Semua Bab Ketika Mantan Kekasih Suamiku Kembali : Bab 51 - Bab 60

82 Bab

Bab 51

Bab 51Abi duduk dengan cemas di ruang tengah. Ia tak tahu bagaimana caranya untuk mengatakan pada Nisrina soal permintaan mamanya sebab hubungan keduanya sudah dingin sejak beberapa hari yang lalu.Televisi yang menyala itu hanya mengoceh sendiri tanpa diperhatikan oleh seseorang yang sedang duduk di hadapannya itu."Bagaimana aku akan mengatakan pada Rina soal ini?" gumam Abi frustasi. Ia gengsi untuk memulai pembicaraan dengan Nisrina, terlebih setelah pertikaian yang terakhir itu membuatnya kerap menghindar saat tak sengaja berpapasan.Setelah beberapa saat termenung, Rina keluar dari kamarnya sembari membawa gelas yang kosong. Ia berjalan tanpa sedikitpun peduli pada sosok yang ada di depan televisi itu.Sedangkan Abi, lidahnya kelu untuk mengatakan ajakan mamanya. Akan tetapi, kesempatan tidak akan datang dua kali. Ia berusaha mengatur napas agar bisa berbicara dengan lancar sesuai dengan apa yang akan dikatakannya."R
Baca selengkapnya

Bab 52

Bab 52Abi tak bisa berkonsentrasi saat bekerja. Ia merasa senang hari ini sebab mamanya sudah setuju dengan perpisahan yang mereka ajukan.Bayangan pernikahannya dengan Rania berulang kali muncul dalam kepala Abi. Senyum yang sumringah, serta ucapan selamat dari para tamu undangan yang ia balas dengan senyum bahagia pun tak luput dalam ingatannya itu."Senyum terus dari tadi, sampai ngga sadar aku sudah ada di sini," sapa Ferdy yang sudah duduk di kursi tamu di ruangan Abi. Ia mengamati sahabatnya itu dengan seksama.Abi mengangkat pandangannya menuju sosok yang sedang berdiri di depannya. Ia terdiam sejenak, seharusnya masih tersimpan amarah sebab Ferdy telah membawa Nisrina ke sebuah kafe untuk makan hanya berdua. Akan tetapi, kabar baik yang ia terima tadi pagi membuat amarah itu lenyap seketika."Iya, aku lagi bahagia," ucap Abi setelah meletakkan ponselnya di atas meja. Binar bahagia itu terpancar dengan sempurna di wajah Abi."Bahagia?" sahut Ferdy mengulangi ucapan Abisatya. D
Baca selengkapnya

Bab 53

Bab 53"Sayang, kamu datang?" sambut Rania manja. Ekspresi wajahnya berubah seketika. Tanpa aba-aba ia menghambur ke pelukan Abisatya.Namun, dengan cepat Abi mendorong badan Rania menjauh darinya. "Siapa yang hamil? Kenapa ada laki-laki lain dalam rumahmu? Lihatlah, dia tidak memakai pakaian. Habis ngapain kalian?" cecar Abi. Ia menatap Rania dan Natan bergantian. Wajah yang kusut serta badan Natan yang terekspos sempurna membuat pikiran negatif seketika memenuhi pikiran Abi."Emm dia ... Dia hendak mencoba menggodaku," ucap Rania terbata. Ia berdiri dengan tangan saling meremas satu sama lainnya. Rahasianya diambang kehancuran."Menggoda?" Dahi Abi mengerut. Sorot matanya menatap Rania dengan menelisik."Katakan saja semuanya. Biar dia tahu bagaimana kamu sebenarnya!" sembur Natan tegas. Ia tak peduli dengan rencana Rania, yang jelas ia ingin menjaga bayi dalam kandungan Rania dengan tangannya sendiri."Diam kamu!" bentak Rania keras. Mendengar ucapan Natan, keberaniannya muncul sek
Baca selengkapnya

Bab 54

Bab 54Abisatya meninggalkan gedung apartemen Rania dengan emosi yang meletup-letup. Ia harus meluapkannya sebelum kembali ke rumah.Apapun masalah yang sedang dihadapi di luar, tak seharusnya dibawa pulang kerumah dan membuat keluarga menjadi sasaran emosinya.Abi masuk ke sebuah bar setelah memarkirkan mobilnya. Ia duduk di meja paling ujung setelah memanggil seorang pelayan untuk memesan sesuatu.Setelah beberapa saat, pelayan itu datang membawa pesanan Abi. Ia memesan beberapa botol minuman beralkohol. Hati yang patah, serta terbalut rasa kecewa membuatnya tak lagi semangat untuk melanjutkan hidup.Malam yang penuh cinta, yang tadinya sudah dibayangkan akan terjadi dengan indah bersama pasangan, berubah menjadi malam yang penuh luka.Harapan itu sirna seiring dengan rasa kecewa yang perlahan menggerogoti hati Abisatya. Semakin tinggi rasa kecewa, semakin bersemangat ia meneguk air haram tersebut.Tangan yang penuh dengan cairan kental merah itu diabaikan oleh Abi. Ia sibuk meneguk
Baca selengkapnya

Bab 55

Bab 55"Darah? Di atas ranjang?" gumam Abi. Ia tercenung sejenak.Di dalam pikiran Abisatya sedang terjadi perang. Darah apa yang bisa ada di atas ranjang? Apalagi setelah melihat kondisi badannya yang tanpa busana saat masuk ke dalam kamar mandi.Abi menjambak rambutnya keras. Ia merutuki diri atas kecerobohannya. Bagaimana bisa hal itu terjadi.Tak mau tenggelam dalam prasangka, Abi meninggalkan kamarnya menuju kamar Nisrina. Ia harus memastikan bahwa apa yang terjadi itu bukanlah hal yang nyata."Tidak mungkin. Tidak mungkin itu terjadi," racau Abi sambil berjalan menuju kamar Nisrina."Rin," panggil Abi saat tangannya baru saja mendorong hendle pintu. Matanya menyapu sekitar, tapi tak didapati Nisrina di dalamnya. Ia pun melangkah masuk untuk mencari keberadaan sang istri di dalam kamar mandi."Rin ... Rina," panggil Abi lagi. Ia mendorong pintu kamar mandi yang setengah terbuka agar terbuka makin lebar.
Baca selengkapnya

Bab 56

Bab 56Rania termangu setelah mendengar ucapan Abi. Kata demi kata yang terlontar dari mulut laki-laki yang menjadi obsesinya itu menusuk tepat di relung hati yang terdalam."Kamu jahat!" sentak Rania. Mendung perlahan muncul di wajahnya."Lebih jahat mana kamu atau aku? Kamu mengharapkanku berpisah dengan istriku demi menuruti keinginanmu yang tidak masuk akal itu. Beruntung aku mendengar semuanya, sehingga tidak sampai masuk terlalu jauh ke dalam permainanmu yang ngga bermutu itu."Rania menatap Abi dengan tatapan nyalang. Ia lantas pergi dengan air mata yang berderai.Sementara Abi, moodnya kian buruk setelah berjumpa dengan Rania. Beruntung masih ada waktu untuk menetralkan hati sebelum Ferdy berada di depannya.Satu porsi mie goreng seafood sudah tersaji di atas meja. Ditambah dengan segelas air lemon untuk melepas dahaga setelah menikmati mie tersebut. Abi berusaha menelan mie itu, meskipun sebenarnya ia enggan. Badannya harus kuat agar bisa mencari Nisrina dimana pun dia berada
Baca selengkapnya

Bab 57

Bab 57 Pak Gunawan masuk ke dalam ruangannya setelah beberapa jam meninggalkan kantor. Matanya memicing melihat sang putra sudah tertidur di atas sofa yang terletak di sudut ruangan.Urung melangkah menuju meja kerjanya, Pak Gunawan berhenti di dekat sofa itu. Ia meletakkan beberapa barangnya di atas meja, lalu duduk tak jauh dari tempat Abi terbaring."Sakit tadi cuma alasan berarti?" Suara Pak Gunawan seketika membuat Abi yang baru saja terlelap langsung tersentak. Ia bangkit tanpa persiapan. Matanya mengerjap, mengumpulkan kesadaran untuk menghadap orang tuanya."Pa," sapa Abi sambil meraup wajahnya. Ia mengubah posisinya menjadi duduk."Sedang apa kamu?""Aku ... Emm ... Aku mau bicara sama Papa," ucap Abi terbata. Pak Gunawan menatap sang putra dengan tatapan menelisik. Tak biasanya sang putra bersikap seperti ini. Rasa cemas bercampur rasa bersalah membuat sikap Abi berbeda."Katakan, apa yang mau kamu
Baca selengkapnya

Bab 58

Bab 58"Sayang," panggil Bu Rumaisha lagi. Setelah beberapa saat ia berhenti bercerita Abi tak kunjung merespon.Abi tersentak dari lamunan. "Iya, Ma.""Rina kemana?"Abi tercengang dengan pertanyaan mamanya. Bagaimana jika mamanya tahu akan kepergian Nisrina yang tiba-tiba."Bi, kamu masih di sana kan?" tanya Bu Rumaisha lagi."Iya, Ma. Abi masih di sini.""Nisrina kemana, Sayang?""Rina? Emm ... Anu ... Dia lagi ... Emm ... Tadi baterai ponselnya lowbat, Ma. Mungkin ponselnya sudah kehabisan daya."Bu Rumaisha terdiam sejenak. Ia merasa ada yang tidak beres dengan putranya."Baiklah kalau gitu. Mungkin besok atau lain kali," ucap Bu Rumaisha sebelum menutup panggilannya.Abi lega seketika. Ia melempar ponselnya di atas kursi samping, lalu menyandarkan kepalanya di sandaran kursi sambil memijat keningnya yang terasa nyeri."Kemana kamu, Rin?" gumam Abi.Helaan napas berat keluar dari bibir Abi. Semuanya jadi rumit karena tingkahnya. Perbuatannya yang asal itu menyebabkan keadaan maki
Baca selengkapnya

Bab 59

Bab 59Hari terus berlalu, hingga genap sebulan kepergian Nisrina. Kini Abi sudah kembali ke rumah kedua orang tuanya. Ia kembali mengurung diri. Rasa menyesal bercampur rasa kehilangan membuatnya merasa tak berarti menjadi manusia, terlebih sebagai seorang suami.Seharusnya Abisatya menyentuh istrinya dengan cinta dan kasih yang penuh kelembutan, bukan dengan buas tanpa ampun, apalagi cinta."Sayang, sudah jangan begini," ucap Bu Rumaisha yang turut sedih akan apa yang menimpa putranya.Abi bersikukuh untuk diam, tidak mau bercerita apa yang menyebabkan dirinya jadi seperti ini. Mulutnya bungkam. Setiap ditanya orang lain, ia hanya diam membisu meskipun dalam hatinya sedang bergelut dengan rasa bersalah."Papa sudah bantu cari Nisrina. Kamu jangan khawatir, ngga lama lagi pasti akan ketemu," ucap Bu Rumaisha berusaha meyakinkan putranya. Tangannya mengusap pucuk kepala Abisatya dengan pandangan yang penuh dengan kabut kesedihan."Abi salah, Ma. Abi yang sudah membuat Nisrina pergi. A
Baca selengkapnya

Bab 60

Bab 60"Rin," panggil Abi keras.Sayangnya, perempuan yang dimaksud sudah masuk ke dalam angkutan umum yang baru saja melaju.Abi melempar tangannya ke udara. Rasa penasarannya kian tinggi, apakah benar perempuan tadi adalah Nisrina. "Kenapa, Bi?" tanya Pak Gunawan merasa aneh dengan tingkah putranya. "Kamu lihat Nisrina?"Abi menoleh ke arah papanya, lalu mengangguk. "Sepertinya. Abi yakin itu Nisrina.""Belum dilihat secara jelas, mungkin itu hanya pikiran kamu aja yang lagi kangen sama dia. Semua orang kamu kira mirip istrimu. Sudah sana masuk, cari yang mau dibeli," titah Pak Gunawan lagi.Abi mengangguk. Ia lantas masuk ke minimarket untuk membeli sesuatu.Selepas mendapatkan apa yang dibutuhkan, Abi kembali melanjutkan perjalanannya yang kurang separuh. Ia sudah tak sabar untuk pindah di tempatnya yang baru dan suasana baru.Sebuah desa di lereng gunung menjadi tempat yang dituju oleh Abisatya. Di sana terdapat pabrik yang belum lama didirikan tapi memiliki karyawan yang cukup
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
456789
DMCA.com Protection Status