Rendy menikah dengan seorang wanita yang bernama Clara. Namun, seiring berjalannya waktu. Cinta Clara berubah. Kala sang suami mengalami kecelakaan dan mengakibatkan kedua kakinya lumpuh. Kekurangan kasih sayang membuat Clara mengkhianati cinta Rendy. Dengan hati kecewa Rendy meninggalkan Clara. Bagaimana kelanjutan hidup Rendy? Apakah dia akan mendapatkan pengganti yang jauh lebih baik dari Clara?
Lihat lebih banyakEndingRania kembali ke rumah Rendi pada akhirnya. Mereka mencoba memulai dari awal. Rania juga lebih berhati-hati dalam bertindak. Tingkahnya beberapa hari lalu dengan Rendi justru menjadi bahan gunjingan para tetangga. Hingga dia dipertanyakan apakah akan bercerai atau tidak? ***"Hari ini kita akan survei rumah. Rumah yang seperti apa yang kamu inginkan?" tanya Rendi pada Rania ketika mereka tengah duduk di kursi teras. "Terserah Mas Rendi aja, yang penting nyaman untuk kita." Rania menyuapi Salsa dengan telaten."Mam … mam ...mam." Bocah berumur dua tahun itu berceloteh. Meski masih belajar, Salsa rupanya sudah cukup pintar. Dia sudah bisa memanggil Ibunya dan juga Ayahnya. Ah, benar-benar bayi menggemaskan.Srutt Rendi menyesap kopi yang hampir habis.Lalu meletakan kembali gelas itu di atas meja. Pandangan Rendi kini tertuju pada tanaman yang subur dan juga segar. Rania ke warung sebentar ya, Mas." Rania beranjak dari duduknya namun dicegah Rendi."Mau beli apa? Biar Mas aja
KembaliRania membereskan piring dan gelas kotor setelah selesai menikmati sarapan pagi. Reni pergi meninggalkan mereka bertujuan agar mereka bisa berbicara dari hati ke hati.Rendi melangkah pelan. Mendekati wanita yang masih sah sebagai istrinya.Berdiri di depan wastafel sedang mencuci piring."Maaf, untuk kemarin. Seharusnya Mas bisa mengontrol emosi.""Ndak papa, Mas. Rania juga salah, Rania seharusnya tidak menyimpan dendam apalagi niatan untuk membalasnya.""Kamu nggak papa?""Nggak kok, Mas. Rania nggak papa.""Maaf, seharusnya aku jelaskan semuanya.""Rania sudah tahu semuanya. Seharusnya Rania mencari tahu kebenarannya terlebih dahulu. Bukan malah menyalahkan Mas Rendi."Rania selesai mencuci lantas mengeringkan tangannya dengan lap bersih. Lalu pandangannya beralih pada lelaki yang berdiri dihadapannya.Rendi membuka tangannya, memeluk sang istri untuk menguatkannya. Rendi tidak akan bisa membayangkan betapa terlukanya hati Rania saat ini. Andai dia tahu suaminya telah berk
Rendi mencoba memahamiRendi duduk termenung. Pikirannya memang sedang kalut. "Astagfirullahaladzim," ucap Rendi sembari beranjak dari duduknya. Mengambil wudhu lalu bersimpuh memohon ampun pada Allah. Tetesan bening meluncur begitu saja di pipi tanpa dikomando. Semua keluh dan juga risau nya ia curahkan pada sang Khalik. Segera ia meletakan sajadah dan juga saring beserta peci. Menjatuhkan bobot tubuhnya di sisi ranjang. Amarah sesaat membuatnya tak karuan. Semua bukan salah Rania sepenuhnya. Dia juga salah kenapa tidak mau menjelaskan secara rinci. Agar sang istri bisa menerima dan sama-sama saling memaafkan. Rendi melirik jam yang berada di atas nakas. Jam menunjukan angka delapan belum terlalu malam jika dia ingin pergi ke rumah Rania.Tak lupa Rendi membersihkan semua sudut ruangan yang tadi ia lempar dengan membabi buta. Lalu berganti pakaian berniat pergi ke rumah Rania. Senyumnya selalu mengembang ketika berpapasan dengan para tetangga. "Mas Rendi mau kemana?" tanya sala
Nasib Clara"Kamu ini gimana sih, Clara? Sekarang jadi janda. Malah tua bangka itu juga ikut-ikutan ninggalin kamu. Terus kita mau makan apa? Arisan Ibu juga banyak yang belum dibayar!""Bu, kan Ibu sendiri lihat istrinya datang ngelabrak Clara. Di depan para tetangga pula. Sekarang mana berani Clara nyamperin dia. Lelaki tua itu sekarang kemana-mana sama bininya, Bu!""Haist, kamu itu kurang pintar. Kurang menggoda. Terus kita mau hidup pake apa? Ha? Ibu nggak mau ya kalau kita melarat!""Terus Clara mesti gimana, Bu?""Ya kerja lah! Apa cari laki yang kaya. Gimana sih kamu ini? Punya ot*k tu buat mikir jangan cuma dandan aja yang menor.""Clara capek, Bu!""Capek? Ibu juga capek jadi orang miskin!""Salah Ibu juga kenapa sama Mas Rendi nggak mau baik?!""He, Clara. Baik gimana? Wong orang cac*t nggak guna gitu. Nyusahin," ucap wanita tua itu dengan mata berapi-api. Entah mengapa setelah kepergian Clara dan juga ibunya dari rumah Rendi. Kehidupan mereka semakin ruwet. Ditambah Clara
Kesembuhan Rendi"Minta kecup sini boleh?" Rania memainkan bibirnya dengan jari telunjuk."Haist …." Lelaki yang ada di hadapannya bergidik ngeri melihat mantan janda yang ada di sisi ranjang sedang merayu.Rendi berusaha menetralisir pikirannya yang sudah keliling dunia.****Dua bulan kemudianSetiap hari Rania menyiapkan jus. Berganti buah dan juga menyediakan Rendi segelas susu. Rania hanya meminta Rendi setiap pagi berolahraga. Meskipun dalam keadaan duduk. Rendi semakin dekat dengan Salsa. Apalagi balita mungil itu sangat menggemaskan dengan pipi yang chubby.Rendi juga memutuskan pergi ke rumah sakit. Menjalankan terapi yang dulu pernah ia lakukan namun berhenti ditengah jalan karena putus asa. Kini Rania dan juga Salsa adalah penyemangat baru untuk Rendi menghadapi kenyataan. Keputusan terbesar Rendi adalah berkata jujur pada Rania. Bahwa dia masih melakukan pekerjaan di rumah dan mendapatkan gaji lumayan besar.Dan juga dia mengatakan masih memiliki beberapa aset tanpa dike
DilabrakClara segera membuka pintu kontrakannya dengan penasaran. Seketika matanya membulat sempurna melihat sesosok wanita yang tengah berdiri dihadapannya. Dia tahu itu siapa.Plak ….Tamparan cukup keras mendarat di pipi mulus Clara."Wanita mura*an!" ucap wanita yang umurnya sebaya dengan Ana dengan berapi-api. Tangannya mengepal sedangkan rahangnya mengeras. Seluruh giginya gemeretak menahan amarah."Ma-maksud Anda apa?" Ana mencoba bertanya. Meskipun dia tahu wanita ini siapa."He, kamu memang bod*h atau sengaja pura-pura bod*h. Anak perempuanmu ini bermain api dengan suamiku. Bermain api dengan lelaki yang pantasnya dianggap bapak olehnya!" "Maksud Ibu apa? Anda tidak ada bukti ya?" Suara Clara ikut meninggi. Membuat para warga yang tinggal di samping kanan maupun kiri keluar untuk sekedar melihat kerusuhan yang ada. Tak sedikit mereka saling berbisik."Inikan yang katanya bercerai karena nggak dikasih jatah sama suami itu kan?""Iya, dia kurang jatah dari suaminya. Jadi mint
BAB 13Perhatian RaniaRendi menyesap kopi yang sudah disiapkan istrinya.Sruttt ….Rasa pahit kopi beradu dengan manis gula yang pas. Tak terlalu pahit dan juga tak terlalu manis. Rania memang pintar membuat kopi. Pagi ini Rendi merasakan betul bagaimana diperhatikan istri. Dibuatkan sarapan, dibuatkan kopi. Dan tunggu sedang apa Rania itu? Membawa sebuah pencukur rambut atau pencukur kumis? Ternyata keduanya."Mas, kamu kok nggak rapi sih? Sini biar aku cukur kumis sama jambang kamu yang seksi itu." Rania tersenyum lalu kembali meletakan Salsa di stroller. Mengambil perlengkapan mencukur yang sudah disiapkan."Nggak perlu, sudah jam delapan nanti telat!""Ndak papa, sebentar saja." Rania memaksa. Rania mendorong Rendi sedikit menjauh dari meja makan. Menutupi badan Rendi dengan kain yang dililitkan di leher. Rania benar-benar niat mencukur Rendi. Dia sudah menyiapkan semua alatnya dengan lengkap."Apa yang akan kamu lakukan?""Sudah Mas Rendi diam saja. Nanti pasti tambah ganteng
Kedatangan mertua terdahulu"Kamu dengar sendiri apa kata istriku! Aku ini sudah mempunyai istri baru. Seharusnya kamu menghormati itu. Tapi jika kita berpisah bukannya itu lebih baik buat kamu? Agar bisa leluasa menjalin hubungan dengan pacar tuamu itu?""Aku dah ninggalin dia, Mas. Aku pengen kita rujuk lagi. Seperti dulu, kita akan jalani ini sama-sama." Clara mencoba mendekati Rendi. Namun dengan cepat Rania menghalangi. Wanita itu benar-benar menjaga suaminya agar tak tersentuh oleh tangan calon mantan istri."Mbak Clara telat, Mas Rendi sudah memilih saya. Jadi … Mbak Clara seharusnya nggak mengganggu hubungan kami. Silahkan Mbak Clara pergi! Mbak Clara sudah tahu dimana pintunya kan?" "Pelakor, kamu itu pelakor. Mencuri lelaki dari suami orang!""Saya tidak pernah mencuri. Saya hanya mengambil sesuatu yang gak pernah dianggap olehmu! Saya hanya ingin menjaga lelaki hebat yang kau anggap hina ini!"Clara mencebik lalu pergi meninggalkan Randi maupun Rania. Clara benci akan sika
POV Author"Sah," ucap para saksi lantang dan keras. Pernikahan yang digelar Rendi dan juga Rania begitu sederhana. Hanya ada beberapa warga dan juga kerabat. Itu pun bisa dihitung dengan jari."Ih, paling ini cuma akal-akalan si Rania. Dia kan janda, mana mungkin ada wanita yang mau menikah dengan pria Caca* kek dia," ucap para tetangga dengan sedikit berbisik. Meskipun demikian indera pendengaran Rania masih bisa mendengar dengan jelas."Iya, lagian nggak mungkin kalau dia mau menikah tanpa ehem-ehem. Ye kan?""Ehem-ehem apaan sih, Jeng?""Itu belah duren.""Ow, itu. Kan yang penting dapet duit. Model-model kek Rania kagak tahu aja!"Kasak-kusuk omongan para tetangga terdengar juga di telinga Rendi. Dia masih diam, dia menerima permintaan Rania. Entah karena apa? "Lagian, Jeng. Surat perceraian sama si Mbak Clara kan belum turun. Eh, dah kawin lagi, doyan banget nikah. Emangnya nggak takut kalau dikhianati lagi?" "Namanya juga laki, Jeng. Kayak gak pernah aja! Hahaha." Suara itu t
Pertengkaran "Siapa lelaki tua tadi Clara?" teriak Rendy pada wanita yang setahun ini membersamainya."Dia pacar aku, kenapa? Kamu mau marah?" jawab Clara dengan nada biasa saja. Seolah tidak menanggapi bahwa Rendy sedang marah. Sedang murka dengan sikapnya yang diluar batas."Aku itu suamimu, tidak sepantasnya kamu bersikap seperti itu! Kamu jalan dengan lelaki tua yang seharusnya menjadi ayah kamu! Sedangkan kamu sadar bahwa kamu sudah menikah.""Terus?""Maksud kamu apa? Apakah kamu menyesal menikah denganku? Apakah cintaku tidaklah berarti bagimu?""Cinta? Dulu, memang aku cinta sama kamu. Tapi itu dulu, ketika kakimu belum lumpuh! Kamu masih bisa memberiku semuanya. Tapi lihat sekarang, kamu bisa apa? Mau berjalan saja kamu tidak bisa, apalagi memberikan nafkah batin?""Astagfirullahaladzim, apakah hanya karena aku tidak bisa memberimu nafkah batin lantas kamu selingkuh terang-terangan?" Amarah lelaki ity sudah naik ke ubun-ubun. Mendengar setiap jawaban yang diberikan Clara. Be...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen