi aku takut mengungkapkan semuanya."wajah Budi terlihat serius, sedangkan Naima menundukkan kepalanya, hatinya berdebar kencang. entah perasaan apa yang sedang dirasakan Naima saat ini. "Apakah kamu menerima cintaku?" tanya Budi. Naima mengangkat kepalanya, manik bola matanya terlihat menatap ke arah Budi. Naima tersenyum manis."aku tidak mau berangan-angan tapi terlalu jauh. Mas Budi sudah memberikan perhatian yang lebih terhadapku, aku sudah merasakan apa yang buat Budi rasakan," ucap Naima.hati Budi langsung berbunga-bunga, yang tadinya masih kuncup, sekarang bunga-bunga Cinta sudah mulai bermekaran di dalam hatinya. saat Budi meraih jemari tangan lentik Naima. tiba-tiba Naima menjauhkan jari tangannya. "belum halal Mas, kalau sudah halal mau dipegang apapun bebas," ucap Naima sambil terkikik.Budi buru-buru menarik tangannya, merasa malu dengan ucapan Naima."ka

DMCA.com Protection Status