Bab 24Ferdy pun mengajak Nisrina menuju rumahnya, dari pada harus menunggu di rumah tanpa jelas kapan Abisatya akan datang. "Kamu ngga izin Abi dulu?" tanya Ferdy ragu. Ia khawatir jika apa yang ia lakukan ini membuat masalah baru bagi Nisrina dan suaminya."Nanti aku izin lewat chat, Mas. Toh dia lagi mesra-mesraan sama pacarnya."Dahi Ferdy mengerut. "Kamu santai banget? Ngga cemburu?"Nisrina terkekeh. "Seharusnya, tapi aku sadar diri. Kedatanganku yang baru ini kalah dengan hubungan mereka yang sudah lama itu. Mereka saling mencintai, sementara aku? Jangankan cinta, kenalan saja baru beberapa hari sebelum akad.""Tapi pernikahan kalian ini harusnya cukup jadi bukti bahwa kamu lebih unggul dari dia. Tanpa pacaran kalian menikah, sedangkan dia sudah lama tapi tak kunjung dinikahi.""Itu berlaku bagi yang mau mikir, kalau dia ngga bisa mikir begitu ya sama saja.""Kamu benar. Menasehati orang yang sedang jatuh cinta itu buang-buang waktu saja. Bagi mereka yang bener cuma mereka sen
Bab 25"Kenapa sih dengan perempuan itu? Adaaaa saja maunya," gerutu Rania. Ia kesal dengan istri Abisatya sebab selalu menjadi penghalang kebersamaannya dengan sang kekasih. "Ngga bisa ya, lihat orang seneng dikit?" sambung Rania lagi. Hatinya bergemuruh mendapati sikap sang kekasih yang lagi-lagi berubah karena ulah istrinya."Sabar ya, Sayang? Untuk satu bulan ini kamu memang harus banyak mengalah. Setelah itu, baru kita akan bebas menikmati kebersamaan kita ini. Kamu percaya kan sama aku? Aku cinta sama kamu. Aku ngga akan lagi mau jauh-jauh darimu," rayu Abi. Ia berusaha menyentuh pipi Rania, akan tetapi Rania lebih dulu bangkit dari duduknya.Dengan kasar Rania meraih tas yang sebelumnya ia letakkan di atas meja. Emosi yang masih menggebu itu sengaja dilampiaskan pada koper yang ada di dekat pintu. Ia menendang koper milik Nisrina yang baru saja diletakkan oleh Abi.Abisatya tercengang melihat sikap Rania, akan tetapi ia mencoba bersabar."Sayang, jangan marah dong. Selama seb
Bab 26"Ehhmm." Deheman Abi membuat seluruh isi ruangan menatapnya seketika. "Jangan kayak Tante Rina, tuh Om ngga setuju. Tante Rina cuma punya Om Abi. Nanti Papa carikan Mama yang lebih cantik, oke?" jawab Ferdy sambil menahan tawa.Demikian juga dengan Nisrina. Ia segera menguasai dirinya dan bergegas menyusul sang suami yang sudah lebih dulu berada di luar rumah."Tante pulang dulu ya, Sayang? Lain waktu kita main lagi?" ucap Nisrina sambil mengusap rambut Caca yang ikal."Iya, Tante. Aku nanti main sama Papa."Nisrina mengangkat jari jempolnya sebelum meninggalkan ruang tengah tempat mereka berbincang.Ferdy mengantar kepergian sepupunya. Seharusnya ia sudah ada di kantor pagi ini, tapi terpaksa izin telat sebab menunggu Nisrina yang sedang bermain dengan Caca. "Hati-hati ya? Lain kali istrinya jangan diturunin pinggir jalan lagi. Untung aku yang nemu, kalau ditemu sama orang lain gimana? Apalagi yang lebih kece darimu, bisa langsung ditinggalin kamu," ucap Ferdy saat mengantar
Bab 27Dahi Abisatya mengerut. Ia berjalan menuju meja makan tempat Nisrina sedang menulis sesuatu."Perjanjian apa? Macam film aja kamu.""Kalau Mas bisa sedikit lebih dewasa mungkin aku ngga akan begini. Tapi berhubung Mas macam ABG yang lagi labil jadi harus ada hitam di atas putih biar ngga asal aja kalau mau ngapa-ngapain," ucap Nisrina setelah meletakkan bulpen ke atas meja. Ia menatap wajah suaminya dengan tatapan tajam penuh penekanan.Abi melengos. Ia tak terima disebut anak ABG. "Ngga ada anak ABG yang bisa urus perusahaan kayak aku."Nisrina tersenyum miring. Ngga ada kecap nomor dua, semuanya selalu menganggap dirinya baik dan nomor satu tapi lupa bahwa setiap manusia punya kelemahan masing-masing.Setelah beberapa saat menulis butir perjanjian, Nisrina bangkit dari duduknya menuju sofa yang ada di depan televisi, di mana Abi sedang duduk di atasnya."Mau kubacain apa dibaca sendiri?" tawar Nisrina sambil memegang lembaran kertas berisi poin yang baru saja ditulisnya.Abi
Bab 28"Mas," panggil Nisrina lagi dengan terpaksa. Ia tak bisa membiarkan makanan di atas meja makan itu terlalu lama menunggu mereka.Tanpa menyentuh, Nisrina hanya memanggil Abi dengan suara yang lembut."Mas, bangun yuk? Makan siang dulu," ucap Nisrina lagi.Kepala Abi mulai bergerak. Lalu, perlahan mata yang dihiasi bulu mata lentik itu mengerjap."Kamu?" ucap Abi saat matanya terbuka lebar. Refleks ia bangkit dari tidur dan memundurkan badannya sebab rasa kaget yang menguasai diri."Ngapain kamu?" "Makan siang dulu, lalu kita salat." "Salat? Kenapa harus ajak aku." Abi bangkit dari ranjangnya, lalu berjalan menuju kamar mandi."Sebagai suami yang baik, Mas harus menjadi imamku saat salat.""Malas. Kamu salat sendiri saja. Aku juga bisa salat sendiri nanti." Abi masuk ke dalam kamar mandi. Ia membasuh mukanya sebelum menuruti perintah Nisrina.Istri Abi itu diam di tempat seraya mengulum senyum. Ia sudah menduga jika reaksi dari Abi akan menolaknya. Tapi bukan Nisrina jika meny
Bab 29Nisrina merasa menang hari ini sebab Abi tak banyak bertingkah. Ia hanya berada di dalam rumah tanpa ada aktivitas keluar seperti sebelumnya.Saat makan malam tiba, ponsel Nisrina berdering. Ia hanya melirik ponselnya tanpa ada niatan untuk menerima panggilan tersebut."Siapa?" tanya Abi saat melihat sang istri hanya melirik benda yang tengah berdering tanpa ada niatan untuk menerimanya."Mama. Aku mau makan dulu, baru nanti aku telepon balik setelah semua selesai.""Kamu janji akan tutup mulut kan?" tanya Abi dengan tatapan menusuk."Janji. Setelah semuanya selesai, Mas antar aku ke minimarket.""Ngapain?" Dahi Abi mengerut. Ia tak paham mengapa Nisrina mengajaknya ke minimarket. "Tadi sudah belanja banyak, kenapa ke minimarket lagi?"Nisrina hanya mengulum senyum. Ia tak ingin menjawab pertanyaan suaminya."Aneh kamu," dengkus Abi. Ia lantas menyelesaikan makannya tanpa banyak bicara lagi.Selesai membersihkan peralatan makanannya, Nisrina segera bersiap. Ia memakai kerudung
Bab 30"Tidak usah cari muka sama Mama," ujar Abi sarkas. Matanya menatap ke arah jalan raya, tanpa sedikit pun melirik ke arah lawan bicaranya."Mas pikir apa yang membuatku mau bertahan denganmu selain kedua orang tuamu? Aku sudah kehilangan orang tua, bagaimana mungkin kusia-siakan kasih sayang mereka yang dengan tulus mau menerimaku sebagai seorang menantu, meskipun anaknya sama sekali tidak mengharapkanku?" balas Nisrina tegas sambil menatap ke arah laki-laki di sampingnya."Terserah kamu.""Mas yakin bilang terserah? Bagaimana jika sekarang aku pergi ke tempat Mama dan kukatakan semuanya?" Seulas senyum miring mengiringi ucapan Nisrina itu."Jangan ngawur kamu!" "Sudah lah, Mas. Jangan lagi mendebat. Aku lelah."Abisatya hanya diam tanpa bersuara sedikitpun. Ia merasa banyak berhutang pada perempuan di sampingnya."Apa Mas beneran mau pergi ke pernikahan Mas Bian? Mas yakin?" Nisrina kembali bersuara setelah beberapa saat."Menurutmu? Aku hanya sengaja membuat mereka panas, sam
Bab 31"Lama banget, sih!" gerutu Rania dalam sambungan telepon."Sabar, Sayang. Ini aku baru on the way. Kamu tunggu ya? Habis ini kita cari sarapan.""Iya, jangan lama-lama! Aku keburu laper!"Abi mengembuskan napas kasar. Kesabarannya selalu terkuras saat bersama Rania. Dengan cepat Abi mengendarai mobilnya menuju apartemen Rania. Ia tak mau repot merayu rayu lagi jika sampai terlambat datang.Sementara itu berbanding terbalik dengan Rania, Nisrina masuk ke dalam kantor dengan hati riang. Meskipun dalam lubuk hatinya tersimpan rasa cemas akan hubungan sang suami yang tetap berjalan dengan kekasihnya setelah perjanjian itu mereka tanda tangani."Pagi, Bu," sapa security. "Pagi juga." Nisrina membalas sapaan itu dengan ramah. Tempat kerja yang baru ini tidak terlalu asing baginya sebab sebelumnya ia kerap berkunjung untuk meeting atau yang lainnya. Dengan rekan sesama manager pun ia sudah saling akrab sehingga tak susah untuknya beradaptasi."Pagi, Bu Rina." Team Leader di divisi B