All Chapters of Ketika Mantan Kekasih Suamiku Kembali : Chapter 21 - Chapter 30

82 Chapters

Bab 21

Bab 21Dahi Nisrina mengerut. Ia tak mengerti mengapa ada perempuan itu di dalam mobil sang suami setelah sama-sama saling menyetujui sebuah perjanjian pasca nikah.Rania. Ya, Rania yang ada di sana. Ia duduk dengan tanpa rasa bersalah sedikit pun. Bibirnya mengulum senyum, seolah apa yang ia lakukan adalah hal biasa.Sesama wanita Rania bahkan tak peduli jika hati Nisrina tersakiti sebab tingkahnya yang sudah keterlaluan. Ia hanya mau Abi, tak peduli ada hati lain yang terluka."Kamu? Tidak bisa kah kamu tidak mengganggu kami selama sebulan ini?" ujar Nisrina yang sudah mulai kehilangan kesabarannya. Akan tetapi yang bersangkutan tidak bersuara. Perempuan yang ada di dalam mobil itu lebih memilih diam. Ia tahu berbagai pertanyaan bernada tidak setuju pasti didapatkan dari mulut istri kekasihnya. Akan tetapi ia tidak mau tahu."Bi, kamu gila?" Ferdy tak mau kalah. Ia menatap laki-laki yang baru saja tiba di hadapannya dengan sorot mata tak setuju. Reaksi yang sama dengan Nisrina."Su
Read more

Bab 22

Bab 22Nisrina melangkah dengan ragu. Tidak ia dapati sang suami di dalam kamar ini. Akan tetapi terdengar suara di dalam kamar mandi yang ada di sudut ruangan. Sambil menunggu Abi keluar, Nisrina mengambil baju di dalam koper. Baju yang sopan untuk tidur, bukan baju minim bahan seperti pemberian mertuanya.Nisrina terperanjat kaget saat mendapati pintu kamar mandi terbuka dan menampakkan laki-laki yang tengah bertelanjang dada. Ia meremas baju yang ada di dalam genggamannya. Berada dalam satu ruangan dengan lelaki yang berstatus suami dengan benteng besar diantara mereka membuat Nisrina kikuk. Ia tak tahu harus bagaimana bersikap."Aku ... emm ... aku disuruh Mama masuk," ujar Nisrina terbata. Ia tak tahu harus bilang apa. "Biar aku nanti tidur di sofa itu saja," sambungnya lagi masih dengan perasaan salah tingkah."Terserah kamu." Abi mengabaikan istrinya itu. Ia berjalan tanpa rasa bersalah menuju lemari untuk mengambil pakaian.Dengan langkah cepat, Nisrina melangkah menuju kama
Read more

Bab 23

Bab 23"Kamu berharap untuk bisa menghabiskan waktu denganku di Bali?" tanya Abisatya dengan nada sinis. "Jangan harap. Karena aku tidak mungkin menyakiti hati Raniaku. Cukup sudah dia banyak mengalah dengan kita, aku tidak mau membuat dia makin terluka." Wajah Abi mengeras. Ia bahkan tak sedikitpun menatap lawan bicaranya. Pandangan Nisrina yang sebenarnya tengah dirasakannya pun tak dihiraukan. Abi tenggelam dalam lautan amarah.Emosi Rania semalam dalam pesan telah berhasil menghilangkan kewarasan Abisatya. Nisrina berusaha mengendalikan rasa terkejutnya. Meskipun di dalam hati ia berharap untuk bisa menghabiskan waktu sekedar saling mengenal dengan sang suami di momen honeymoon itu, tapi sekarang ia harus mengalah dengan keputusan sepihak yang dibuat Abi. Akan ada banyak kesempatan hingga tiga puluh hari ke depan."Tidak masalah. Meskipun tidak di Bali, kita bisa menghabiskan waktu di rumah berdua. Tidak mungkin kan dalam waktu sebulan itu, Mas bersama Rania setiap saat? Kalau M
Read more

Bab 24

Bab 24Ferdy pun mengajak Nisrina menuju rumahnya, dari pada harus menunggu di rumah tanpa jelas kapan Abisatya akan datang. "Kamu ngga izin Abi dulu?" tanya Ferdy ragu. Ia khawatir jika apa yang ia lakukan ini membuat masalah baru bagi Nisrina dan suaminya."Nanti aku izin lewat chat, Mas. Toh dia lagi mesra-mesraan sama pacarnya."Dahi Ferdy mengerut. "Kamu santai banget? Ngga cemburu?"Nisrina terkekeh. "Seharusnya, tapi aku sadar diri. Kedatanganku yang baru ini kalah dengan hubungan mereka yang sudah lama itu. Mereka saling mencintai, sementara aku? Jangankan cinta, kenalan saja baru beberapa hari sebelum akad.""Tapi pernikahan kalian ini harusnya cukup jadi bukti bahwa kamu lebih unggul dari dia. Tanpa pacaran kalian menikah, sedangkan dia sudah lama tapi tak kunjung dinikahi.""Itu berlaku bagi yang mau mikir, kalau dia ngga bisa mikir begitu ya sama saja.""Kamu benar. Menasehati orang yang sedang jatuh cinta itu buang-buang waktu saja. Bagi mereka yang bener cuma mereka sen
Read more

Bab 25

Bab 25"Kenapa sih dengan perempuan itu? Adaaaa saja maunya," gerutu Rania. Ia kesal dengan istri Abisatya sebab selalu menjadi penghalang kebersamaannya dengan sang kekasih. "Ngga bisa ya, lihat orang seneng dikit?" sambung Rania lagi. Hatinya bergemuruh mendapati sikap sang kekasih yang lagi-lagi berubah karena ulah istrinya."Sabar ya, Sayang? Untuk satu bulan ini kamu memang harus banyak mengalah. Setelah itu, baru kita akan bebas menikmati kebersamaan kita ini. Kamu percaya kan sama aku? Aku cinta sama kamu. Aku ngga akan lagi mau jauh-jauh darimu," rayu Abi. Ia berusaha menyentuh pipi Rania, akan tetapi Rania lebih dulu bangkit dari duduknya.Dengan kasar Rania meraih tas yang sebelumnya ia letakkan di atas meja. Emosi yang masih menggebu itu sengaja dilampiaskan pada koper yang ada di dekat pintu. Ia menendang koper milik Nisrina yang baru saja diletakkan oleh Abi.Abisatya tercengang melihat sikap Rania, akan tetapi ia mencoba bersabar."Sayang, jangan marah dong. Selama seb
Read more

Bab 26

Bab 26"Ehhmm." Deheman Abi membuat seluruh isi ruangan menatapnya seketika. "Jangan kayak Tante Rina, tuh Om ngga setuju. Tante Rina cuma punya Om Abi. Nanti Papa carikan Mama yang lebih cantik, oke?" jawab Ferdy sambil menahan tawa.Demikian juga dengan Nisrina. Ia segera menguasai dirinya dan bergegas menyusul sang suami yang sudah lebih dulu berada di luar rumah."Tante pulang dulu ya, Sayang? Lain waktu kita main lagi?" ucap Nisrina sambil mengusap rambut Caca yang ikal."Iya, Tante. Aku nanti main sama Papa."Nisrina mengangkat jari jempolnya sebelum meninggalkan ruang tengah tempat mereka berbincang.Ferdy mengantar kepergian sepupunya. Seharusnya ia sudah ada di kantor pagi ini, tapi terpaksa izin telat sebab menunggu Nisrina yang sedang bermain dengan Caca. "Hati-hati ya? Lain kali istrinya jangan diturunin pinggir jalan lagi. Untung aku yang nemu, kalau ditemu sama orang lain gimana? Apalagi yang lebih kece darimu, bisa langsung ditinggalin kamu," ucap Ferdy saat mengantar
Read more

Bab 27

Bab 27Dahi Abisatya mengerut. Ia berjalan menuju meja makan tempat Nisrina sedang menulis sesuatu."Perjanjian apa? Macam film aja kamu.""Kalau Mas bisa sedikit lebih dewasa mungkin aku ngga akan begini. Tapi berhubung Mas macam ABG yang lagi labil jadi harus ada hitam di atas putih biar ngga asal aja kalau mau ngapa-ngapain," ucap Nisrina setelah meletakkan bulpen ke atas meja. Ia menatap wajah suaminya dengan tatapan tajam penuh penekanan.Abi melengos. Ia tak terima disebut anak ABG. "Ngga ada anak ABG yang bisa urus perusahaan kayak aku."Nisrina tersenyum miring. Ngga ada kecap nomor dua, semuanya selalu menganggap dirinya baik dan nomor satu tapi lupa bahwa setiap manusia punya kelemahan masing-masing.Setelah beberapa saat menulis butir perjanjian, Nisrina bangkit dari duduknya menuju sofa yang ada di depan televisi, di mana Abi sedang duduk di atasnya."Mau kubacain apa dibaca sendiri?" tawar Nisrina sambil memegang lembaran kertas berisi poin yang baru saja ditulisnya.Abi
Read more

Bab 28

Bab 28"Mas," panggil Nisrina lagi dengan terpaksa. Ia tak bisa membiarkan makanan di atas meja makan itu terlalu lama menunggu mereka.Tanpa menyentuh, Nisrina hanya memanggil Abi dengan suara yang lembut."Mas, bangun yuk? Makan siang dulu," ucap Nisrina lagi.Kepala Abi mulai bergerak. Lalu, perlahan mata yang dihiasi bulu mata lentik itu mengerjap."Kamu?" ucap Abi saat matanya terbuka lebar. Refleks ia bangkit dari tidur dan memundurkan badannya sebab rasa kaget yang menguasai diri."Ngapain kamu?" "Makan siang dulu, lalu kita salat." "Salat? Kenapa harus ajak aku." Abi bangkit dari ranjangnya, lalu berjalan menuju kamar mandi."Sebagai suami yang baik, Mas harus menjadi imamku saat salat.""Malas. Kamu salat sendiri saja. Aku juga bisa salat sendiri nanti." Abi masuk ke dalam kamar mandi. Ia membasuh mukanya sebelum menuruti perintah Nisrina.Istri Abi itu diam di tempat seraya mengulum senyum. Ia sudah menduga jika reaksi dari Abi akan menolaknya. Tapi bukan Nisrina jika meny
Read more

Bab 29

Bab 29Nisrina merasa menang hari ini sebab Abi tak banyak bertingkah. Ia hanya berada di dalam rumah tanpa ada aktivitas keluar seperti sebelumnya.Saat makan malam tiba, ponsel Nisrina berdering. Ia hanya melirik ponselnya tanpa ada niatan untuk menerima panggilan tersebut."Siapa?" tanya Abi saat melihat sang istri hanya melirik benda yang tengah berdering tanpa ada niatan untuk menerimanya."Mama. Aku mau makan dulu, baru nanti aku telepon balik setelah semua selesai.""Kamu janji akan tutup mulut kan?" tanya Abi dengan tatapan menusuk."Janji. Setelah semuanya selesai, Mas antar aku ke minimarket.""Ngapain?" Dahi Abi mengerut. Ia tak paham mengapa Nisrina mengajaknya ke minimarket. "Tadi sudah belanja banyak, kenapa ke minimarket lagi?"Nisrina hanya mengulum senyum. Ia tak ingin menjawab pertanyaan suaminya."Aneh kamu," dengkus Abi. Ia lantas menyelesaikan makannya tanpa banyak bicara lagi.Selesai membersihkan peralatan makanannya, Nisrina segera bersiap. Ia memakai kerudung
Read more

Bab 30

Bab 30"Tidak usah cari muka sama Mama," ujar Abi sarkas. Matanya menatap ke arah jalan raya, tanpa sedikit pun melirik ke arah lawan bicaranya."Mas pikir apa yang membuatku mau bertahan denganmu selain kedua orang tuamu? Aku sudah kehilangan orang tua, bagaimana mungkin kusia-siakan kasih sayang mereka yang dengan tulus mau menerimaku sebagai seorang menantu, meskipun anaknya sama sekali tidak mengharapkanku?" balas Nisrina tegas sambil menatap ke arah laki-laki di sampingnya."Terserah kamu.""Mas yakin bilang terserah? Bagaimana jika sekarang aku pergi ke tempat Mama dan kukatakan semuanya?" Seulas senyum miring mengiringi ucapan Nisrina itu."Jangan ngawur kamu!" "Sudah lah, Mas. Jangan lagi mendebat. Aku lelah."Abisatya hanya diam tanpa bersuara sedikitpun. Ia merasa banyak berhutang pada perempuan di sampingnya."Apa Mas beneran mau pergi ke pernikahan Mas Bian? Mas yakin?" Nisrina kembali bersuara setelah beberapa saat."Menurutmu? Aku hanya sengaja membuat mereka panas, sam
Read more
PREV
123456
...
9
DMCA.com Protection Status