Semua Bab Ketika Mantan Kekasih Suamiku Kembali : Bab 61 - Bab 70

82 Bab

Bab 61

Bab 61Nisrina tercengang mendengar pertanyaan dokter. Kepalanya sedang mengingat kapan terakhir kali datang bulan.Malam itu. Ya, malam itu Nisrina baru saja bersih dari menstruasi. Dan tepat hari ini, sudah lebih dari satu minggu ia tak mendapatkannya lagi."Bu," panggil dokter itu saat Nisrina hanya diam melamun.Mata Nisrina mendadak terasa panas. Ia tahu kemana arah pertanyaan dokter itu dan hal itu adalah hal yang paling ditakutkannya."I-iya, Dok?" jawab Nisrina tergagap."Kapan terakhir kali menstruasi? Dari tanda-tanda yang Ibu sebutkan, seperti mengarah ke tanda-tanda kehamilan. Apa ibu mau kita tes saja?" tanya dokter itu lagi.Nisrina mengerjapkan matanya. Ia mengangguk dengan cepat. "Boleh, Dok. Biar sekalian jelas di sini," jawab Nisrina itu.Dokter pun bangkit dari duduknya. Ia mengambil alat tes kehamilan dalam lemari yang ada di dekat ranjang tempatnya memeriksa Nisrina."Ibu ke kamar mandi dulu, bawa alat ini." Dokter memberi Nisrina sebuah alat serta botol kecil unt
Baca selengkapnya

Bab 62

Bab 62Bian mengajak Nisrina keluar dari dalam mobilnya. Ia membawa mantan kekasihnya itu ke atas trotoar yang di atasnya terdapat kursi besi panjang.Lebih nyaman bicara di luar dari pada di dalam mobil yang hanya ada mereka berdua saja."Kita bicara di sini ya?" ucap Bian setelah keduanya berada di luar mobil.Nisrina mengangguk. Ia segera duduk sebelum diminta oleh Bian. Perempuan yang sedang hamil muda itu duduk menunduk, menutup mukanya dengan kedua telapak tangan."Pergi saja, Mas. Nanti istrimu tahu," usir Nisrina. Ia tahu bagaimana Ratih dan tak mau keadaan ini membuat rasa benci Ratih kian dalam padanya."Hey kamu lupa kita berada di mana? Ini kota yang jauh dari tempat tinggal kita," balas Bian, yang seketika mengembalikan kesadaran Nisrina.Nisrina mengarahkan pandangannya pada sosok yang ada di sampingnya. Sorot mata penuh tanya itu terpancar dari mata Nisrina yang sayu. "Lalu, Mas sedang apa di sini?""Mas harus mengantar staf kembali ke gerai setelah ada training produk
Baca selengkapnya

Bab 63

Bab 63"Nak? Kok diem? Barangkali butuh bantuan, bilang saja. Itu nanas segitu banyak mau diapain? Biar Ibu bantu," tanya Bu Rahmi lagi sebab Nisrina hanya diam. Wanita paruh baya itu melangkah kian dekat ke arah Nisrina."Ah tidak kok, Bu. Ini ... Emm ... Mau dibuat ... Emm ... Mau dibuat selai," balas Nisrina tergagap. Ia melihat ke arah kantong yang sedang dibawanya. Tumpukan nanas dalam kantong itu membuat tenggorokan Nisrina tercekat."Selai?" Dahi Bu Rahmi mengerut dengan tatapan penuh tanya. "Mau buat kue?"Nisrina membelalakkan mata sebab kaget dengan jawaban Bu Rahmi yang sama sekali tak ada dalam pikirannya."Iya, Rina mau praktek buat selai," jawab Nisrina. Ia melihat wajah Bu Rahmi yang masih tampak tak percaya. "Barangkali gagal, bisa ulang dari awal. Makanya Rina beli banyak buat stok," sambung Rina lagi agar Bu Rahmi percaya.Kepala Bu Rahmi manggut-manggut. "Baiklah kalau begitu. Barangkali butuh bantuan bilang saja ya? Jangan sungkan. Ibu nganggur di rumah, kalau kam
Baca selengkapnya

Bab 64

Bab 64"Rin," panggil Bu Rahmi sambil mengetuk pintu rumah. "Gimana selainya? Sudah matang?"Namun tak ada sahutan di dalam rumah. Hening. "Rin," panggil Bu Rahmi lagi. Ia tak melihat Rina keluar dari rumahnya sejak berjumpa beberapa waktu lalu."Masak keluar sih? Tapi aku ngga lihat," ucap Bu Rahmi yang sejak tadi hanya duduk di ruang tamu menunggu sang suami pulang berdagang.Urung masuk, Bu Rahmi membalikkan badannya. "Kenapa, Bu?" Pak Mahfudz merasa aneh dengan sikap istrinya. "Ngga jadi masuk?""Ngga ada suara, Pak. Tapi Ibu ngga lihat Nak Rina keluar dari rumah.""Lagi di belakang mungkin, Bu.""Dari tadi rumahnya sepi lo, Pak. Kayak ngga ada penghuninya padahal tadi bilangnya mau bikin selai. Mana Ibu ngga dengar suara blender bunyi.""Tidur mungkin, Bu." Pak Mahfudz menjawab dengan kemungkinan-kemungkinan yang terlintas di kepalanya."Nak Rina itu gampang dibanguninnya, Pak. Diketuk sekali juga dia pasti bangun. Kok Ibu mendadak khawatir ya, Pak?" Bu Rahmi mulai cemas.Pak M
Baca selengkapnya

Bab 65

Bab 65"Tidak, Bu. Jangan. Rina ngga mau ketemu sama dia," ucap Nisrina tegas. "Mengapa kamu sedemikian bencinya sama suamimu?" tanya Bu Rahmi dengan tatapan menelisik. Sementara yang ditatap hanya menunduk sambil sesekali menghela napas dalam.Nisrina bergeming. Ia enggan mengatakan apa yang sedang terjadi antara dirinya dan sang suami."Seringkali manusia lebih memilih memendam masalahnya sendiri tanpa mau berbagi. Padahal, dengan kita berbagi cerita pada orang lain bisa sedikit mengurangi beban di hati."Bu Rahmi mengusap punggung tangan Nisrina. Ia tahu bahwa wanita di depannya ini sedang membutuhkan belaian kasih sayang dari orang terdekatnya. Akan tetapi, tidak ada yang bisa melakukannya selain dirinya."Permisi, Bu. Saya mau pindahkan pasien ke kamar rawat," ucap seorang petugas kesehatan yang baru saja membuka tirai penutup antar bed."Oh iya, silahkan Mas." Bu Rahmi memundurkan langkah untuk memberi ruang pada petugas itu."Ibu mau panggil Bapak dulu ya? Tadi nunggu di luar
Baca selengkapnya

Bab 66

Bab 66Nisrina diam menunduk. Ia sedang berada dalam kekalutan yang membuat kepalanya tak sanggup berpikir jernih."Soal maaf memaafkan itu urusan kalian berdua. Bapak dan Ibu tidak berhak ikut campur. Tapi kalau soal janin dalam rahimmu yang mau kamu hancurkan, Bapak akan berdiri di bagian paling depan. Dosa, Nak. Jangan dilanjutkan. Beruntung anakmu masih tertolong. Dia masih bisa diselamatkan sehingga kamu terbebas dari kemungkinan rasa bersalah yang akan muncul dikemudian hari."Perlahan Nisrina mengangkat kepalanya. Ia menatap Pak Mahfudz dan Bu Rahmi bergantian. "Bapak dan Ibu mau kan membantu saya?""Tentu, Nak. Kami ikhlas menolong kamu. Kami sudah menganggap kamu seperti anak kami sendiri. Jangan sungkan meminta bantuan jika memang kamu membutuhkannya.""Nisrina berjanji akan membesarkan anak ini. Sebagai single parent, Rina tahu bahwa tidak mungkin kemana-mana sendirian termasuk saat akan melahirkan nanti. Apa Bapak dan Ibu bersedia membantu Rina?""Apa maksud kamu dengan si
Baca selengkapnya

Bab 67

Bab 67Setibanya di rumah sakit, Bian berjalan di belakang sepasang suami istri itu. Ia turut merasa cemas sebab kemarin kondisi Nisrina masih sehat dan baik-baik saja. Hanya selang sehari, kondisinya berubah sakit seperti sekarang ini.Bian pun tak berani bertanya banyak pada sepasang suami istri itu. Lebih baik melihat kondisi Nisrina secara langsung saja."Assalamualaikum," ucap Bu Rahmi setelah menarik hendle pintu.Nisrina yang sedang tidur segera bangun untuk menyambut kedua orang tua yang sudah dianggap layaknya keluarga sendiri."Waalaikum salam," balas Nisrina ramah. Bibirnya mereka melihat kedatangan sepasang suami istri itu.Namun, senyum Niarina tiba-tiba sirna. Matanya membelalak saat mendapati orang lain ada diantara mereka."Hai," sapa Bian setelah ia ada di hadapan Nisrina. "Mas? Kok bisa sampai sini?" tanya Nisrina kaget."Iya, sengaja mau lihat kamu," balas Bian sambil tersenyum.
Baca selengkapnya

Bab 68

Bab 68Nisrina tersenyum miring mendengar pertanyaan Bian. Bagaimana bisa ia berpikiran seperti itu dengan kondisi yang sama-sama sudah berumah tangga. Meskipun pernikahan Nisrina sedang tidak baik-baik saja, ia tak mungkin ragu untuk menolak tawaran itu."Kok malah ketawa? Aku serius." Bian kembali meyakinkan."Mas ngajak becanda ya? Jangan gila. Kamu tahu bagaimana aku luar dan dalam. Meskipun aku masih memiliki rasa padamu, tak mungkin aku menjadi orang ketiga dalam rumah tanggamu." Nisrina menyahuti dengan nada suara tegas. Ia tak mau memberikan Bian celah untuk mengajaknya berbuat yang tidak-tidak."Bukannya kamu tidak bahagia dengan pernikahanmu? Aku pun sama. Bukannya setiap manusia berhak mendapatkan kebahagiaan? Kamu dan aku pun sama. Kita berhak mendapatkannya.""Astaga Mas. Jangan gila. Kamu tahu bahwa merusak rumah tangga orang lain itu dosa besar. Berat hukumannya nanti di akhirat." Nisrina menggelengkan kepalanya tak se
Baca selengkapnya

Bab 69

Bab 69"Bu," panggil Bu Mega saat suara diujung sana tiba-tiba lenyap bak ditelan bumi."Bu?" Bu Mega kembali memanggilnya.Sementara Nisrina masih larut dalam rasa yang membuat pikirannya terbang entah kemana.Laki-laki yang sangat dibencinya itu baru diketahui jika sudah mencari keberadaannya kesana kemari. Apakah itu rasa sesal setelah perbuatannya yang menyebabkan Nisrina memgalami trauma hingga menghilang dari kehidupan sebelumnya? Entahlah. Nisrina tak tahu jawabannya."Bu Rina masih di sana kan?" Bu Mega terus bersuara."Iya, Bu. Masih di sini," sahut Nisrina setelah tersadar dari lamunan."Ibu sengaja menghindarinya?" tanya Bu Mega yang tampak penasaran. Sebab ia selalu menjadi sasaran tanya oleh satpam yang menjaga di pintu masuk khusus karyawan.Nisrina menggigit bibir bawahnya. Ia tak mungkin mengumbar aibnya dan sang suami pada sembarang orang. Meskipun Bu Mega termasuk baik padanya, tapi tak pantas jika aib itu asal diceritakan begitu saja."Kami akan segera berpisah, Bu.
Baca selengkapnya

Bab 70

Bab 70 Pagi sekali Nisrina dan Bu Mega bersiap ke gerai untuk berangkat family gathering. Mereka harus berangkat lebih pagi sebab menjadi panitia acara, terlebih Bu Mega."Senang ya, Bu? Sudah lama ngga ada acara kayak gini," ucap Nisrina saat keduanya sedang sibuk memindahkan kotak berisi nasi ke dalam kantong sebelum nasi itu dipindahkan ke dalam bus."Iya, harusnya tahun kemarin ada acara kayak gini. Tapi karena ada trouble jadi batal." Bu Mega berujar sambil tangannya bergerak memindahkan kotak demi kotak."Ngga apa-apa. Tahun lalu kan sudah diganti sama acara kumpul bareng sama seluruh karyawan. Alhamdulillah tahun ini beda acaranya," sahut Nisrina. Dalam ingatannya kembali terbayang saat acara itu berlangsung. Kala itu, hubungannya dengan Bian masih berjalan lancar dan baik-baik saja.Sayangnya beberapa bulan setelah acara itu, hubungan keduanya tiba-tiba retak. Ibunya Bian mendadak mendatangi Nisrina dan menyatakan penolakan te
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
456789
DMCA.com Protection Status