Bab 27Dahi Abisatya mengerut. Ia berjalan menuju meja makan tempat Nisrina sedang menulis sesuatu."Perjanjian apa? Macam film aja kamu.""Kalau Mas bisa sedikit lebih dewasa mungkin aku ngga akan begini. Tapi berhubung Mas macam ABG yang lagi labil jadi harus ada hitam di atas putih biar ngga asal aja kalau mau ngapa-ngapain," ucap Nisrina setelah meletakkan bulpen ke atas meja. Ia menatap wajah suaminya dengan tatapan tajam penuh penekanan.Abi melengos. Ia tak terima disebut anak ABG. "Ngga ada anak ABG yang bisa urus perusahaan kayak aku."Nisrina tersenyum miring. Ngga ada kecap nomor dua, semuanya selalu menganggap dirinya baik dan nomor satu tapi lupa bahwa setiap manusia punya kelemahan masing-masing.Setelah beberapa saat menulis butir perjanjian, Nisrina bangkit dari duduknya menuju sofa yang ada di depan televisi, di mana Abi sedang duduk di atasnya."Mau kubacain apa dibaca sendiri?" tawar Nisrina sambil memegang lembaran kertas berisi poin yang baru saja ditulisnya.Abi
Bab 28"Mas," panggil Nisrina lagi dengan terpaksa. Ia tak bisa membiarkan makanan di atas meja makan itu terlalu lama menunggu mereka.Tanpa menyentuh, Nisrina hanya memanggil Abi dengan suara yang lembut."Mas, bangun yuk? Makan siang dulu," ucap Nisrina lagi.Kepala Abi mulai bergerak. Lalu, perlahan mata yang dihiasi bulu mata lentik itu mengerjap."Kamu?" ucap Abi saat matanya terbuka lebar. Refleks ia bangkit dari tidur dan memundurkan badannya sebab rasa kaget yang menguasai diri."Ngapain kamu?" "Makan siang dulu, lalu kita salat." "Salat? Kenapa harus ajak aku." Abi bangkit dari ranjangnya, lalu berjalan menuju kamar mandi."Sebagai suami yang baik, Mas harus menjadi imamku saat salat.""Malas. Kamu salat sendiri saja. Aku juga bisa salat sendiri nanti." Abi masuk ke dalam kamar mandi. Ia membasuh mukanya sebelum menuruti perintah Nisrina.Istri Abi itu diam di tempat seraya mengulum senyum. Ia sudah menduga jika reaksi dari Abi akan menolaknya. Tapi bukan Nisrina jika meny
Bab 29Nisrina merasa menang hari ini sebab Abi tak banyak bertingkah. Ia hanya berada di dalam rumah tanpa ada aktivitas keluar seperti sebelumnya.Saat makan malam tiba, ponsel Nisrina berdering. Ia hanya melirik ponselnya tanpa ada niatan untuk menerima panggilan tersebut."Siapa?" tanya Abi saat melihat sang istri hanya melirik benda yang tengah berdering tanpa ada niatan untuk menerimanya."Mama. Aku mau makan dulu, baru nanti aku telepon balik setelah semua selesai.""Kamu janji akan tutup mulut kan?" tanya Abi dengan tatapan menusuk."Janji. Setelah semuanya selesai, Mas antar aku ke minimarket.""Ngapain?" Dahi Abi mengerut. Ia tak paham mengapa Nisrina mengajaknya ke minimarket. "Tadi sudah belanja banyak, kenapa ke minimarket lagi?"Nisrina hanya mengulum senyum. Ia tak ingin menjawab pertanyaan suaminya."Aneh kamu," dengkus Abi. Ia lantas menyelesaikan makannya tanpa banyak bicara lagi.Selesai membersihkan peralatan makanannya, Nisrina segera bersiap. Ia memakai kerudung
Bab 30"Tidak usah cari muka sama Mama," ujar Abi sarkas. Matanya menatap ke arah jalan raya, tanpa sedikit pun melirik ke arah lawan bicaranya."Mas pikir apa yang membuatku mau bertahan denganmu selain kedua orang tuamu? Aku sudah kehilangan orang tua, bagaimana mungkin kusia-siakan kasih sayang mereka yang dengan tulus mau menerimaku sebagai seorang menantu, meskipun anaknya sama sekali tidak mengharapkanku?" balas Nisrina tegas sambil menatap ke arah laki-laki di sampingnya."Terserah kamu.""Mas yakin bilang terserah? Bagaimana jika sekarang aku pergi ke tempat Mama dan kukatakan semuanya?" Seulas senyum miring mengiringi ucapan Nisrina itu."Jangan ngawur kamu!" "Sudah lah, Mas. Jangan lagi mendebat. Aku lelah."Abisatya hanya diam tanpa bersuara sedikitpun. Ia merasa banyak berhutang pada perempuan di sampingnya."Apa Mas beneran mau pergi ke pernikahan Mas Bian? Mas yakin?" Nisrina kembali bersuara setelah beberapa saat."Menurutmu? Aku hanya sengaja membuat mereka panas, sam
Bab 31"Lama banget, sih!" gerutu Rania dalam sambungan telepon."Sabar, Sayang. Ini aku baru on the way. Kamu tunggu ya? Habis ini kita cari sarapan.""Iya, jangan lama-lama! Aku keburu laper!"Abi mengembuskan napas kasar. Kesabarannya selalu terkuras saat bersama Rania. Dengan cepat Abi mengendarai mobilnya menuju apartemen Rania. Ia tak mau repot merayu rayu lagi jika sampai terlambat datang.Sementara itu berbanding terbalik dengan Rania, Nisrina masuk ke dalam kantor dengan hati riang. Meskipun dalam lubuk hatinya tersimpan rasa cemas akan hubungan sang suami yang tetap berjalan dengan kekasihnya setelah perjanjian itu mereka tanda tangani."Pagi, Bu," sapa security. "Pagi juga." Nisrina membalas sapaan itu dengan ramah. Tempat kerja yang baru ini tidak terlalu asing baginya sebab sebelumnya ia kerap berkunjung untuk meeting atau yang lainnya. Dengan rekan sesama manager pun ia sudah saling akrab sehingga tak susah untuknya beradaptasi."Pagi, Bu Rina." Team Leader di divisi B
Bab 32Selesai briefing, Nisrina membantu staf-nya untuk mendisplay barang di rak. Banyak obrolan dan candaan terlontar dari bibir mereka yang membuat hubungan atasan dan bawahan itu terasa menyatu.Sebagai seseorang yang hidup sebatang kara, Nisrina menganggap staf dan rekan sesama manager di tempatnya bekerja seperti saudara sendiri. Sehingga ia mudah berbaur dengan semula dan tidak pernah membandingkan antara atasan dan bawahan."Ngga pulang, Fidz?" sapa Nisrina yang masih melihat Team Leader-nya sibuk membantu staf yang lainnya menata barang sesuai instruksi saat briefing."Nanggung, Bu. Sekalian selesai aja."Nisrina menatap jam di pergelangan tangannya. Jarum pendek jam tersebut sudah menunjukkan pukul lima sore, seharusnya staf pulang satu jam yang lalu."Sudah lebih satu jam, Fidz. Sebaiknya pulang saja. Ini biar saya yang bantu sama tim sore.""Enggak, Bu. Ngga enak pulang ninggal kerjaan. Minimal setelah ini selesai."Nisrina tersenyum. Sebagai karyawan di perusahaan retail,
Bab 33"Tidur di kamar, Sayang," ucap Abi saat Rania terlentang di sofa ruang tengah. Matanya lelap setelah menikmati makan siang yang kesorean.Suara televisi yang dibiarkan menyala itu bak lagu nina bobo bagi Rania. Matanya memejam, telinganya mendengar lagu yang diputar melalui aplikasi musik di televisi digital tersebut.Mendengar suara sang kekasih, Rania membuka matanya."Ngga mau. Di sini aja. Peluk," rengek Rania seraya merentangkan kedua tangan. Bibirnya mengerucut untuk membuat sang kekasih lekas mendekat ke dalam pelukannya."Sini, tidur sama aku. Katanya kangen?" Raut memelas tak lepas dari wajah Rania yang sedang terbaring itu.Abi tersenyum senang mendapati rengekan manja milik Rania. Suara itu bak bentuk kasih dari Rania untuknya. Dengan bahagia ia menyambut pelukan tersebut dan membenamkan kepala sang kekasih ke dalam dada bidangnya."Capek ya?" bisik Abi. Tangan kekarnya itu mengusap lembut rambut panjang milik Rania."Iya. Kamu hebat. Bisa bikin aku terbang melayang
Bab 34"Jangan diangkat Rin. Kumohon," ucap Abi lagi. Ia merasa jera dengan apa yang terjadi. Wajah Nisrina yang tampak serius membuat Abi merasa takut."Untuk apa aku bertahan sebulan ke depan jika Mas selalu ingkar? Bahkan perjanjian bermaterai pun kamu ingkari! Lebih baik sudahi saja agar semuanya bahagia, iya kan?" Wajah Nisrina mengeras. Ia menatap sang suami dengan tatapan tajam, tanpa kelembutan sedikit pun."Aku minta maaf, Rin. Aku janji, aku ngga akan ngulangi lagi." Abi berusaha meraih ponsel yang dipegang Nisrina. Akan tetapi, dengan cepat Nisrina menepis tangan Abisatya."Diamlah, Mas. Aku sudah lelah. Bukannya kamu ingin segera bersatu dengan pacarmu itu? Aku hanya ingin membantumu, aku pun lelah dengan keadaan ini."Panggilan pun terhenti. Nisrina hanya melirik ponsel yang tak lagi menyala itu."Tidak, Rin. Jangan begini caranya. Makin runyam kalau kamu putuskan dengan emosi begini. Aku janji, aku ngga akan ulangi. Kamu percaya sama aku." "Runyam hanya sebentar, Mas.