Semua Bab Ketika Mantan Kekasih Suamiku Kembali : Bab 41 - Bab 50

82 Bab

Bab 41

Bab 41Nisrina menatap jengah perempuan yang memakai kebaya di depannya. Meskipun sakit hati, Nisrina tak ingin buang-buang tenaga untuk membuat keributan di atas panggung pelaminan ini. Ia ingin datang dengan elegan untuk membuktikan pada Bian dan keluarganya bahwa dirinya bukan perempuan lemah yang larut dalam derita.Abi merangkul pinggang Nisrina dengan eratnya, hingga tubuh mereka tak berjarak. "Ayo, Sayang," ucap Abi dengan tak melepas rangkulannya. Ia sengaja mengeraskan suaranya agar sepasang pengantin di sana mendengar suaranya.Nisrina menatap wajah Abisatya dengan seulas senyum di bibirnya. Hati yang sedang terluka itu makin terasa perih mendapati perlakuan manis dari sang suami yang ternyata hanya sebuah kepura-puraan."Live must go on, meskipun sakit tak boleh terlihat lemah di depan musuh," batin Nisrina menyemangati dirinya. Ia lantas berjalan mengikuti langkah sang suami."Selamat ya?" Abi mengulurkan tangannya pada Bian yang sedang kepayahan mengatur napas."Terima k
Baca selengkapnya

Bab 42

Bab 42Rania membanting ponselnya di atas ranjang empuk miliknya. Ia lantas menjatuhkan badannya ke sembarang arah di tempat yang sama.Rasa kesal telah merasuk ke dalam dada Rania sebab sang kekasih tak kunjung bisa dihubungi."Kenapa sih dia ini," gerutu Rania sambil memijit dahinya yang pening."Bagaimana jika aku gagal mendapatkannya? Apalagi gagal menikah," omel Rania lagi.Rania lantas bangun dari tempat tidurnya. Ia meraih tas dan juga kunci mobil yang tergeletak di nakas."Aku harus pergi!" Rania bermonolog. Ia menggenggam erat kunci mobil di tangannya.Namun saat pintu ruang tamu itu terbuka, Rania memutar bola matanya malas ketika mendapati seorang pria sedang berdiri di depan pintu.Urung mengetuk, Natan tersenyum lebar melihat wanita yang ada di depannya."Hai, Sayang. Aku rindu." Seringai menggoda terbit di wajah Natan."Untuk apa lagi kamu datang kemari? Bukannya aku sudah melarangmu ke sini?""Aku rindu, Sayang. Juga rindu dia," ucap Natan sambil melirik bagian tubuh Ra
Baca selengkapnya

Bab 43

Bab 43Nisrina menatap layar ponselnya dengan napas tercekat di tenggorokan. Pemandangan itu benar-benar membuatnya sakit hati.Belum ada cinta diantara mereka tapi Nisrina merasa Abi terlalu tega menyakitinya dengan berbuat semata-mata, sama sekali tidak menjaga perasaannya yang berstatus sebagai istri sah.Dalam gambar itu, kepala Abi sedang terlelap di atas kulit dada seorang wanita yang tak terlihat wajahnya. Yang jelas wanita itu bukan diri Nisrina. Mata Abi memejam, seolah Abisatya sedang terlelap. Wajahnya tampak letih, seperti baru saja melakukan aktivitas yang melelahkan.Siapa lagi yang dekat dengan Abi kalau bukan Rania. Jelas saja itu Rania dan nomor yang mengiriminya gambar juga milik Rania. Nomor siapa lagi memang?Tak henti kejadian demi kejadian membuat Nisrina merasa sakit hati. Luka itu lama-lama kian menumpuk. Terlebih setelah pengakuan Abi bahwa dirinya sudah menepati janji tapi ternyata janji itu hanya di mulut.
Baca selengkapnya

Bab 44

Bab 44"Kenapa?" tanya Ferdy setelah hanya ada mereka berdua di meja makan, sementara Caca sedang asik main prosotan di sebuah restoran siap saji.Lengkingan suara Caca saat badannya meluncur sesekali mengalihkan perhatian Nisrina dari obrolan santainya dengan Ferdy. Sepiring kentang goreng juga bola-bola ayam menjadi teman mereka mengobrol.Ferdy menatap Nisrina dengan pandangan tak biasa. Wajah yang biasanya teduh, hari ini berubah sedikit murung. Tidak seceria biasanya.Nisrina mengalihkan pandangannya dari Caca ke lelaki di dekatnya. Ia lantas tersenyum kecut saat lawan bicaranya menuntut penjelasan dari obrolan sebelumnya."Mas Abi," balas Nisrina lirih. Bibirnya menghela napas berat. "Aku ingin pisah saja. Ngga kuat lagi ngehadepin dia.""Kenapa memang? Dia bikin ulah?" Ferdy penasaran dibuatnya."Bikin perjanjian tertulis sudah, ganti nomor sudah, bahkan Mama sama Papa sudah tahu semuanya tapi dia masih saja
Baca selengkapnya

Bab 45

Bab 45"Caca senang sekali hari ini, Tante," ucap Caca sambil mendongakkan kepalanya, menatap wajah ayu yang sedang duduk memangkunya. Senyumnya melebar, menampakkan barisan giginya yang bersih."Alhamdulillah ya, Tante juga senang bisa ketemu sama Caca." Jemari Nisrina mengusap gemas pipi yang gembil itu.Sementara laki-laki yang ada di sebelah mereka hanya tersenyum, sambil sesekali mengalihkan pandangannya dari jalanan yang sedang ramai.Ada banyak kalimat pengandaian dalam kepala Ferdy. Sayangnya, itu semua harus dipendam dalam-dalam di lubuk hati."Jangan sering-sering ya, Ca? Tante kan harus kerja," sela laki-laki itu."Ngga apa-apa kan, Tante? Caca kan kangen kalau lama ngga ketemu." Caca merajuk."Boleh, Sayang." Tangan Nisrina mendekap erat badan gadis kecil itu dengan penuh kasih. Perempuan dua generasi berbeda itu memiliki kesamaan, yaitu sama-sama merindukan kasih sayang orang tua."Maaf ya, Rin
Baca selengkapnya

Bab 46

Bab 46Mata Nisrina memicing menatap laki-laki yang sedang diliputi amarah itu. Kakinya urung bergerak masuk ke dalam kamar, ia melangkah mendekati sumber suara itu."Apa maksud Mas?" Dagu Nisrina terangkat, menatap lawan bicaranya dengan tatapan tanpa takut."Jangan pura-pura bego kamu! Selama ini diam-diam kamu jalan sama Ferdy! Brengsek dia! Diam-diam kalian menusukku dari belakang," geram Abi. Napasnya makin memburu melihat wajah Nisrina yang tampak menantang."Kalau pun memang kami jalan kenapa? Toh setelah ini hubungan kita berakhir? Lagi pula, diam-diam Mas juga masih jalan sama perempuan itu, kan? Aku ngga marah lagi, aku sudah lelah. Semuanya terserah kita masing-masing. Jadi Mas ngga usah sok marah sama aku." Usai berucap, Nisrina membalikkan badannya. Namun, suara Abi itu kembali menghentian langkahnya."Apa katamu? Coba ulangi?" Abi mendekati Nisrina."Diam-diam kamu jalan sama perempuan itu kan?" Wajah Nisrina seperti sedang menantang lawan bicaranya. Sudah lama ia memen
Baca selengkapnya

Bab 47

Bab 47 Abisatya tercenung setelah mendengar penjelasan kekasihnya. Benar juga soal tujuan Rania melakukan itu semua, akan tetapi itu berdampak buruk bagi suasana hatinya dan Nisrina yang masih harus tinggal satu atap sampai batas waktu yang tidak bisa ditentukan. "Tapi, Sayang, seharusnya kamu bicara dulu padaku. Ngga bisa langsung grusah grusuh lakuin semuanya sendiri." Abi berucap setelah beberapa saat terdiam. "Kamu yakin akan mendukung kalau aku katakan rencanaku?" Rania menegakkan badannya setelah sebelumnya menyandarkan kepalanya di dada bidang milik Abisatya. Matanya menatap wajah yang masih terdiam itu dengan tatapan menelisik. "Ya, kalau tujuannya baik?" sahut Abi. "Jangankan bicara soal rencanaku, aku datang padamu malam itu saja kamu malah memintaku pergi. Nomor juga sekarang ngga bisa dihubungi, lalu bagaimana aku bisa katakan semuanya padamu?" Rania mencebikkan bibirnya. Abi tercekat mendengar penjelasan Rania yang memang benar adanya. Ia sendiri yang meminta s
Baca selengkapnya

Bab 48

Bab 48"Rina? Kamu ngapain di sini?" tanya Abi dengan pandangan mengarah ke istri serta papanya bergantian. Tangan Nisrina terulur di depan sang suami. Lalu setelah mendapatkan tangan suaminya, ia membawa tangan itu di depan wajahnya untuk dicium takdzim.Abi menurut saja. Ia hanya diam diperlakukan sang istri sedemikian baiknya tanpa tahu maksud sang istri datang ke kantor papanya."Aku permisi dulu, Mas," pamit Nisrina sopan. Ia menoleh ke arah Pak Gunawan sejenak sebelum badannya menghilang dari pandangan dua lelaki beda usia tersebut.Abisatya hanya mampu mengerutkan dahi. Ia masuk ke ruangan papanya untuk menyelesaikan pekerjaannya tanpa peduli bagaimana dengan sang istri."Mau apa dia, Pa?" tanya Abi santai. Ia duduk di kursi empuk yang sebelumnya digunakan oleh sang istri.Pak Gunawan hanya diam. Beliau menatap Abi dengan rahang mengeras. Rasanya ingin sekali melempar wajah yang sedang diliputi tanda tanya i
Baca selengkapnya

Bab 49

Bab 49Nisrina menyandarkan kepalanya di sandaran kursi selama perjalanan. Ia masih sibuk dengan hati dan jalan hidupnya yang jauh dari kata bahagia. Matanya menerawang menatap pemandangan luar dengan helaan napas berat yang sesekali keluar dari bibirnya."Jangan melamun," ucap Ferdy membuyarkan lamunan perempuan di sebelahnya."Kenapa ya, Mas, takdirku seperti ini. Aku merasa tidak pernah menyakiti orang lain tapi kebahagiaan sepertinya sulit untuk kudapatkan." Nisrina mengalihkan pandangannya dari jendela menuju sosok laki-laki yang sedang memegang kemudi.Ferdy tersenyum tanpa suara. Ia pernah merasa berada di posisi yang berbalik dengan Nisrina. "Aku pernah merasa menjadi orang yang paling buruk sedunia dan kehilangan dia adalah balasan yang menurutku setimpal. Aku berusaha bersyukur dengan hidupku yang sekarang karena hadirnya Caca membuatku merasa selalu ingat akan kesalahan yang dulu pernah kulakukan sehingga membuatku selalu
Baca selengkapnya

Bab 50

Bab 50Nisrina menjauh dari hadapan laki-laki yang sedang diselimuti emosi itu. Ia tak mau menuruti sebab sudah terlanjur memesan ojek online untuk membawanya pulang ke rumahnya sendiri."Masuk, Rin! Jangan membantah!" pekik Abi lagi. Ia tak peduli pada beberapa pasang mata yang menoleh sebab suaranya yang keras.Seorang driver ojek online baru saja berhenti tepat di depan Nisrina. Ia menoleh ke arah Nisrina sambil mengulurkan helm."Tidak jadi, Pak! Ambil uangnya, biar dia pergi sama saya!" ucap Abi setelah memberikan selembar uang ratusan ribu pada driver ojek tersebut.Nisrina memicingkan matanya. Ia tak habis pikir dengan tingkah suaminya itu."Mas, aku mau pergi!" sengit Nisrina tak terima sebab Abi mengusir ojek online yang telah dipesannya."Aku tidak izinkan kamu naik ojek! Pulang sama aku sekarang!" teriak Abi makin kencang.Nisrina mengitari sekitar dengan pandangannya. Badannya merasa risih sebab
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
9
DMCA.com Protection Status